[Awas!] 5 Fakta Sesar Baribis, Pemicu Gempa Besar Jakarta yang Terlupakan

[Awas!] 5 Fakta Sesar Baribis

FYP Media.ID – Sesar Baribis bukan hanya nama ilmiah dalam peta geologi. Ia adalah “bom waktu” geologi yang bersembunyi di bawah Jabodetabek, daerah terpadat di Indonesia. Dalam diamnya, sesar ini menyimpan potensi untuk memicu gempa bumi dahsyat, seperti yang terjadi pada tahun 1780 dan 1834. Terbaru, pada 20 Agustus 2025, gempa kembali mengguncang Bekasi dan sekitarnya, mempertegas fakta bahwa ancaman ini nyata.

Berikut kami sajikan 5 fakta penting dan mencengangkan tentang Sesar Baribis yang perlu kamu tahu agar lebih waspada. Jangan anggap remeh, karena ancamannya bisa menyentuh rumahmu langsung!

1. Sesar Baribis: Jalur Retakan Aktif di Bawah Jabodetabek

Sesar Baribis adalah patahan geologi aktif yang membentang sepanjang lebih dari 100 kilometer. Jalurnya membelah Jawa Barat bagian utara, melintasi daerah-daerah padat seperti Cirebon, Subang, Karawang, Bekasi, Depok, Jakarta, hingga Tangerang.

Menurut Prof. Danny Hilman, peneliti senior BRIN, sesar ini adalah bagian dari sistem patahan besar bernama West Java Back-Arc Thrust. Nama Baribis sendiri diambil dari Perbukitan Baribis di Majalengka. Sesar ini telah dikenal sejak zaman van Bemmelen, dan masuk dalam Peta Gempa Nasional (Pusgen) sejak tahun 2017.

Sesar Baribis termasuk Sesar Aktif Tipe C, yang menurut klasifikasi UBC 1997, berarti berpotensi menghasilkan gempa besar dalam kurun waktu ribuan tahun terakhir—dan masih aktif hingga sekarang.

2. Jejak Sejarah Gempa Besar Akibat Sesar Baribis

Sesar Baribis bukanlah sesar “biasa”. Ia telah mencatat sejarah kelam gempa besar di Pulau Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya.

  • 22 Januari 1780: Gempa berkekuatan Magnitudo 7–8 mengguncang wilayah Batavia (Jakarta), Banten, hingga Sumatera. Puluhan bangunan runtuh, termasuk gudang dan rumah di area kanal yang kini jadi pusat Jakarta. Bahkan terdengar ledakan dari Gunung Salak, dan Gunung Gede mengeluarkan asap.

  • 10 Oktober 1834: Guncangan hebat kembali terjadi. Istana Bogor mengalami kerusakan parah, sebagian bangunannya runtuh. Bangunan pemerintah di Weltevreden (sekarang sekitar Kementerian Keuangan) ikut terdampak. Bahkan aliran sungai tersumbat dan menyebabkan banjir bandang.

Gempa-gempa ini membuktikan bahwa Sesar Baribis bukan sekadar “teori”, tapi sudah pernah memicu bencana nyata.

3. Gempa Bekasi 2025: Bukti Sesar Baribis Masih Aktif!

Pada Rabu malam, 20 Agustus 2025, warga Jabodetabek panik. Guncangan terasa kuat, bahkan di gedung-gedung tinggi Jakarta Pusat. Ferdi, seorang pekerja swasta, merasakan meja dan laptopnya bergoyang hebat. Ia dan rekan kerjanya segera evakuasi ke lantai dasar.

Berdasarkan data BMKG, gempa bermagnitudo 4,9 berpusat di Kabupaten Bekasi. Getarannya terasa luas karena jenisnya adalah gempa dangkal. Dalam waktu kurang dari 12 jam, serangkaian gempa susulan kembali mengguncang Jawa Barat.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan bahwa gempa-gempa ini adalah akibat dari Sesar Baribis yang sedang melepaskan energi.

“Kita sudah belajar banyak dari gempa Palu, Lombok, Aceh. Jangan tunggu korban untuk bertindak,” – Prof. Danny Hilman.

4. Sesar Baribis ‘Tidur’ di Bawah Jakarta, Tapi Bisa Bangun Kapan Saja

Penelitian terbaru BRIN dan publikasi di jurnal ilmiah bergengsi Scientific Reports (Nature) mengonfirmasi: Sesar Baribis melintasi wilayah Jakarta bagian selatan dan Depok. Artinya, jutaan penduduk tinggal tepat di atas jalur patahan aktif ini.

Menurut BMKG, aktivitas sesar ini terpantau melalui sensor seismograf. Meskipun sebagian besar magnitudonya kecil (2,3–3,1), namun laju geser Sesar Baribis mencapai 5 mm per tahun. Ini menandakan akumulasi energi yang suatu saat bisa dilepaskan dalam bentuk gempa besar.

Sesar ini sangat berbahaya karena:

  • Gempa yang ditimbulkan bertipe dangkal, sehingga getarannya lebih kuat dirasakan di permukaan.

  • Melintas di kawasan urban padat seperti Jakarta, Depok, dan Bekasi.

  • Minim kesadaran dan mitigasi risiko dari masyarakat maupun pemerintah daerah.

5. Waspadai Potensi Gempa Lokal dengan Dampak Besar

Sesar Baribis tergolong sesar muda dan aktif, dengan aktivitas sejak zaman Pleistosen Akhir hingga Holosen. Studi oleh Siska Febyani, dkk menunjukkan bahwa jalur sesar ini telah menghasilkan 12 gempa hanya dalam periode 2019–2021.

Meski tak semua gempa itu besar, namun gempa lokal kecil pun bisa menimbulkan kerusakan besar di kawasan padat dan rentan. Bahkan guncangan berkekuatan Magnitudo 5 saja dapat:

  • Merusak struktur bangunan tua atau tak tahan gempa,

  • Menyebabkan kepanikan massal,

  • Mengganggu infrastruktur vital seperti listrik, air, dan transportasi.

Kesimpulan: Waktunya Siaga, Bukan Panik

Kita tidak bisa memprediksi kapan Sesar Baribis akan “bangun” lagi, tapi kita bisa siap siaga sejak sekarang. Kesadaran akan risiko adalah langkah pertama untuk menyelamatkan nyawa dan aset berharga.

Langkah mitigasi yang bisa dilakukan:

  • Sosialisasi dan simulasi evakuasi gempa di sekolah dan kantor,

  • Penguatan bangunan tahan gempa,

  • Pemerintah perlu mempercepat revisi RTRW berbasis peta sesar aktif,

  • Masyarakat harus mengenal jalur sesar di daerahnya.

Gempa tidak membunuh, tapi kelalaian dan bangunan rapuh bisa.

Mari belajar dari sejarah dan gempa terbaru. Sesar Baribis adalah bahaya nyata, bukan sekadar teori. Lindungi diri, keluarga, dan komunitasmu. Saatnya Indonesia waspada dan tangguh terhadap gempa.