23 Juli, Hari Tanpa Televisi: Lindungi Anak dari Tontonan Negatif

sehari tanpa televisi

FYPMEDIA.ID – Televisi merupakan salah satu alat elektronik yang biasa dijumpai di tiap-tiap rumah. Berfungsi sebagai alat komunikasi massa untuk menyajikan berbagai informasi, pendidikan, dan hiburan dalam bentuk gambar serta suara. Melalui benda canggih tersebut, kita dapat mengakses informasi, pendidikan, hiburan, dan sebagainya dalam satu waktu tanpa harus menuju lokasi tertentu, melainkan cukup di rumah saja.

Di era digital saat ini, penggunaan televisi sudah mulai mengalami penurunan. Hal ini sebabkan sudah mulai bermunculan berbagai media platform streaming untuk menonton, misalnya YouTube, yang dapat menyajikan berbagai konten yang lebih variatif. Meskipun begitu, masih tetap bertahan menggunakan televisi setiap harinya sebagai media yang dapat memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan. Tapi tahukah kamu, kalau tanggal 23 Juli merupakan Hari Tanpa Televisi?

Hari Tanpa Televisi

Setiap tanggal 23 Juli, Indonesia memperingati Hari Tanpa Televisi. Digagas pertama kali pada tahun 2008 oleh Yayasan Pendidikan Media Anak (YPMA), yang sampai saat ini masih terus digaungkan. Hal yang melatarbelakangi peringatan ini adalah masih banyaknya tayang televisi di Indonesia yang mengkhawatirkan. Hal ini dikarenakan masih terdapat tayangan-tayangan yang dinilai tidak mendidik, tidak aman, dan tidak ramah apabila ditonton oleh anak-anak. Selain itu, ketergantungan anak-anak dalam menonton televisi membuat mereka menjadi memiliki waktu yang sedikit untuk belajar.

Melalui Hari Tanpa Televisi, YPMA mengajak masyarakat untuk mematikan televisi selama satu hari penuh. Hal ini bertujuan untuk membiasakan anak untuk tidak terlalu asyik dalam menonton televisi dan juga menyadarkan kepada orang tua agar lebih mengontrol tayangan-tayangan yang ditonton oleh sang anak. Dengan begitu dapat membantu orang tua agar bisa lebih menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka, seperti dengan pergi jalan-jalan atau sekadar berbincang di rumah. Harapannya, kualitas hubungan orang tua dengan anak dapat juga dapat terus terjaga dengan baik.

Dampak Menonton Televisi

Tayangan-tayangan yang disiarkan di televisi tidak sepenuhnya buruk, masih terdapat tayangan-tayangan positif sebagaimana fungsinya. Oleh karena itu, dengan menonton televisi maka akan ada dampak positif dan negatif yang dirasakan.

Dampak positif

  • Memberikan beragam informasi yang faktual dan aktual sehingga minim terjadinya pemberian informasi palsu.
  • Menyiarkan berbagai program yang dapat menambah pengetahuan diberbagai bidang, seperti sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, politik, dan agama. Dikemas dalam program berita, talkshow, religi, dan wisata budaya. Program-program tersebut pun berdasarkan IKPSTV Periode II Tahun 2023 berada di atas angka 3.0, artinya sudah sesuai dengan standar nilai yang ditetapkan oleh KPI.
  • Membantu dalam mengasah kreativitas anak misalnya melalui program anak berupa kartun, seperti Dora The Explorer, Nussa dan Rara, serta Upin dan Ipin. Selain itu, dapat meningkatkan kepintaran anak, seperti melalui program cerdas cermat dan kuis.

Dampak negatif

  • Masalah perilaku. Anak-anak yang terlalu banyak menonton televisi tanpa pengawasan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa, rawan untuk terjadinya kesalahan dalam menangkap pesan-pesan yang disampaikan. Selain itu, tidak sedikit program yang ditayangkan, seperti sinetron, menampilkan adegan kekerasan atau percintaan yang berlebihan. Hal ini tentunya akan memengaruhi emosional anak dan berujung pada perubahan perilaku anak.
  • Sulit bersosialisasi. Anak yang sudah kecanduan untuk menonton televisi dapat membuat waktu anak untuk bermain dengan teman sebayanya menjadi berkurang. Anak menjadi lebih sering menghabiskan waktunya di rumah sehingga minim terjadinya interaksi dengan orang lain. Akibatnya anak menjadi sulit untuk beradaptasi di lingkungannya dan cenderung menjadi pemalu.
  • Kemalasan. Anak-anak yang sudah terbiasa menonton televisi lebih dari 4 jam per hari tanpa henti dapat membuat anak menjadi malas. Tidak hanya malas untuk bersosialisasi, tetapi juga dapat menimbulkan kemalasan lainnya. Misalnya anak menjadi malas untuk belajar atau mengerjakan tugas sekolahnya karena sudah terlalu asyik menonton. Anak juga dapat berisiko memiliki berat badan yang berlebih karena malas bergerak, tetapi diikuti dengan nyemil yang tidak terkontrol.

Sama halnya dengan internet, menonton televisi juga memiliki dua dampak, yaitu positif dan negatif. Dengan segala kemudahan dan berbagai pengetahuan yang disajikan di televisi tentu sangat memberikan manfaat. Namun, ketika tontonan-tontonan yang dipilih menghadirkan nilai-nilai yang tidak memberikan manfaat, tetapi justru dapat menjadi boomerang bagi kita sendiri. Kunci dari tontonan anak adalah orang tua. Orang tua berperan untuk mengajarkan dan melindungi anak dari berbagai tayangan yang ditonton oleh anak.

Hari Tanpa Televisi ini bukan diartikan sebagai bentuk kebencian terhadap tayangan yang disiarkan televisi. Melainkan menjadikan refleksi bagi kita untuk bisa lebih memilih dengan bijak program apa yang akan kita tonton. Sekaligus menjadi refleksi juga bagi para pembuat acara, agar bisa mengutamakan kualitas tayangan yang akan disiarkan dibanding hanya mengejar rating siaran.