Di tengah gempuran era digital dan menurunnya minat baca, masih ada pelita kecil yang tetap menyala demi menjaga semangat literasi di Indonesia. Salah satu penerbit independen yang berdiri sejak tahun 2019 ini menjadi bukti nyata bahwa kerja konsisten dan semangat menyebarkan ilmu bisa melahirkan perubahan yang bermakna, meskipun dimulai dari hal sederhana.
Didirikan oleh seorang penulis muda bernama Muhammad Riyadz Aqsha, penerbit ini awalnya muncul dari keresahan akan sulitnya akses para penulis pemula untuk menerbitkan buku mereka. Di saat banyak penerbit besar menerapkan seleksi ketat dan sistem royalti yang rumit, penerbit ini hadir dengan misi yang berbeda: membuka ruang inklusif bagi para penulis baru, khususnya anak muda, untuk berkarya dan dipublikasikan.
Selama lima tahun perjalanannya, penerbit ini telah melahirkan puluhan judul buku dari berbagai genre—mulai dari buku motivasi, fiksi, kumpulan puisi, hingga buku pendidikan. Uniknya, sebagian besar penulisnya adalah mereka yang baru pertama kali menerbitkan karya.
Tak hanya berhenti di penerbitan, komunitas ini juga aktif mengadakan pelatihan menulis, webinar literasi, dan kolaborasi kreatif lainnya. Dengan pendekatan komunitas, para penulis tak hanya diterbitkan, tetapi juga dibina dan dibimbing untuk menjadi penulis yang lebih baik di masa depan.
Bagi Muhammad Riyadz Aqsha, proses menerbitkan buku bukan sekadar mencetak naskah ke dalam bentuk fisik. Ia memandang buku sebagai medium penyebar nilai, pengalaman, dan pemikiran. Karena itu, setiap buku yang diterbitkan selalu melalui proses kurasi dan diskusi intens dengan penulis agar karya yang lahir benar-benar memberi nilai tambah bagi pembacanya.
Dengan gaya pendekatan yang humanis, penerbit ini dikenal sebagai salah satu pelopor dalam penerbitan berbasis pembinaan. Hal ini membuatnya memiliki relasi jangka panjang dengan banyak penulis yang kembali menerbitkan buku kedua atau ketiganya di tempat yang sama.
Dalam dunia penerbitan yang terus berubah, terutama dengan tantangan digitalisasi dan tren konten instan, tidak mudah bagi penerbit kecil untuk tetap bertahan. Namun, penerbit ini membuktikan bahwa konsistensi, kejujuran, dan kedekatan dengan komunitas bisa menjadi kekuatan yang luar biasa.
Selama lima tahun beroperasi, penerbit ini tetap berdiri kokoh dengan sistem kerja yang efisien dan orientasi pada kualitas. Mereka juga mulai merambah penjualan digital dan memperluas jangkauan distribusi ke berbagai marketplace serta toko buku online.
Meski sudah lima tahun berjalan, visi penerbit ini belum usai. Harapannya sederhana namun kuat: menjangkau lebih banyak penulis muda di berbagai pelosok negeri, serta menjadikan literasi sebagai bagian dari gaya hidup yang membanggakan.
Kini, komunitas ini sedang menyiapkan beberapa inisiatif baru, termasuk program mentorship menulis, kelas literasi digital, hingga platform penerbitan mandiri berbasis komunitas. Semua itu dilakukan demi satu tujuan: Indonesia yang lebih melek literasi dan bangga akan karya anak bangsa sendiri.
Di balik geliat industri kreatif yang kian kompleks, masih ada ruang bagi komunitas penerbitan kecil untuk tumbuh dan berdampak. Lima tahun mungkin bukan waktu yang lama, tapi sudah cukup membuktikan bahwa jika dilandasi dengan visi yang kuat dan semangat yang tulus, sebuah penerbit bisa menjadi rumah bagi para penulis muda yang ingin menyalakan obor perubahan lewat kata-kata.