2 Dapur MBG Gunungkidul Ditutup! Puluhan Siswa Keracunan Usai Konsumsi Makanan Bergizi

2 Dapur MBG Gunungkidul Ditutup

FYP Media.ID –  Insiden mengejutkan kembali mencoreng dunia pendidikan Indonesia. Puluhan siswa dari dua sekolah di Kabupaten Gunungkidul, DIY, mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). Imbas dari kejadian ini, dua dapur penyedia MBG langsung ditutup sementara oleh pihak berwenang sebagai langkah darurat.

Peristiwa ini menyulut kepanikan massal di kalangan orang tua murid, guru, dan warga sekitar, serta mengundang reaksi keras dari aparat dan dinas terkait.

Kronologi Singkat: Keracunan Massal Siswa Gunungkidul

Kasus keracunan pertama terjadi di SD Negeri Piyaman 3, Kecamatan Wonosari. Sejumlah siswa menunjukkan gejala seperti:

  • Mual dan muntah

  • Pusing

  • Lemas

  • Diare ringan hingga berat

Keesokan harinya, kasus serupa terulang di MTs Negeri 4 Wonosari, membuat publik menduga adanya keterkaitan sumber makanan, yaitu program MBG yang dikelola dari Sentra Pengolahan dan Penyimpanan Gizi (SPPG).

Dua dapur MBG yang diketahui mendistribusikan makanan ke sekolah-sekolah tersebut langsung ditutup:

  • SPPG Kalurahan Jeruk: Ditutup sejak Minggu (5/10/2025)

  • SPPG Kalurahan Siraman: Mulai dihentikan operasinya pada Senin (6/10/2025)

Investigasi Ketat & Evaluasi Menyeluruh dari Dinas

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul bersama Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, serta aparat TNI kini tengah melakukan investigasi menyeluruh terhadap insiden ini.

Tim gabungan langsung mengambil sampel makanan MBG dari kedua lokasi untuk dilakukan uji laboratorium guna mengetahui penyebab pasti keracunan.

Letkol Inf Rony Hermawan, Komandan Kodim 0730/Gunungkidul, dalam pernyataannya menegaskan:

“SPPG tidak hanya harus memenuhi syarat administratif, tapi harus memastikan kualitas proses pengolahan, penyimpanan, dan distribusi sesuai standar kesehatan.”

 Teguran Keras bagi Seluruh Dapur MBG: Standar SLHS Wajib Dipenuhi!

Menurut Rony, kejadian ini harus menjadi peringatan keras bagi seluruh dapur MBG di Gunungkidul dan sekitarnya. Ia menyoroti pentingnya penerapan SLHS (Studi Lingkungan Hidup Sederhana) sebagai syarat utama kelayakan operasional dapur penyedia makanan bergizi.

Standar SLHS meliputi:

  • Kebersihan dapur dan lingkungan sekitar

  • Kelayakan penyimpanan bahan makanan

  • Higienitas petugas pengolah

  • Pengendalian rantai distribusi makanan

“Kalau ditemukan pelanggaran, SPPG harus diperbaiki dulu sebelum boleh beroperasi kembali,” tegas Rony.

Efek Domino: Kepercayaan Publik Menurun, Evaluasi Sistemik Digencarkan

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu proyek unggulan nasional untuk meningkatkan gizi dan kesehatan siswa di seluruh Indonesia. Namun, insiden di Gunungkidul ini mengancam kredibilitas dan keberlangsungan program, terutama di wilayah-wilayah lain yang belum memiliki pengawasan ketat.

Reaksi masyarakat pun terbelah:

  • Sebagian masih mendukung program MBG, asalkan pengawasan diperketat

  • Namun banyak orang tua siswa kini was-was memberikan anaknya konsumsi MBG

Dinas Pendidikan Gunungkidul merespons dengan langkah cepat:

  • Melakukan audit internal terhadap seluruh SPPG di wilayah tersebut

  • Menyusun protokol darurat keamanan pangan

  • Menambah pengawasan lapangan dari puskesmas dan tim kesehatan sekolah

Fakta Mengerikan: Potensi Bahaya dari Dapur Tidak Standar

Insiden keracunan ini membuka mata banyak pihak bahwa bahaya laten dari dapur tidak sesuai standar sangat nyata.

Berikut ini beberapa risiko jika dapur MBG tidak memenuhi standar:

  1. Keracunan massal yang bisa berdampak jangka panjang pada tumbuh kembang anak

  2. Wabah diare dan penyakit pencernaan di lingkungan sekolah

  3. Potensi pelanggaran hukum terhadap pengelola SPPG yang lalai

  4. Menurunnya partisipasi siswa dalam program bantuan pemerintah

“Makanan untuk anak sekolah bukan sekadar gratis. Harus bergizi dan AMAN,” ujar seorang pakar gizi dari UGM yang ikut mengawal investigasi.

Solusi dan Langkah Strategis untuk Mengembalikan Kepercayaan

Untuk mencegah insiden serupa terulang dan mengembalikan kepercayaan publik terhadap MBG, beberapa langkah penting disarankan oleh pengamat kebijakan pangan dan pendidikan:

1. Sertifikasi Wajib SPPG

Semua dapur pengolah MBG harus melalui proses sertifikasi kelayakan operasional oleh Badan Gizi Nasional (BGN) atau otoritas lokal.

2. Pelatihan Berkala untuk Petugas Dapur

Koki, pengolah, dan tenaga distribusi MBG perlu mengikuti pelatihan higienitas dan Good Food Handling Practices.

3. Monitoring Harian oleh Dinas Kesehatan

Puskesmas wajib rutin memeriksa suhu penyimpanan makanan, alat masak, dan kualitas bahan baku secara acak.

4. Edukasi Orang Tua & Siswa

Masyarakat juga perlu diajak terlibat dalam pengawasan kualitas makanan dengan membentuk forum pengawasan MBG berbasis sekolah.

Penutup: MBG Baik, Tapi Harus Aman!

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memang memiliki dampak positif luar biasa dalam mencegah stunting, memperbaiki konsentrasi belajar siswa, dan membantu ekonomi keluarga. Namun, satu titik lalai bisa merusak kepercayaan seluruh sistem.

Kesehatan dan keselamatan anak adalah prioritas utama. Jika dapur MBG tidak bisa menjamin standar tersebut, maka perlu penataan ulang sistem secara menyeluruh.

Seperti dikatakan Letkol Rony:

“Program MBG sangat baik, tapi keselamatan anak-anak adalah yang utama. Kalau ada pelanggaran, harus diperbaiki dulu.”