FYP Media.id – Kanker ovarium dikenal sebagai “pembunuh senyap” (silent killer) bagi kaum wanita. Penyakit ini sering kali baru terdeteksi ketika sudah berada pada stadium lanjut, sehingga peluang kesembuhan menjadi lebih kecil. Padahal, mengenali gejala awal kanker ovarium bisa menjadi langkah penyelamat nyawa — karena deteksi dini membuat pengobatan lebih efektif.
Kanker ovarium terjadi pada organ indung telur, bagian penting dari sistem reproduksi wanita yang bertugas memproduksi sel telur dan hormon seperti estrogen serta progesteron. Saat sel-sel abnormal tumbuh secara tak terkendali di ovarium atau tuba falopi, terbentuklah tumor ganas yang dapat menyebar ke jaringan tubuh lainnya.
Menurut Cleveland Clinic, kanker ovarium termasuk jenis kanker paling sulit dideteksi karena gejalanya samar dan sering disalahartikan sebagai gangguan pencernaan atau masalah hormonal biasa.
Mengapa Kanker Ovarium Sulit Dideteksi?
Sebagian besar kasus kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Ketika tanda-tanda mulai terasa, penyakit ini biasanya sudah berkembang cukup jauh. Itulah mengapa para ahli menyebutnya sebagai “pembunuh diam-diam”.
Faktor lain yang membuat penyakit ini sulit dikenali adalah karena gejalanya mirip dengan keluhan sehari-hari, seperti kembung atau nyeri haid. Banyak wanita menyepelekan sinyal tubuh ini hingga akhirnya terlambat mencari bantuan medis.
Gejala Awal Kanker Ovarium yang Perlu Dikenali
Kenali tubuh Anda! Bila Anda sering merasakan salah satu atau beberapa tanda berikut secara terus-menerus, segera konsultasikan ke dokter. Berikut 7 gejala awal kanker ovarium yang sering diabaikan:
- 
Nyeri panggul atau perut bagian bawah 
 Rasa nyeri atau tekanan di panggul dan perut bagian bawah adalah gejala paling umum. Awalnya terasa seperti kram menstruasi, namun berlangsung terus-menerus dan semakin intens dari waktu ke waktu.
- 
Perut kembung dan tidak nyaman 
 Banyak penderita kanker ovarium melaporkan perut terasa penuh, buncit, atau kembung tanpa sebab jelas. Ini bukan sekadar masalah pencernaan biasa.
- 
Cepat kenyang dan kehilangan nafsu makan 
 Penderita sering merasa kenyang hanya setelah makan sedikit. Penurunan berat badan tanpa diet juga bisa menjadi tanda bahaya.
- 
Perubahan pada siklus menstruasi atau perdarahan abnormal 
 Keputihan yang tidak biasa, perdarahan di luar jadwal haid, atau setelah menopause perlu segera diperiksakan. Ini bisa menandakan gangguan serius pada organ reproduksi.
- 
Perubahan pola buang air besar 
 Sering sembelit, diare, atau rasa tidak tuntas setelah buang air besar juga bisa terkait dengan tekanan tumor pada organ sekitar usus.
- 
Frekuensi buang air kecil meningkat 
 Tumor yang tumbuh dapat menekan kandung kemih, menyebabkan Anda sering buang air kecil, bahkan di malam hari.
- 
Perut tampak membesar atau bengkak 
 Cairan dapat menumpuk di rongga perut akibat pertumbuhan tumor, membuat perut terlihat buncit dan terasa berat.
Jika gejala-gejala ini berlangsung lebih dari dua minggu, jangan tunda untuk melakukan pemeriksaan medis.
Faktor Risiko Kanker Ovarium: Siapa yang Lebih Rentan?
Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama. Beberapa faktor berikut dapat meningkatkan peluang seseorang terkena kanker ovarium:
- 
Usia di atas 50 tahun, terutama setelah menopause. 
- 
Riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium, payudara, atau usus besar. 
- 
Tidak pernah hamil atau memiliki anak di usia lanjut. 
- 
Kegemukan (obesitas), yang meningkatkan kadar hormon estrogen. 
- 
Endometriosis, yaitu pertumbuhan jaringan rahim di luar rahim. 
- 
Penggunaan terapi hormon jangka panjang tanpa pengawasan dokter. 
Jika Anda memiliki satu atau lebih faktor di atas, sebaiknya lakukan pemeriksaan rutin dan berdiskusi dengan dokter mengenai tes genetik BRCA1/BRCA2 yang dapat mendeteksi risiko kanker ovarium secara dini.
Bagaimana Dokter Mendiagnosis Kanker Ovarium?
Deteksi dini adalah kunci. Jika dokter mencurigai adanya kelainan pada ovarium, biasanya akan dilakukan beberapa pemeriksaan berikut:
- 
Pemeriksaan panggul (pelvic exam) 
 Dokter akan memeriksa ukuran dan bentuk ovarium untuk mencari tanda-tanda pembesaran atau benjolan.
- 
Tes pencitraan seperti USG, CT Scan, atau MRI 
 Guna melihat struktur ovarium dan mendeteksi keberadaan massa atau kista abnormal.
- 
Tes darah CA-125 
 Kadar protein CA-125 yang tinggi bisa menjadi tanda adanya kanker ovarium. Namun, hasil ini perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan tambahan karena tidak selalu spesifik.
- 
Biopsi jaringan 
 Tes paling akurat untuk memastikan keberadaan sel kanker.
Pilihan Pengobatan Kanker Ovarium
Setelah diagnosis ditegakkan, dokter akan menentukan rencana perawatan sesuai stadium kanker. Umumnya mencakup:
- 
Operasi (histerektomi dan pengangkatan ovarium) untuk menghilangkan jaringan kanker. 
- 
Kemoterapi untuk membunuh sel kanker yang tersisa. 
- 
Terapi target dan imunoterapi bagi pasien tertentu untuk memperlambat pertumbuhan sel kanker. 
- 
Terapi hormon untuk mengendalikan efek hormonal pasca pengangkatan ovarium. 
Setelah pengobatan selesai, pasien tetap harus menjalani pemeriksaan berkala guna memastikan tidak ada kekambuhan.
Bisa Dicegah? Ini Langkah Cerdas Melindungi Diri
Tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker ovarium, tetapi Anda dapat mengurangi risikonya dengan langkah-langkah berikut:
- 
Rutin melakukan pemeriksaan ginekologi setiap tahun. 
- 
Mengetahui riwayat keluarga terkait kanker ovarium atau payudara. 
- 
Mengontrol berat badan dan pola makan sehat kaya buah, sayur, dan serat. 
- 
Menghindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan. 
- 
Konsultasikan dengan dokter jika mempertimbangkan terapi hormon pascamenopause. 
- 
Gunakan kontrasepsi oral (pil KB) sesuai anjuran dokter — beberapa studi menunjukkan ini dapat menurunkan risiko kanker ovarium. 
Suara Dokter: “Kenali Tubuhmu Sebelum Terlambat”
Menurut dr. Ratih Adistya, SpOG (K), onkologi ginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo, banyak pasien datang saat stadium lanjut karena tidak menyadari gejala awal.
“Wanita sering menunda pemeriksaan karena mengira keluhan hanya masalah pencernaan atau hormonal biasa. Padahal, perubahan kecil bisa berarti besar,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa pemeriksaan rutin dan kesadaran tubuh sendiri adalah benteng utama melawan kanker ovarium.
Harapan Baru: Kanker Ovarium Bisa Disembuhkan Jika Dini
Meski terdengar menakutkan, kabar baiknya adalah peluang sembuh dari kanker ovarium bisa mencapai 90% jika terdeteksi pada stadium awal. Banyak pasien yang dapat kembali hidup sehat setelah menjalani operasi dan terapi yang tepat.
Kuncinya adalah mendengarkan sinyal tubuh, tidak mengabaikan keluhan yang tampak sepele, dan selalu melakukan pemeriksaan rutin.
Pesan Penutup
Kanker ovarium bukan sekadar ancaman medis, tetapi juga panggilan bagi wanita untuk lebih mencintai tubuhnya sendiri. Jangan tunggu gejala menjadi parah baru bertindak.
Segera periksakan diri jika Anda mengalami nyeri panggul, perut kembung yang tidak biasa, atau perubahan siklus menstruasi. Dengan kesadaran dan deteksi dini, nyawa bisa terselamatkan.
“Tubuhmu berbicara setiap hari. Dengarkan sebelum terlambat.”
 
				
 
		 
		