FYP Media.id – Anxiety disorder atau gangguan kecemasan bukan sekadar “khawatir berlebihan.” Kondisi ini adalah masalah kesehatan mental serius yang bisa mengganggu aktivitas harian, merusak kualitas hidup, dan bahkan menimbulkan komplikasi jangka panjang jika tidak ditangani dengan tepat.
Sering kali, orang tidak menyadari bahwa kecemasan yang mereka rasakan sudah masuk dalam kategori gangguan. Padahal, dengan memahami faktor risiko dan gejala sejak dini, Anda bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Dalam peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia 2025, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ dari RS Pondok Indah – Pondok Indah Jakarta, mengungkap berbagai fakta penting seputar anxiety disorder yang perlu Anda tahu.
Apa Itu Gangguan Kecemasan?
Gangguan kecemasan (anxiety disorder) adalah kondisi mental yang ditandai dengan rasa cemas atau takut yang berlebihan, menetap, dan sulit dikendalikan. Kecemasan ini bukan hanya mengganggu pikiran, tapi juga bisa mengacaukan kondisi fisik.
“Rasa takut dan cemas ini sampai bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan hubungan sosial,” ujar dr. Vivi—sapaan akrab dr. Zulvia.
Apa Penyebab Anxiety Disorder?
Sampai saat ini, penyebab pasti dari gangguan kecemasan masih menjadi tanda tanya. Namun, para ahli percaya bahwa anxiety disorder merupakan kombinasi dari faktor genetik, kimia otak, dan lingkungan, terutama bila seseorang mengalami peristiwa traumatis.
“Stres yang menumpuk tanpa ditangani bisa mengganggu keseimbangan senyawa di otak yang mengatur emosi dan rasa takut,” jelas dr. Vivi.
7 Faktor Risiko Gangguan Kecemasan yang Harus Diwaspadai
Berikut ini adalah tujuh faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami anxiety disorder, termasuk di antaranya kepribadian pemalu:
1. Pengalaman Negatif atau Trauma
Peristiwa traumatis seperti kekerasan, kehilangan orang tersayang, atau kecelakaan dapat meninggalkan luka emosional yang mendalam. Jika tidak diatasi, trauma ini dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan.
2. Kepribadian Pemalu atau Terlalu Terkekang
Individu yang pemalu, sulit mengekspresikan diri, atau tumbuh di lingkungan yang terlalu banyak batasan bisa lebih mudah mengalami gangguan kecemasan karena terbiasa menahan tekanan secara internal.
3. Gangguan Kepribadian
Beberapa gangguan kepribadian tertentu seperti borderline personality disorder atau avoidant personality disorder dapat meningkatkan risiko munculnya kecemasan berat.
4. Efek Samping Obat atau Zat Tertentu
Konsumsi kafein berlebih, alkohol, serta obat-obatan tertentu (termasuk narkoba) dapat memicu gejala gangguan kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui efek dari zat-zat yang Anda konsumsi sehari-hari.
5. Penyakit Fisik Tertentu
Gangguan kecemasan juga bisa muncul akibat penyakit medis seperti hipertiroidisme atau gangguan irama jantung. Gejala fisik dari penyakit ini kerap disalahartikan sebagai serangan panik.
6. Jenis Kelamin Wanita
Statistik menunjukkan bahwa wanita lebih rentan mengalami gangguan kecemasan dibanding pria. Hal ini diduga berkaitan dengan faktor hormonal serta tekanan sosial dan budaya yang lebih besar pada perempuan.
“Kesenjangan gender membuat perempuan cenderung kesulitan mengakses bantuan medis yang memadai,” ungkap dr. Vivi.
7. Faktor Genetik
Jika dalam keluarga Anda ada yang pernah mengalami gangguan kecemasan atau gangguan mental lainnya, risiko Anda untuk mengalami hal serupa akan meningkat.
Efek Anxiety Disorder Jika Dibiarkan
Orang yang mengalami anxiety disorder umumnya akan menghindari situasi-situasi yang dianggap bisa memicu rasa cemas. Namun, jika dibiarkan, kebiasaan ini justru bisa membatasi aktivitas dan potensi diri secara drastis.
“Banyak penderita anxiety tidak bisa menunjukkan potensi maksimal karena selalu menghindar dari tantangan,” jelas dr. Vivi.
Dalam jangka panjang, gangguan kecemasan yang tidak diobati dapat berkembang menjadi depresi, bahkan menurunkan kualitas hidup secara menyeluruh.
Jangan Ragu Periksa ke Dokter Jiwa
Bila Anda merasa cemas berlebihan dalam jangka waktu lama, jangan tunggu sampai kondisi memburuk. Langkah pertama adalah memeriksakan diri ke dokter spesialis kedokteran jiwa (psikiater).
Dokter akan terlebih dahulu memastikan bahwa tidak ada penyebab medis seperti gangguan hormon atau jantung. Setelah itu, barulah diberikan penanganan sesuai kondisi pasien.
Cara Menangani Anxiety Disorder
Penanganan gangguan kecemasan dapat meliputi:
1. Psikoterapi
Terapi bicara seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) membantu pasien mengenali pola pikir negatif dan menggantinya dengan respons yang lebih sehat.
2. Obat-Obatan
Psikiater mungkin meresepkan:
- 
Obat anti-kecemasan (antiansietas) 
- 
Antidepresan 
- 
Obat pendukung lainnya sesuai gejala 
3. Kombinasi Terapi
Dalam banyak kasus, penggabungan antara terapi dan obat-obatan memberikan hasil paling efektif.
Tips Tambahan untuk Mengurangi Kecemasan
Menurut dr. Vivi, pasien juga bisa melakukan beberapa langkah mandiri untuk membantu mengendalikan kecemasan:
- 
Batasi informasi negatif dari media sosial atau berita 
- 
Curhat ke teman dekat atau komunitas yang suportif 
- 
Olahraga rutin, minimal 30 menit setiap hari 
- 
Tidur cukup, idealnya 7–8 jam per malam 
- 
Hindari kafein, alkohol, dan rokok 
- 
Latih teknik relaksasi seperti meditasi, journaling, napas dalam, atau hobi positifKesimpulan: Cemas Berlebihan Bukan Hal Sepele 
Anxiety disorder bukan kelemahan karakter, melainkan kondisi medis yang bisa diobati. Jangan remehkan gejala cemas berlebihan, apalagi jika sudah mengganggu aktivitas dan hubungan sosial Anda.
Kunci utamanya adalah segera mencari bantuan profesional, dan tidak malu untuk berbicara tentang apa yang Anda rasakan.“Jika tidak ditangani dengan tepat, anxiety disorder bisa berdampak lebih buruk. Jadi, jangan ragu untuk periksa ke psikiater,” tutup dr. Vivi.
 
				
 
		 
		