FYPMedia.id — Kasus penyalahgunaan narkoba kembali menyita perhatian publik. Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan penangkapan penyanyi Onadio Leonardo atas dugaan penggunaan narkotika jenis ganja dan ekstasi.
Di balik gemerlap dunia hiburan, dua jenis zat terlarang ini menyimpan bahaya serius yang bisa merusak kesehatan fisik, psikis, hingga kepribadian seseorang.
Pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Zullies Ikawati, mengungkapkan bahwa baik ganja maupun ekstasi memiliki efek yang kuat terhadap sistem saraf manusia.
Efeknya tidak hanya tampak dari perilaku, tetapi juga bisa terlihat langsung dari wajah dan ekspresi tubuh penggunanya.
“Pemakaian ekstasi sering membuat orang terlihat sangat aktif dan sulit diam, banyak bicara, serta tampak senang,” ungkap Prof. Zullies, dikutip dari detikcom, Jumat (31/10/2025).
1. Ekstasi: Stimulan yang Bikin Senang Sekejap, Lelah Panjang
Ekstasi atau MDMA (3,4-methylenedioxymethamphetamine) termasuk obat psikoaktif sintesis yang bekerja sebagai stimulan kuat.
Banyak disalahgunakan karena efeknya yang memberikan sensasi bahagia berlebihan, percaya diri tinggi, dan energi besar.
Namun, di balik euforia sesaat itu, ekstasi justru memicu kerusakan jangka panjang pada sistem saraf otak.
Setelah efeknya hilang, pengguna sering merasakan depresi, kelelahan ekstrem, dan kehilangan gairah hidup.
“Setelah efeknya habis, biasanya jadi murung, gelisah, atau kelelahan berat,” tambah Prof. Zullies.
Ciri fisik pengguna ekstasi antara lain:
- Gigi gemertak tanpa sadar
- Mata membesar
- Keringat berlebih
- Mulut kering
- Gerakan tubuh tak bisa diam
Efek stimulan ini membuat tubuh bekerja jauh di atas batas normal. Detak jantung meningkat, tekanan darah naik, dan otak mengalami lonjakan dopamin yang berlebihan — kondisi yang, jika terus terjadi, bisa menyebabkan kerusakan otak permanen.
Baca Juga: Kasus Narkoba Onad: Polisi Sebut Korban Penyalahgunaan, 3 Orang Diamankan!
2. Ganja: Dari Tenang Jadi Panik, Bahaya Tersembunyi THC
Berbeda dari ekstasi, ganja berasal dari tanaman Cannabis sativa yang mengandung zat THC (Tetrahydrocannabinol) — bahan psikoaktif yang menimbulkan efek tenang, santai, dan rasa bahagia semu.
Namun, efek menenangkan itu bisa berbalik menjadi cemas, panik, atau bahkan halusinasi bila dosisnya berlebihan.
Ganja sering disebut “natural” karena berasal dari tanaman, padahal dampaknya terhadap otak tidak kalah berbahaya dibanding narkotika sintetis.
Menurut Prof. Zullies, tanda-tanda pengguna ganja sangat mudah dikenali. “Beberapa tanda penggunaan ganja yang dapat terlihat biasanya meliputi mata merah, mulut kering, reaksi melambat, hingga sering tertawa tanpa alasan jelas,” jelasnya.
Ciri lainnya termasuk sulit berkonsentrasi, mudah lupa, dan cenderung malas atau tidak termotivasi.
Ketika kecanduan sudah terbentuk, pengguna akan terus mencari ganja dan sulit berhenti, bahkan ketika tahu efeknya merusak.
3. Sembilan Ciri-Ciri Pengguna Ganja yang Mudah Dikenali
Berdasarkan data medis dan riset kesehatan, berikut 9 ciri umum pengguna ganja yang bisa dilihat dari fisik dan perilakunya:
1. Mata merah
THC menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah, sehingga mata pengguna tampak merah menyala.
2. Kurang fokus dan mudah lupa
Ganja mengganggu cara kerja otak dalam memproses informasi dan memori jangka pendek, membuat pengguna sulit berpikir jernih.
3. Mulut kering
THC menghambat kelenjar ludah dan memperlambat produksi air liur, membuat pengguna sering menjilat bibir atau minum terus-menerus.
4. Mood swing ekstrem
Pengguna bisa tampak bahagia berlebihan satu saat, lalu tiba-tiba murung atau marah tanpa sebab. Perubahan suasana hati ini disebut efek “roller coaster” ganja.
5. Lesu dan kurang bersemangat
THC memiliki efek sedatif yang menyebabkan tubuh lemas, malas bergerak, dan kehilangan motivasi.
6. Sering mengantuk dan kurang produktif
Beberapa jenis ganja menimbulkan efek kantuk berat dan membuat pemakai tampak seperti “melayang” atau tidak fokus.
7. Nafsu makan meningkat drastis
THC menstimulasi hormon ghrelin yang memicu rasa lapar, membuat pengguna makan dalam jumlah besar tanpa kendali.
8. Sering cemas atau panik
Penggunaan ganja dengan kadar THC tinggi dapat menimbulkan reaksi psikotik sementara, seperti perasaan dikejar atau ketakutan ekstrem.
9. Halusinasi dan persepsi palsu
Dalam dosis tinggi, ganja menyebabkan halusinasi visual maupun audio — pengguna bisa melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata.
Baca Juga: 6 Napi Termasuk Ammar Zoni Dipindah ke Nusakambangan: Lapas Super Maksimum & Zero Narkoba
4. Efek Jangka Panjang: Ketergantungan dan Kerusakan Otak
Konsumsi ganja secara rutin menyebabkan ketergantungan fisiologis dan psikologis. THC meniru zat alami otak yang berfungsi mengatur suasana hati dan komunikasi antar sel saraf.
Akibatnya, otak berhenti memproduksi zat tersebut dan menjadi bergantung pada ganja.
Ketika pengguna berhenti tiba-tiba, muncul gejala putus zat seperti:
- Mudah marah dan agresif
- Gelisah dan cemas
- Insomnia atau sulit tidur
- Nafsu makan menurun
- Mual dan sakit kepala
- Keringat berlebihan
Selain gangguan mental, ganja juga bisa menyebabkan penurunan kecerdasan, gangguan daya ingat, dan menurunkan prestasi akademik maupun kinerja kerja.
5. Aspek Hukum: Ganja Termasuk Narkotika Golongan I
Di Indonesia, ganja termasuk narkotika golongan I sesuai Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Artinya, ganja tidak boleh digunakan untuk pengobatan ataupun rekreasi.
Segala bentuk penanaman, penjualan, pemakaian, dan penyimpanan ganja dapat dijerat pidana minimal 4 tahun penjara dan denda minimal Rp800 juta. Hukuman bisa lebih berat jika disertai dengan unsur peredaran atau produksi.
6. Bahaya Sosial dan Psikologis
Selain efek medis, penyalahgunaan ganja dan ekstasi juga mengubah perilaku sosial seseorang. Pengguna menjadi tertutup, mudah tersinggung, menarik diri dari lingkungan, dan kehilangan empati.
Dalam banyak kasus, pengguna juga mengalami gangguan kepribadian dan kesulitan mengontrol emosi, yang bisa berujung pada kekerasan atau perilaku impulsif.
7. Jalan Keluar: Rehabilitasi dan Konseling
Bagi mereka yang terlanjur terjebak dalam jerat narkoba, harapan masih terbuka. Langkah pertama adalah mengakui masalah dan segera mencari bantuan profesional.
“Jika sudah kecanduan, mereka akan mencari ganja terus dan sulit berhenti,” tegas Prof. Zullies.
Rehabilitasi medis dan psikologis di bawah pengawasan dokter atau psikolog dapat membantu mengurangi ketergantungan serta memulihkan fungsi otak dan mental.
