5 Fakta Penting Penanganan Stroke: Dokter Ungkap Kesalahan Fatal yang Masih Sering Dilakukan

dokter
Ilustrasi Stroke/Sumber Foto: Freepik

FYPMedia.id – Masih banyak masyarakat yang salah kaprah dalam memberikan pertolongan pertama pada penderita stroke. Salah satu kesalahan paling umum adalah menusukkan jarum di ujung jari pasien, dengan harapan bisa “mengeluarkan darah kotor” dan menyelamatkan nyawa.

Padahal, menurut para ahli, tindakan ini tidak hanya tidak efektif, tetapi juga berisiko fatal karena dapat menunda penanganan medis yang sangat krusial.

Mitos Tusuk Jari Saat Stroke Masih Marak

Seorang dokter spesialis saraf dari Siloam Hospital Lippo Village, Dr. dr. Pricilla Yani Gunawan, SpN, Subsp ENK(K), menegaskan bahwa mitos menusukkan jarum di jari saat stroke sama sekali tidak berdasar secara ilmiah.

“Tusuk jarum di jari saat stroke itu sama sekali tidak berdasar pada data ilmiah,” tegas dr Pricilla saat ditemui di Siloam Hospital Lippo Village, Banten.

Ia menjelaskan, tusuk jari atau tindakan serupa seperti memijat, menarik anggota tubuh yang lumpuh, atau mengoleskan bahan tradisional ke wajah pasien justru bisa membahayakan kondisi pasien.

Menurutnya, yang seharusnya dilakukan masyarakat bukanlah mencari cara alternatif tanpa dasar medis, melainkan segera membawa pasien ke rumah sakit yang memiliki fasilitas penanganan stroke lengkap.

“Tindakan yang benar adalah segera membawa pasien ke rumah sakit yang memiliki fasilitas penanganan stroke,” tambahnya.

Golden Period 4,5 Jam: Waktu Emas Penentu Keselamatan

Dr Pricilla menegaskan pentingnya golden period stroke—yakni masa keemasan selama 4,5 jam sejak gejala pertama kali muncul. 

Dalam jangka waktu ini, dokter masih memiliki kesempatan untuk mengembalikan aliran darah ke otak menggunakan obat penghancur sumbatan atau tindakan medis lainnya.

“Dalam waktu itu, dokter masih bisa memberikan obat penghancur sumbatan agar aliran darah ke otak kembali lancar,” jelasnya.

Begitu pasien tiba di rumah sakit, dokter akan segera melakukan CT scan atau MRI untuk memastikan penyebab stroke, apakah karena sumbatan (iskemik) atau perdarahan (hemoragik).

Hasil pemeriksaan tersebut menentukan jenis terapi yang akan diberikan. Karena itulah, setiap menit sangat berharga bagi pasien stroke.

Baca Juga: 7 Tips Olahraga Aman di Cuaca Panas Agar Jantung Tetap Sehat dan Terhindar dari Heatstroke

Kenali Gejala Stroke dengan Metode FAST

Salah satu kunci utama dalam pertolongan pertama stroke adalah mengenali gejalanya sejak awal. 

Dokter dan lembaga kesehatan di seluruh dunia menyarankan metode FAST (Face, Arms, Speech, Time) untuk mengenali tanda-tanda stroke.

  1. Face (Wajah): Wajah terlihat mencong atau tidak simetris, terutama saat tersenyum.
  2. Arms (Lengan): Salah satu lengan terasa lemah atau mati rasa.
  3. Speech (Bicara): Bicara cadel, pelo, atau bahkan tidak bisa berbicara sama sekali.
  4. Time (Waktu): Jika ketiga gejala itu muncul, segera hubungi layanan medis—jangan menunggu gejala hilang sendiri.

Selain tiga gejala utama di atas, stroke ringan (TIA – Transient Ischemic Attack) juga bisa ditandai dengan pusing mendadak, gangguan penglihatan, mual, atau kehilangan keseimbangan.

Meski gejalanya tampak ringan dan bisa hilang dalam beberapa jam, stroke ringan bisa menjadi peringatan keras sebelum terjadi stroke berat.

Langkah Pertolongan Pertama Stroke Ringan yang Benar

Bila seseorang di sekitar Anda menunjukkan tanda-tanda stroke ringan, berikut langkah-langkah pertolongan pertama yang direkomendasikan para ahli:

1.Posisikan Pasien dengan Kepala Lebih Tinggi

Segera baringkan pasien dalam posisi telentang dengan kepala lebih tinggi dari tubuh, bisa dengan menaruh dua hingga tiga bantal.

Tujuannya untuk melancarkan aliran darah ke otak dan mengurangi tekanan intrakranial yang bisa memperburuk kondisi pasien. Posisi ini juga mencegah risiko tersedak jika pasien mengalami mual atau muntah.

2. Longgarkan Pakaian

Jika pasien kesulitan bernapas, longgarkan pakaian terutama di bagian dada dan leher.

Buka kancing baju, lepaskan dasi atau sabuk, dan bantu pasien mengatur napas perlahan. Cara sederhana ini bisa meningkatkan asupan oksigen ke otak dan mengurangi kepanikan.

3. Jangan Beri Makanan atau Minuman

Hindari memberi makanan, air, atau obat apa pun secara oral. Pasien stroke bisa kehilangan refleks menelan, sehingga berisiko tersedak dan memperparah kondisi pernapasan.

4. Hubungi Bantuan Medis atau Ambulans

Setelah memberikan pertolongan awal, segera hubungi ambulans atau bawa pasien ke rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas stroke unit.

Jangan pernah membawa pasien sendiri tanpa pendamping atau mengemudi sendiri jika Anda yang terkena stroke.

“Makin cepat penderita tiba di rumah sakit, makin berkurang komplikasi yang mungkin terjadi,” tulis keterangan medis dari laman kesehatan Alodokter.

Baca Juga: Fakta Mengejutkan! Air Hujan Jakarta Mengandung Mikroplastik, Picu Stroke & Jantung

Pentingnya Edukasi Publik tentang Penanganan Stroke

Stroke masih menjadi penyebab utama kecacatan dan kematian di Indonesia. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang gejala awal dan penanganan cepat membuat banyak pasien kehilangan waktu emas yang berharga.

Dr Pricilla menegaskan, pendidikan publik soal pertolongan pertama stroke harus terus digencarkan.

Kesalahan umum seperti menusukkan jarum, memijat anggota tubuh, atau memberi ramuan tradisional harus segera dihentikan karena bisa menunda pertolongan medis.

Jangan Abaikan Stroke Ringan

Stroke ringan sering diabaikan karena gejalanya hilang dalam beberapa menit. Namun menurut berbagai studi medis, TIA (Transient Ischemic Attack) adalah alarm keras dari tubuh sebelum terjadi stroke berat yang bisa menyebabkan kelumpuhan permanen.

Segera periksakan diri ke dokter bila mengalami bicara cadel, wajah mencong, atau lengan lemas tiba-tiba, meski hanya berlangsung singkat. 

Pemeriksaan dini bisa membantu mencegah kerusakan otak permanen.

“Segera periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami gejala stroke ringan atau memiliki kondisi yang bisa memicu stroke seperti hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes,” jelas laman medis Alodokter.

Kesimpulan: Waspadai, Waktu adalah Otak

Dalam kasus stroke, ada satu prinsip emas yang tak boleh dilupakan: time is brain. Setiap menit yang terlewat berarti semakin banyak sel otak yang mati. 

Oleh karena itu, tidak ada waktu untuk mencoba cara-cara tradisional atau menunggu gejala hilang sendiri.

Lupakan mitos tusuk jari, hentikan praktik memijat atau memberi ramuan. Langkah paling benar dan menyelamatkan nyawa adalah segera mencari pertolongan medis profesional. Karena dalam penanganan stroke, setiap detik berarti kehidupan.