FYPMedia.id – Libur akhir tahun kian dekat sebagian orang sibuk merancang liburan, sementara sebagian lainnya tetap tenggelam dalam rutinitas kerja tiada henti. Fenomena ini bisa menjadi sinyal bahaya: kecanduan kerja atau workaholism.
Meski terdengar positif di lingkungan kompetitif, workaholic sejatinya termasuk gangguan kesehatan mental yang serius jika dibiarkan.
Lalu, apa bedanya antara pekerja giat dan workaholic? Bagaimana cara aman meredam kebiasaan ini? Simak ulasannya berikut:
Workaholic: lebih dari sekadar work hard
Workaholic merupakan kondisi di mana seseorang mengalami ketidakmampuan menghentikan perilaku kerja berlebihan, meski berdampak negatif pada kehidupan, kesehatan, atau relasi sosial.
Para pakar mengaitkan workaholism dengan gangguan obsesif-kompulsif, kepribadian perfeksionis, dan dorongan kompulsif untuk meraih prestasi.
Menurut kajian ilmiah, workaholism melibatkan:
- Waktu kerja yang sangat panjang
- Pemikiran obsesif terhadap pekerjaan saat tidak bekerja
- Kehilangan kontrol terhadap batas kerja
- Dampak negatif nyata pada aspek kehidupan lain
Beberapa penelitian menunjukkan workaholics sering mengalami penurunan kualitas hidup, stres tinggi, konflik kerja-keluarga, bahkan penyakit fisik dan mental akibat beban kerja kronis.
Baca Juga: 7 Kebiasaan Sederhana agar Produktivitas Kerjamu Meningkat Pesat
7 Gejala Kecanduan Kerja yang Perlu Diwaspadai
Berikut tanda khas yang menunjukkan seseorang mungkin sudah berada di ambang kecanduan kerja:
- Bekerja berjam-jam tanpa jeda — bahkan saat tak diperlukan.
- Kurang tidur demi menyelesaikan proyek atau deadline.
- Obsesi terhadap kesuksesan kerja yang melewati batas sehat.
- Ketakutan tinggi gagal atau dinilai buruk di tempat kerja.
- Mengabaikan relasi pribadi — keluarga, sahabat, hobi.
- Defensif terhadap kritik terkait jam kerja atau prioritas hidup.
- Menggunakan kerja untuk lari dari emosi: stres, rasa bersalah, depresi.
Jika Anda atau orang terdekat menunjukkan sebagian besar dari gejala ini secara konsisten, bisa jadi ini lebih dari sekadar “kerja keras”.
Dampak Serius Workaholism: Mental & Fisik
Workaholism tak hanya “kerja banyak”, tetapi bisa menimbulkan konsekuensi serius:
- Kecemasan dan depresi: variabel kecanduan kerja mampu memprediksi 18,3% depresi dan 20,3% kecemasan pada studi tertentu.
- Gangguan kesehatan fisik: kelelahan, tekanan darah tinggi, gangguan tidur, masalah jantung terkait overwork.
- Konflik kerja-keluarga: workaholics cenderung mengalami konflik lebih tinggi antara tuntutan kerja dan kehidupan personal.
- Penurunan kepuasan hidup: banyak workaholic melaporkan kualitas hidup dan kebahagiaan yang lebih rendah dibanding pekerja seimbang.
Semua itu menunjukkan bahwa kerja berlebihan bukan prestasi, melainkan risiko tersembunyi bagi diri.
Baca Juga: Alasan Garuda Butuh Tambahan Modal Rp 30 T dari Danantara untuk Restrukturisasi
5 Cara Efektif Atasi Kecanduan Kerja
Jika Anda menyadari diri menunjukkan tanda-tanda tersebut, berikut strategi yang bisa membantu keluar dari lingkaran kerja kompulsif:
1. Penilaian Kesehatan Mental Profesional
Temui psikolog atau psikiater untuk diagnosis dan identifikasi gangguan bawaan (seperti OCD, ADHD) yang mungkin memicu workaholism.
2. Terapi & Konseling
Terapi perilaku kognitif (CBT) atau terapi satu-satu bisa membantu mengelola impuls kerja, stres, dan kecemasan yang menyertai.
Obat-obatan mungkin diperlukan jika terdapat kondisi komorbid (seperti depresi atau gangguan kecemasan).
3. Penetapan Batas Waktu & Delegasi
Terapkan aturan tegas: “hentikan kerja setelah jam tertentu”. Belajar mendelegasikan tugas kepada tim agar tak selalu memikul beban sendirian.
4. Aktivitas Relaksasi & Hobi
Libatkan diri dalam kegiatan non-kerja yang menyenangkan: olahraga, seni, traveling ringan. Membagi energi ke luar pekerjaan membantu menciptakan keseimbangan mental.
5. Monitor & Evaluasi Secara Berkala
Gunakan jurnal harian untuk mencatat jam kerja, suasana hati, dan perasaan fisik. Dengan mencermati pola, Anda bisa menyadari kapan mulai “terlalu jauh”.
Kecanduan kerja bukanlah badge of honor, melainkan ancaman tersembunyi bagi kesehatan jiwa dan tubuh. Jika Anda mengejar karier, cermatlah agar tidak terjebak menjadi workaholic.
Cermati gejala yang muncul, jangan anggap enteng tanda-tanda awalnya, dan cari bantuan profesional bila dibutuhkan. Kerja keras boleh, tapi jangan sampai Anda kehilangan diri sendiri di dalamnya.
