FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
5 Cara Ampuh Atasi Avoidant Attachment yang Kini Viral di Kalangan Gen Z

News

5 Cara Ampuh Atasi Avoidant Attachment yang Kini Viral di Kalangan Gen Z

Writer: fypmedia - Kamis, 06 November 2025

5 Cara Ampuh Atasi Avoidant Attachment yang Kini Viral di Kalangan Gen Z

FYPMedia.id - Fenomena avoidant attachment makin sering muncul di media sosial, terutama di kalangan generasi muda.

Di platform seperti TikTok saja, tagar #avoidantattachment telah digunakan lebih dari 150 ribu kali oleh kreator video karena semakin banyak Gen Z mengenali kecenderungan menarik diri dalam hubungan.

Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan avoidant attachment? Dan mengapa gaya keterikatan ini menjadi "bahasa baru” bagi banyak sekali muda-mudi?

Apa Itu Avoidant Attachment?

Menurut dr Lahargo Kembaren, SpKJ, spesialis kedokteran jiwa, secara psikologis avoidant attachment adalah gaya keterikatan yang terbentuk sejak masa kecil. Ia menjelaskan:

"Biasanya karena pengalaman hubungan emosional dengan orang tua atau pengasuh yang kurang responsif, dingin, atau menolak ekspresi emosi anak.” Kata dr Lahargo dikutip dari detikcom, Rabu (5/11/2025).

Dengan kata lain, ketika anak sering menghadapi pengasuh yang minim respon atau menunjukkan sikap dingin terhadap kebutuhan emosionalnya, ia mempelajari bahwa bergantung pada orang lain adalah risiko.

Akibatnya, gaya hidup "mandiri hingga ekstrem” sering menjadi "pelindung” dari rasa kecewa dan vulnerabilitas.

Ahli lainnya menjelaskan bahwa orang dengan avoidant attachment mengalami:

  • Ketidaknyamanan dengan keintiman emosional.

  • Kecenderungan menjaga jarak atau menarik diri saat hubungan mulai serius.

  • Kemandirian yang tampak kuat, tetapi sesungguhnya adalah bentuk proteksi emosional.
Studi juga menunjukkan bahwa gaya ini bukan hanya sekadar pilihan gaya hidup, melainkan sebuah mekanisme pertahanan bawah sadar.

Itu adalah mekanisme pertahanan diri emosional yang terjadi secara unconscious (di bawah sadar), jadi bukan sekadar pilihan gaya hidup,” kata dr Lahargo.

Baca Juga: 6 Ciri-Ciri Introvert yang Jarang Disadari & 5 Tips Powerful agar Lebih Percaya Diri

Kenapa Gaya Ini Semakin Populer di Kalangan Gen Z?

1. Wawasan Psikologi yang Mudah Akses

Dengan banyaknya konten self-help dan media sosial yang membahas potret "alasan saya sulit dekat secara emosional”, banyak Gen Z merasa akhirnya "terdengar”.

2. Tekanan Sosial & Digitalisme

Di era digital, interaksi menjadi lebih cepat, namun kedekatan yang sesungguhnya justru bisa terasa menakutkan bagi sebagian orang.

Istilah "lebih nyaman sendiri” atau "tak mau terikat” sering muncul, dan kini diberi label ilmiah.

3. Bahasa Emosional Baru

Menyebut diri "avoidant” memberikan rasa validasi, bukan lagi hanya "suka sendiri”, tapi ada akar psikologisnya.

Dengan begitu, mereka merasa lebih dimengerti dan memiliki opsi untuk mencari perubahan.

5 Langkah Strategis Mengelola Avoidant Attachment

Berikut lima cara konkret yang bisa Anda terapkan untuk memahami dan mengubah pola avoidant attachment agar hubungan pribadi dan emosional menjadi lebih sehat:

1. Sadari Pola dan Ceritakan Kisah Anda

Mulailah dengan memahami kapan dan mengapa Anda merasa harus menarik diri. Seperti yang dikatakan dr Lahargo: "Jadi, benar, di TikTok gaya ini sering digambarkan sebagai orang yang 'lebih nyaman sendiri', 'tidak mau terikat', atau 'tak butuh orang lain', tapi sebenarnya itu adalah mekanisme pertahanan diri emosional yang terjadi secara unconscious …” Mengakui pola ini adalah langkah awal menuju perubahan.

2. Belajar Menunjukkan Kebutuhan dengan Nyaman

Orang dengan gaya ini sering menekan emosi karena percaya bahwa "menunjukkan perasaan adalah kelemahan”.

Namun, terapi dan latihan bisa membantu Anda meningkatkan kenyamanan dalam membuka diri secara bertahap.

3. Latihan Intimasi Bertahap

Mulailah dengan berbicara jujur pada orang terdekat soal bagaimana Anda merasakan kedekatan atau ketika Anda memilih menjaga jarak, bukan sebagai penghakiman, tetapi sebagai proses eksplorasi bersama.

4. Ubah Keyakinan Tentang Ketergantungan Emosional

Kita sering menyangka independensi tinggi adalah kekuatan. Padahal bisa jadi itu hanya cara menghindari rasa takut terluka.

Memahami bahwa butuh orang lain bukan berarti lemah adalah perubahan mindset yang sangat penting.

5. Memilih Komitmen yang Sehat & Realistis

Jika Anda cenderung memilih hubungan singkat karena takut terikat, coba tambahkan refleksi: "Apa yang saya hindari sebenarnya?” dan "Apa yang bisa saya mulai pelajari dari keterikatan sehat?”.

Dengan begitu, Anda bisa mulai membuka diri secara perlahan menuju ikatan yang lebih bermakna.

Tanda-Tanda Avoidant Attachment yang Perlu Diwaspadai

Menurut literatur terkini, berikut adalah beberapa sinyal yang umumnya muncul pada orang dengan gaya ini:

  • Menjaga jarak ketika hubungan mulai terlalu dekat.
  • Menghindari keintiman emosional dengan pasangan atau teman dekat.
  • Keyakinan bahwa dirinya tidak membutuhkan orang lain atau tidak layak dukungan.
  • Merasa "tercekik” saat seseorang mencoba terlalu dekat secara emosional.
"Saat orang lain mendekat terlalu dekat secara emosional, mereka bisa merasa tidak nyaman atau bahkan sesak,” tutur dr Lahargo.

  • Cenderung memilih hubungan jangka pendek, atau menghindari komitmen.
Baca Juga: 7 Fakta Mengejutkan Tentang Otrovert & Ambivert, Kepribadian Baru yang Bikin Penasaran

Kenapa Ini Bukan 'Hanya Mode' — Tapi Realitas Psikologis

Banyak yang mengira istilah ini hanya "kata gaul” kekinian. Namun penelitian mendalam menunjukkan bahwa gaya ini memiliki akar kuat: pengalaman masa kecil dengan pengasuh yang minim respons emosional atau mengalami konflik emosional secara terus-menerus.

Studi dari institusi seperti Cleveland Clinic memperingatkan bahwa orang dengan gaya ini bisa mengalami kesulitan membangun hubungan jangka panjang meskipun sesungguhnya ingin dekat.

Yang penting: gaya ini bukan hukuman seumur hidup. Dengan kesadaran, dukungan yang tepat, dan terapi yang sesuai, banyak orang berhasil belajar membuat hubungan yang lebih aman dan bermakna.

Kesimpulan

Term "avoidant attachment” memang sedang viral, khususnya di kalangan Gen Z. Namun lebih dari sekadar tren, ia merefleksikan pola psikologis yang nyata dan bisa memengaruhi bagaimana kita berhubungan dengan orang lain.

Dengan menyadari pola, mempelajari faktor penyebab, dan menerapkan strategi perubahan, Anda bisa mulai keluar dari "zona nyaman” menjaga jarak, dan justru menuju hubungan yang lebih sehat tanpa harus kehilangan kebebasan diri sendiri.

Jika Anda merasa "lebih nyaman sendiri” atau sering menarik diri dari keintiman, boleh jadi Anda sedang menghadapi avoidant attachment.

Tetapi ini bukan akhir dari kisah — melainkan titik awal menuju pemahaman yang lebih dalam dan koneksi emosional yang benar-benar bermakna.

Tags:

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us