9 Modus Penipuan WhatsApp Terbaru, Waspada Agar Tidak Jadi Korban

whatsapp
Ilustrasi Scam/Sumber Foto: Freepik

FYPMedia.id – WhatsApp, sebagai salah satu aplikasi pesan instan paling populer, ternyata menjadi ladang subur bagi para penipu modern. Dari percakapan palsu hingga file APK berbahaya, modus penipuan kini semakin canggih dan menargetkan berbagai kalangan pengguna. 

Dengan semakin berkembangnya teknologi, penipu juga tak kalah kreatif dalam merancang skema untuk menipu korban. 

Oleh karena itu, kewaspadaan menjadi senjata utama agar tidak terjebak dalam perangkap siber.

Percakapan Palsu, Modus Awal yang Menipu

Pakar keamanan dari Malwarebytes menemukan lonjakan signifikan pada kasus fake chat atau percakapan palsu yang dikirim ke perangkat calon korban. Pesan ini biasanya diawali dengan kalimat sederhana seperti “Halo”.

“Hai, aku menemukan kontakmu disimpan di kontakku, bisa ingatkan aku di mana kita berbincang sebelumnya?” bunyi pesan yang dicontohkan Malwarebytes.

Tujuan dari pesan ini sangat jelas: membangun hubungan dan mengumpulkan informasi pribadi. Setelah korban membalas, percakapan akan berlanjut menjadi lebih akrab, bahkan bisa berujung pada penipuan asmara atau investasi bodong.

“Begitu Anda membalas, penipu akan memulai percakapan yang bersahabat. Tujuan akhir mereka adalah mendapatkan kepercayaan Anda dan mengembangkan hubungan menjadi penipuan asmara atau investasi yang merugikan,” jelas Malwarebytes.

Fenomena ini terbukti ampuh. Mirip dengan modus lama seperti “mama minta pulsa” atau “bapak di kantor polisi”, korban tetap banyak yang tertipu. 

Untuk itu, baik pengguna iPhone maupun Android harus selalu waspada, tidak membalas pesan mencurigakan, dan menghindari mengklik tautan dari nomor tidak dikenal.

“Membalas pesan mengonfirmasi bahwa nomor Anda aktif. Ini menandai Anda sebagai seseorang yang membaca pesan dan mungkin berinteraksi, dan penipu mungkin menjual atau membagikan nomor Anda,” tegas Malwarebytes.

Baca Juga: 20 WNI Kabur dari Sarang Scam di Myanmar, KBRI Bergerak Cepat Evakuasi ke Thailand

File APK Berbahaya, Ancaman Serius bagi Pengguna

Selain percakapan palsu, modus penipuan WhatsApp terbaru kerap menggunakan file APK yang dikirim acak ke banyak nomor. 

Saat korban menekan tombol unduh, perangkat bisa langsung terinfeksi malware yang mencuri data pribadi, termasuk informasi finansial.

Beberapa modus populer yang perlu diwaspadai, menurut rangkuman CNBC Indonesia, antara lain:

1. Modus Kurir

Penipu mengaku sebagai kurir dari jasa pengiriman, misalnya J&T, dan mengirim file APK berjudul “Lihat Foto Paket”. 

Setelah diunduh, korban berisiko kehilangan uang dari rekening bank karena data pribadinya dicuri.

2. File Undangan Pernikahan Digital

File APK dengan nama “Surat Undangan Pernikahan Digital” sering dikirim ke pengguna secara massal. Meski tampak sah, file ini berpotensi merusak perangkat dan mencuri data.

3. Surat Tilang Palsu

Beberapa akun menerima file APK yang seolah-olah berasal dari pihak kepolisian bertajuk “Surat Tilang-1.0 apk”. 

Akun Twitter @MurtadhaOne1 menekankan, “AWAS! Hati-hati terhadap penipuan menggunakan modus kirim surat tilang lewat WhatsApp seperti ini. Jangan sekali-kali mengklik/download file dgn ekstensi ‘.apk’ dari orang tak dikenal di gadget Anda.”

4. Penipuan Atas Nama MyTelkomsel

Modus ini meniru aplikasi resmi MyTelkomsel. File APK meminta izin akses ke foto, video, SMS, hingga akun perbankan digital atau fintech korban.

5. Pengumuman Palsu dari Bank

Penipu membuat pengumuman terkait perubahan tarif transaksi atau transfer yang tidak masuk akal. Korban diminta mengisi formulir melalui tautan yang mencuri data sensitif.

6. Video Call Sex (VCS) dan Pemerasan

Pakar keamanan siber Alfons Tanujaya menekankan pentingnya berhati-hati terhadap VCS dari nomor tidak dikenal. 

“Kalau ragu dan diperas, hubungi teman yang mengerti dan minta bantuannya untuk menghadapi ancaman-ancaman yang tidak kita mengerti, jangan main mengikuti ancaman saja,” jelasnya.

7. Quishing: Kombinasi QR Code dan Phishing

Modus quishing menggunakan QR Code untuk memperoleh data pribadi korban. Setelah pemindaian, korban diarahkan ke situs palsu yang sulit dideteksi. 

Situs ini bisa menampilkan daftar aplikasi hingga alamat peta korban, kemudian meminta mereka mengunduh file berbahaya.

8. Undangan VCS dan Video Demo Palsu

Selain modus VCS, penipu juga memanfaatkan file video demo dalam format APK. Akun Instagram @cyberity.network memperingatkan: 

“Teman-teman selalu berhati-hati ya. Penipu sudah mulai beraksi dengan memanfaatkan momen. Modusnya berbagi video demo yang ternyata APK spam.”

Baca Juga: Park Bom 2NE1 Gugat YG Entertainment atas Dugaan Penipuan dan Penggelapan

Cara Efektif Mencegah Penipuan

Menghindari jebakan penipuan WhatsApp memerlukan kesadaran dan tindakan preventif. Berikut beberapa langkah yang bisa diterapkan:

  • Jangan Membalas Pesan Asing: Balasan bisa menandai nomor Anda aktif dan menjadi target lanjutan.
  • Hindari Klik Tautan atau Unduh File APK: Terutama dari nomor tidak dikenal.
  • Waspada Terhadap QR Code Publik: Jangan memindai kode QR yang diberikan oleh sumber tak jelas.
  • Aktifkan Otentikasi Dua Faktor: Memberikan lapisan perlindungan tambahan pada akun digital.

  • Keluar dari Perangkat yang Tidak Digunakan: Mengurangi risiko penyalahgunaan akun.
  • Konfirmasi dengan Teman atau Keluarga: Jika menerima permintaan mencurigakan, selalu cross-check sebelum bertindak.

Pentingnya Edukasi Digital dan Kesadaran Cyber

Peningkatan kasus penipuan WhatsApp menunjukkan bahwa kejahatan siber semakin masif dan kreatif. 

Modus yang awalnya sederhana kini berkembang menjadi skema kompleks, termasuk pencurian data finansial, pemerasan, hingga penipuan berbasis hubungan personal.

Kesadaran digital bukan hanya soal menghindari risiko, tetapi juga melindungi informasi pribadi dan finansial. 

Mengedukasi keluarga, terutama generasi yang lebih tua, agar tidak mudah tertipu merupakan langkah preventif yang efektif.

Seiring meningkatnya penggunaan WhatsApp dan layanan digital lainnya, pengguna harus lebih kritis dalam menilai pesan masuk. 

Jangan mudah percaya, verifikasi selalu sumber informasi, dan selalu gunakan logika serta insting keamanan saat berinteraksi di dunia digital.