FYP Media.ID – Penutupan total Jalur Nasional Gumitir yang menghubungkan Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi sejak 24 Juli 2025 telah memicu gangguan serius dalam distribusi energi, terutama Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite dan gas LPG di wilayah Jember, Bondowoso, dan sekitarnya. Menanggapi hal tersebut, Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus mengambil langkah cepat dengan menurunkan sebanyak 79 mobil tangki BBM dari berbagai depo, termasuk Banyuwangi, Surabaya, dan Malang.
Penutupan jalur Gumitir yang akan berlangsung hingga 24 September 2025 menyebabkan kemacetan parah di sejumlah titik, khususnya di jalur alternatif Banyuwangi – Situbondo – Arak-Arak – Bondowoso – Jember. Akibatnya, distribusi energi ke wilayah terdampak mengalami keterlambatan signifikan.
Dampak Penutupan Jalur Gumitir pada Distribusi Energi
Jalur Gumitir selama ini menjadi jalur vital distribusi logistik dan energi antara wilayah timur dan barat Jawa Timur. Dengan ditutupnya jalur tersebut untuk keperluan perbaikan dan peningkatan infrastruktur, efek domino langsung dirasakan oleh sektor transportasi dan energi.
Menurut Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, waktu tempuh distribusi BBM yang sebelumnya hanya memakan waktu 4 jam kini membengkak hingga 11 jam. Hal ini membuat distribusi BBM dari Terminal BBM (TBBM) Ketapang ke Jember dan Bondowoso menjadi tidak efisien dan berisiko tinggi tertunda.
Untuk mencegah kerusakan distribusi lebih parah, Pertamina telah memetakan alternatif distribusi sejak pertengahan Juli 2025, bahkan sebelum jalur resmi ditutup. Salah satunya dengan menerapkan sistem alih suplai dari instalasi Surabaya Group dan Fuel Terminal Malang guna menghindari kemacetan parah di Pelabuhan Ketapang.
Pertamina Kerahkan 79 Mobil Tangki BBM: Langkah Cepat Atasi Krisis Energi
Sebagai respons taktis terhadap potensi kelangkaan energi, Pertamina Patra Niaga mengerahkan 79 mobil tangki bantuan, masing-masing berasal dari suplai Banyuwangi, Surabaya, dan Malang. Setiap armada diatur hanya membawa maksimal kapasitas 24 KL, menyesuaikan dengan beban maksimal jalan alternatif yang dilalui.
“Kami juga bekerja sama dengan pihak Satlantas dan Polres setempat untuk memprioritaskan kendaraan pengangkut BBM dan LPG agar tidak tertahan terlalu lama dalam antrean kemacetan,” ujar Ahad dalam konferensi pers, Senin (28/7/2025).
Lebih lanjut, Ahad menyebutkan bahwa distribusi BBM juga akan didukung melalui Tuban dan Madiun jika situasi di jalur utama tidak memungkinkan. Strategi ini diharapkan bisa menjaga kestabilan stok BBM di SPBU yang terdampak.
SPBU di Jember Krisis Pertalite, Stok di Bawah 40 Persen
Situasi di lapangan menunjukkan bahwa kelangkaan BBM Pertalite sudah mulai dirasakan masyarakat. Sejumlah SPBU di Jember dilaporkan kehabisan stok RON 90 tersebut, memaksa pengendara mengantre panjang bahkan sejak dini hari.
Ketua DPC Hiswana Migas Wilayah Besuki, Ikbal Wilda Fardana, mengungkapkan bahwa rata-rata stok BBM di SPBU kini berada di bawah 40 persen. “Sebelum penutupan Gumitir, memang sudah ada keterlambatan pengiriman. Namun sekarang diperparah dengan kemacetan luar biasa di jalur Ketapang dan Situbondo,” ujarnya.
Distribusi BBM dari TBBM Ketapang, Banyuwangi, terganggu karena armada pengangkut terjebak antrean panjang di Pelabuhan Ketapang. Penumpukan kendaraan logistik, termasuk tangki BBM dan elpiji, menyebabkan proses pengisian ulang SPBU menjadi sangat lambat.
Distribusi Elpiji Tersendat, Masyarakat Mulai Panik
Tidak hanya BBM, LPG atau gas elpiji juga ikut terdampak. Beberapa pangkalan LPG melaporkan keterlambatan distribusi dan mulai kehabisan stok. Kondisi ini membuat sebagian masyarakat panik karena kebutuhan rumah tangga tidak bisa ditunda.
Menurut Ikbal, distribusi LPG sangat tergantung pada Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) tertentu. Karena itu, tidak semua wilayah bisa menerapkan alih suplai seperti BBM. Jalur distribusi elpiji lebih terbatas, baik dari segi armada maupun kapasitas SPPBE di daerah.
“Kami harap distribusi bisa segera pulih agar tidak berdampak besar ke masyarakat,” kata Ikbal, yang juga menjabat sebagai anggota DPRD Jember dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Desakan Solusi dari Pemerintah dan Lembaga Terkait
Hiswana Migas Wilayah Besuki mendesak agar pemerintah daerah dan lembaga terkait seperti KSOP, ASDP, dan BKI segera turun tangan menangani kemacetan parah yang terjadi di Pelabuhan Ketapang. Jika tidak segera diurai, distribusi energi ke wilayah timur Jawa Timur bisa lumpuh total.
“Kalau kendaraan logistik terus menumpuk di jalur Banyuwangi–Situbondo, maka SPBU di Jember, Bondowoso, dan sekitarnya akan kolaps,” tegas Ikbal.
Alternatif pasokan BBM dari depo Surabaya ke Lumajang sejauh ini masih berjalan normal. Namun, jalur tersebut tidak bisa sepenuhnya diandalkan karena kapasitas armada dan permintaan yang tinggi di wilayah terdampak.
Harapan Pemulihan dan Percepatan Logistik Energi
Ikbal dan Ahad sama-sama berharap agar berbagai langkah strategis yang sudah dilakukan, baik dari sisi alih suplai, penambahan armada, hingga koordinasi dengan kepolisian dan stakeholder lainnya, bisa mempercepat pemulihan distribusi energi.
“Distribusi BBM dan elpiji adalah kebutuhan vital masyarakat. Jika ini terganggu, bukan hanya sektor transportasi yang terdampak, tapi juga sektor usaha, UMKM, dan kehidupan rumah tangga secara luas,” tegas Ahad.
Pertamina menegaskan komitmennya untuk menjaga pasokan energi tetap aman meskipun menghadapi tantangan besar akibat penutupan jalur utama. Dengan dukungan penuh dari stakeholder lokal dan pusat, pemulihan penuh diharapkan bisa segera tercapai sebelum masa penutupan Gumitir berakhir.
Kesimpulan: Kerja Keras Pertamina Jaga Energi Tetap Tersedia
Penutupan Jalur Gumitir menjadi ujian besar bagi sistem distribusi energi di Jawa Timur. Namun, langkah cepat dan terkoordinasi dari Pertamina menunjukkan respons tangguh dalam menjaga ketersediaan BBM dan LPG di tengah situasi sulit.
Dengan dikerahkannya 79 mobil tangki dan penerapan alih suplai lintas kota, Pertamina berharap distribusi energi segera kembali normal. Meski tantangan masih membayangi, optimisme tetap terjaga bahwa masyarakat tidak akan kekurangan energi dalam jangka panjang.