FYPMedia.id – Dilansir dari bbc.com (17/1) Lebaran tahun ini menjadi momen yang menyedihkan dan diselimuti rasa kesepian bagi sekelompok istri dari para korban sindikat penipuan online yang kini ‘disandera’ di Myanmar.
Saat umat Islam merayakan Idulfitri dan berkumpul dengan keluarga besar, Selviana malah mendengar keluh suaminya yang dipukuli.
“Terakhir komunikasi tadi pagi. Suami cerita dia dipukuli saat malam takbiran,” kata Selviana yang tinggal di Singkawang, Kalimantan Barat, kepada wartawan BBC News Indonesia, Kamis (11/04).
Selviana pun mengaku menangis melihat hidangan lontong sayur saat Lebaran. ”Ini makanan yang disukai suami.”
Hal yang sama dialami oleh Yuli Yasmi di Indramayu, Jawa Barat. ”Tadi malam, suami cerita katanya kondisi di sana semakin buruk, banyak siksaan,” katanya.
”Sampai anak yang paling kecil bilang, ‘Ibu kalau aku punya uang Rp50 juta, aku kasih biar ayah pulang Ibu’. Saking kangennya sama ayahnya,” kata Yuli dengan isak tangis.
Setidaknya terdapat lima Warga Negara Indonesia yang diduga menjadi korban penipuan online yang kini terperangkap di Hpa Lu, wilayah konflik bersenjata antara militer Myanmar dan kelompok etnis bersenjata.
Mereka dipekerjakan secara paksa untuk menipu orang secara daring. Menurut catatan Kemlu, terdapat 30 WNI yang kini berada di wilayah perbatasan Myanmar–Thailand.
Pemerintah Indonesia menyatakan telah dan terus melakukan beragam upaya untuk menyelamatkan WNI itu, mulai dari penyampaian nota diplomatik hingga pertemuan dengan berbagai otoritas terkait.
Namun, proses evakuasi WNI yang berada di perbatasan Myanmar dan Thailand hingga kini belum dapat dilakukan.
Di wilayah itu, otoritas penegak hukum dan militer Myanmar tidak memiliki kontrol penuh karena dikuasai banyak kelompok etnis bersenjata.
Kota terdekat dari Hpu Lu, yaitu Myawaddy, bahkan kini telah dikuasai oleh kelompok pemberontak etnis Karen yang bersekutu dengan pasukan anti-kudeta lainnya.
Direktur Perlindungan WNI Kemenlu, Judha Nugraha, mengatakan berbagai upaya telah dan terus dilakukan untuk menyelamatkan WNI yang terjerat bisnis penipuan online di wilayah Hpa Lu, Myanmar.
“Melalui penyampaian nota diplomatik ke Kemlu Myanmar, mengadakan pertemuan dengan otoritas terkait seperti kepolisian dan imigrasi Myanmar, serta kerja sama dengan masyarakat sipil,” kata Judha.
“Koordinasi juga dilakukan dengan perwakilan negara asing di Myanmar yang menghadapi kasus serupa antara lain Sri Lanka, RRT, Filipina, Vietnam, Thailand, Nepal, dan India,” tambahnya.
Selain itu, Judha menambahkan, Kemlu menjalin komunikasi dengan kelima keluarga korban.
“Komunikasi intensif dan rutin dilakukan baik melalui pertemuan daring maupun melalui Whatsapp grup untuk menyampaikan update berbagai upaya yang dilakukan Pemri untuk membebaskan anggota keluarganya,” tambahnya.
Diplomat Muda Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia, Rina Komaria, menambahkan Kemlu juga telah mengunjungi salah satu keluarga korban untuk menyampaikan secara langsung perkembangan kasus dan membesarkan hati mereka.
“Kami sangat memahami dan mengerti perasaan keluarga. Kami juga sangat mengharapkan para WNI dapat segera keluar dari sana dan kita upayakan semuanya,“ kata Rina.
Selain itu, lanjutnya, Kemlu sudah berkoordinasi dengan kementerian terkait dan pemerintah daerah untuk memberikan atensi bagi para keluarga korban, terutama untuk menjaga kondisi psikologis mereka.
Sejak tahun 2020 pemerintah Indonesia telah menangani dan menyelesaikan lebih dari 3.700 kasus WNI yang terjerat penipuan online di delapan negara, termasuk Myanmar. (ryd)