FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
Tertawa Tanpa Sebab Sejak Bayi, Wanita Ini Idap Gangguan Otak Langka

News

Tertawa Tanpa Sebab Sejak Bayi, Wanita Ini Idap Gangguan Otak Langka

Writer: Raodatul - Jumat, 26 Desember 2025 14:04:09

Tertawa Tanpa Sebab Sejak Bayi, Wanita Ini Idap Gangguan Otak Langka
Sumber gambar: Ilustrasi Tertawa/Freepik

FYPMedia.id - Senyum dan tawa umumnya menjadi simbol kebahagiaan. Namun, bagi seorang perempuan berusia 31 tahun di Inggris, tawa justru menjadi gejala penyakit langka yang membayanginya sejak bayi. 

Tanpa rasa senang, tanpa pemicu emosional, tawa itu muncul tiba-tiba, tak terkendali, dan kerap disertai rasa takut serta gangguan pernapasan.

Kisah medis yang jarang terjadi ini diungkap dalam jurnal Epilepsy & Behavior Case Reports dan dilaporkan oleh Live Science

Kasus tersebut menyoroti kondisi neurologis langka yang selama puluhan tahun luput dari diagnosis, bahkan oleh keluarga terdekat pasien.

Tertawa yang Bukan Kebahagiaan

Perempuan tersebut pertama kali dibawa ke rumah sakit setelah episode tertawanya semakin disadari sebagai sesuatu yang tidak wajar. 

Ia mengaku mengalami kondisi ini sejak masih bayi, namun sepanjang hidupnya, tawa tersebut kerap dianggap sebagai perilaku sengaja atau kebiasaan aneh.

Padahal, sebelum episode tertawa terjadi, pasien merasakan sensasi yang mengganggu.

Ia mengalami rasa takut mendadak, perasaan tidak nyaman di leher dan dada, lalu disusul ledakan tawa yang membuatnya tidak mampu berbicara, menelan, bahkan bernapas dengan normal.

Kejadian tersebut biasanya muncul saat ia baru terbangun di pagi hari. Setiap episodenya relatif singkat, tetapi dampaknya sangat signifikan bagi kenyamanan dan kualitas hidupnya.

Peneliti mencatat: "Saat ini, setiap episode berlangsung sekitar satu hingga dua detik, namun di masa lalu pernah berlangsung hingga 2-3 menit," tulis peneliti dari National Hospital of Neurology and Neurosurgery dalam jurnal Epilepsy & Behavior Case Reports.

Lebih jauh, peneliti mengungkap bagaimana kondisi ini salah dipahami sejak awal kehidupan pasien: "Saat masih anak-anak, orang tuanya kerap memintanya untuk menghentikan kebiasaan tersebut karena mereka menganggapnya sebagai perilaku yang disengaja, bukan suatu kondisi medis," sambung peneliti dalam tulisannya.

Baca Juga: 10 Gejala Awal Tumor Otak yang Sering Diabaikan, Jangan Sampai Terlambat

Misteri Medis yang Sulit Dideteksi

Ketika menjalani pemeriksaan awal, hasil MRI dan elektroensefalografi (EEG) otak pasien tidak menunjukkan kelainan signifikan. Tidak ditemukan tanda-tanda epilepsi atau gangguan saraf yang lazim terdeteksi melalui prosedur standar.

Namun, titik terang mulai muncul ketika dokter meninjau rekaman video episode tawa pasien. Dari sana, tim medis mencurigai adanya kejang gelastik, jenis kejang langka yang ditandai dengan tawa atau cekikikan tanpa sebab emosional.

Kejang gelastik termasuk kejang fokal, yakni gangguan aktivitas listrik abnormal yang terjadi pada satu area spesifik otak. 

Berbeda dengan epilepsi umum, penderita biasanya tetap sadar, tetapi tidak mampu mengendalikan tubuhnya.

Temuan Kunci di Otak

Kecurigaan dokter akhirnya terkonfirmasi melalui pemeriksaan MRI lanjutan. Pada pemindaian kedua, ditemukan lesi kecil di bagian otak yang sangat vital.

Dokter menjelaskan: "Pemeriksaan MRI ulang mengungkap adanya area kecil berukuran 5 mm dengan sinyal abnormal di garis tengah, tepat di bagian posterosuperior terhadap tuber cinereum dan di atas mammillary bodies,"

Area tersebut berada di hipotalamus, struktur otak yang berperan besar dalam mengatur emosi, hormon, suhu tubuh, hingga sistem saraf otonom.

Lesi tersebut didiagnosis sebagai hamartoma hipotalamus, yaitu pertumbuhan jaringan jinak non-kanker yang terbentuk sejak masa perkembangan janin. Meski tidak bersifat ganas, kelainan ini dikenal sebagai penyebab utama kejang gelastik.

Mengapa Hamartoma Bisa Picu Tawa?

Dalam dunia neurologi, hamartoma hipotalamus merupakan kondisi yang sangat jarang, namun memiliki ciri khas kuat berupa tawa tak terkendali.

Yang membuat kondisi ini rumit adalah mekanismenya belum sepenuhnya dipahami. Para ilmuwan masih meneliti bagaimana jaringan abnormal tersebut memicu aktivitas listrik yang menghasilkan tawa spontan, meskipun penderita tidak merasakan emosi positif.

Yang jelas, kejang gelastik bukan sekadar tertawa berlebihan. Saat episode terjadi, penderita bisa mengalami:

  • Gangguan bicara
  • Kesulitan bernapas
  • Ketidakmampuan menelan
  • Rasa takut tanpa sebab
  • Hilangnya kontrol otot sementara

Semua itu terjadi dalam kondisi sadar, membuat pengalaman tersebut sangat menegangkan secara psikologis.

Baca Juga:  7 Dampak Serius Screen Time Berlebih: Riset Ungkap Risiko Otak & Tidur

Pengobatan Tak Selalu Efektif

Setelah diagnosis ditegakkan, dokter memberikan obat anti-kejang yang umum digunakan untuk epilepsi. Namun, respons pasien terhadap pengobatan tersebut tidak menunjukkan perbaikan signifikan.

Karena frekuensi serangan semakin jarang dan durasinya semakin singkat seiring bertambahnya usia, pasien akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan terapi medis lanjutan.

Keputusan ini juga didukung oleh fakta bahwa ia tidak mengalami gangguan kognitif, perilaku, maupun penurunan fungsi mental lainnya.

Dokter menyimpulkan bahwa dalam kasus ini, pemantauan jangka panjang lebih tepat dibandingkan intervensi agresif.

Pelajaran Penting dari Kasus Langka Ini

Kisah perempuan ini menjadi pengingat kuat bahwa tidak semua gejala terlihat “aneh” bersumber dari perilaku atau psikologis semata. Dalam banyak kasus, gangguan neurologis langka dapat tersembunyi selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, sebelum terdiagnosis.

Kasus ini juga menyoroti pentingnya:

  • Edukasi masyarakat tentang penyakit langka
  • Sensitivitas terhadap gejala yang muncul sejak dini
  • Pemeriksaan lanjutan ketika keluhan tidak terjawab secara medis konvensional

Tertawa, yang sering dianggap remeh dan selalu positif, ternyata bisa menjadi tanda peringatan serius dari otak.

Dan bagi perempuan ini, tawa bukan sekadar ekspresi bahagia—melainkan bahasa tubuh dari gangguan saraf yang akhirnya menemukan namanya setelah 31 tahun.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us