BMKG: 3 Hari ke Depan Tangerang Waspada Cuaca Ekstrem & Hujan Es!

3 Hari ke Depan Tangerang Waspada Cuaca Ekstrem & Hujan Es!

FYP Media.id – Tangerang kembali jadi sorotan! Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa dalam 1 hingga 3 hari ke depan, wilayah Kota dan Kabupaten Tangerang berpotensi dilanda cuaca ekstrem, mulai dari hujan es, angin kencang, hingga petir intens.

Peringatan ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan laporan lapangan dan citra satelit cuaca terbaru, fenomena awan cumulonimbus tengah aktif berkembang di wilayah Banten bagian utara dan tengah — termasuk Tangerang Raya.

BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada karena cuaca ekstrem ini dapat menyebabkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, genangan air, pohon tumbang, hingga kerusakan properti akibat angin.

Fenomena Hujan Es yang Kembali Terjadi di Tangerang

Kepala BMKG Wilayah II, Hartanto, menjelaskan bahwa hujan es yang terjadi di Tangerang bukan kali pertama. “Fenomena hujan es, hujan lebat masih ada potensi 1–3 hari ke depan,” ujarnya di Tangerang, dikutip dari Antara (1/11/2025).

Laporan terakhir menyebutkan bahwa pada Jumat, 31 Oktober 2025, wilayah Gading Serpong, Kelapa Dua (Kabupaten Tangerang) dan Tangerang Selatan diguyur hujan es dengan butiran sebesar biji jagung.

Kejadian itu berlangsung sekitar 10–15 menit dan disertai angin kencang serta kilat yang intens. Banyak warga merekam peristiwa langka ini dan mengunggahnya ke media sosial — video-video tersebut pun langsung viral di berbagai platform.

Apa Itu Hujan Es dan Bagaimana Terjadi?

Hujan es termasuk dalam kategori cuaca ekstrem berskala lokal, di mana butiran es kecil jatuh dari langit bersamaan dengan hujan.

Menurut Hartanto, fenomena ini terbentuk dari awan cumulonimbus (Cb) — awan petir besar dan tebal yang menjulang tinggi hingga belasan kilometer di atmosfer.

Di dalam awan Cb terdapat arus udara naik (updraft) dan arus udara turun (downdraft) yang sangat kuat. Ketika suhu di puncak awan berada di bawah titik beku, tetesan air membeku menjadi es.
Akibat gaya gravitasi dan perubahan suhu, es ini akhirnya jatuh ke permukaan bumi — menciptakan hujan es.

Biasanya, fenomena ini terjadi saat musim peralihan dari kemarau ke hujan, seperti yang dialami saat ini.

Faktor Pemicu Cuaca Ekstrem di Wilayah Tangerang dan Banten

BMKG mengidentifikasi beberapa faktor yang memperkuat peluang terbentuknya hujan es di wilayah Banten dan Tangerang Raya, yaitu:

  1. Suhu muka laut yang hangat
    Suhu laut di sekitar perairan Banten saat ini berada di atas normal, sehingga meningkatkan proses penguapan. Udara lembap naik dan membentuk awan konvektif besar.

  2. Kelembapan udara tinggi di lapisan bawah atmosfer
    Kondisi ini membuat awan lebih mudah berkembang menjadi cumulonimbus — awan penghasil badai.

  3. Adanya sistem tekanan rendah dan labilitas atmosfer kuat
    Aktivitas atmosfer seperti low frequency wave memperkuat potensi pembentukan awan badai.

  4. Peralihan musim
    Di periode transisi, angin dari dua arah berbeda sering bertemu di atas wilayah Jabodetabek dan Banten, menciptakan zona konvergensi — pemicu utama terbentuknya hujan ekstrem.

Potensi Dampak: Dari Hujan Lebat hingga Banjir Mendadak

BMKG memperingatkan bahwa hujan es hanya salah satu bentuk dari rangkaian cuaca ekstrem yang sedang aktif. Dalam beberapa hari ke depan, warga Tangerang perlu mewaspadai potensi:

  • Hujan sedang hingga lebat disertai petir

  • Angin kencang dan puting beliung lokal

  • Genangan air dan banjir cepat di wilayah dengan drainase buruk

  • Pohon tumbang dan atap rumah rusak akibat terpaan angin

Fenomena ini masuk kategori bencana hidrometeorologi, yakni bencana yang dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem dan siklus hidrologi yang tidak stabil.

Wilayah yang Berpotensi Terdampak di Tangerang Raya

Berdasarkan pemantauan radar cuaca, BMKG memperkirakan potensi hujan intens dan angin kencang paling besar terjadi di:

  • Kecamatan Kelapa Dua, Curug, Panongan, dan Legok

  • Kawasan Gading Serpong, BSD, Cipondoh, dan Karawaci

  • Sebagian wilayah Ciledug, Pamulang, dan Serpong Utara

Daerah-daerah tersebut memiliki pola angin lembab yang kuat dan aktivitas awan konvektif tinggi — dua indikator utama pembentukan badai lokal.

Imbauan BMKG: Tetap Tenang, Tapi Jangan Abaikan Tanda Alam

BMKG meminta masyarakat untuk tetap waspada dan bijak menghadapi cuaca ekstrem ini. Jika mendapati tanda-tanda hujan ekstrem seperti awan gelap tebal menjulang tinggi, kilat menyambar cepat, dan hembusan angin dingin tiba-tiba, segera lakukan langkah antisipasi berikut:

  1. Masuk ke dalam rumah atau bangunan yang kokoh.
    Hindari berteduh di bawah pohon, baliho, atau tiang listrik.

  2. Cabut alat elektronik dari stopkontak.
    Petir bisa menyebabkan lonjakan arus listrik berbahaya.

  3. Jauhi area terbuka seperti lapangan dan parkiran.

  4. Waspadai saluran air dan sungai kecil.
    Saat hujan deras, air bisa meluap secara tiba-tiba.

  5. Perbarui informasi cuaca resmi dari BMKG.
    Gunakan aplikasi Info BMKG atau akun media sosial resmi @infoBMKG untuk update peringatan dini.

Fenomena Alam Jadi Viral di Media Sosial

Fenomena hujan es di Tangerang sontak menjadi trending topic lokal di X (Twitter) dan Instagram. Banyak warga mengunggah foto dan video butiran es menumpuk di halaman rumah, jalan raya, bahkan di atap mobil.

Beberapa netizen menyebut fenomena ini sebagai “salju mini” karena jarang sekali terjadi di daerah tropis seperti Banten. Meski terlihat indah, BMKG menegaskan agar masyarakat tidak terlena oleh keunikannya, karena di balik keindahan itu tersembunyi potensi bahaya.

Langkah Pencegahan Jangka Panjang

Selain antisipasi harian, masyarakat diimbau untuk melakukan langkah jangka panjang dalam menghadapi cuaca ekstrem:

  • Perkuat atap rumah dan pastikan saluran air lancar.

  • Tanam pohon peneduh berakar kuat agar tidak mudah tumbang.

  • Hindari membuang sampah ke selokan, karena dapat memperparah banjir.

  • Ikuti pelatihan mitigasi bencana lokal agar siap siaga menghadapi kondisi darurat.

Cuaca Ekstrem, Cermin Perubahan Iklim Global

BMKG menegaskan bahwa meningkatnya frekuensi hujan es dan badai lokal di wilayah urban seperti Tangerang tidak lepas dari pengaruh perubahan iklim global.

Suhu permukaan bumi yang meningkat memicu ketidakstabilan atmosfer, memperbesar potensi terbentuknya awan cumulonimbus. Fenomena ini kini semakin sering terjadi di Indonesia, terutama di masa peralihan musim.

Hartanto menambahkan, “Kita harus mulai sadar bahwa kondisi cuaca kini jauh lebih dinamis. Perubahan iklim membuat fenomena ekstrem bisa muncul kapan saja dan di mana saja.”

Kesimpulan: Waspada, Tapi Jangan Panik

Selama beberapa hari ke depan, BMKG memprediksi cuaca ekstrem di Tangerang masih mungkin terjadi — terutama pada sore hingga malam hari.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, menjaga keamanan diri, dan selalu memperbarui informasi resmi.

Fenomena hujan es dan angin kencang mungkin hanya berlangsung sebentar, tapi dampaknya bisa besar bila diabaikan. Jadi, siapkan diri, amankan rumah, dan jangan sepelekan tanda-tanda alam.