FYP
Media
Memuat Halaman...
0%
Waspada Kusta: Gejala Awal di Kulit yang Sering Diabaikan Masyarakat

News

Waspada Kusta: Gejala Awal di Kulit yang Sering Diabaikan Masyarakat

Writer: Raodatul - Jumat, 19 Desember 2025 13:55:41

Waspada Kusta: Gejala Awal di Kulit yang Sering Diabaikan Masyarakat
Sumber gambar: Ilustrasi Kusta/Freepik

FYPMedia.id - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kembali mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit kusta, terutama pada gejala awal di kulit yang kerap diabaikan. 

Peringatan ini mengemuka setelah adanya sorotan publik terkait kasus kusta yang melibatkan warga negara Indonesia (WNI) di Rumania, yang membuka kembali diskusi tentang masih adanya kusta di Indonesia.

Meski kerap dianggap sebagai penyakit masa lalu, kusta masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat. 

Data Kemenkes menunjukkan bahwa dalam satu tahun terakhir, jumlah kasus kusta di Indonesia masih menembus angka lebih dari 10 ribu kasus, menandakan bahwa penyakit ini belum sepenuhnya tereliminasi.

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman, menegaskan bahwa deteksi dini menjadi kunci utama untuk mencegah komplikasi berat dan kecacatan permanen akibat kusta.

"Gejala kusta sering tidak menimbulkan rasa nyeri. Padahal, deteksi dan pengobatan dini sangat menentukan keberhasilan penyembuhan," kata Aji, dikutip dari detikcom, Jumat (19/12/2025).

Mengapa Kusta Sering Terlambat Terdeteksi?

Salah satu alasan utama keterlambatan penanganan kusta adalah karena gejala awalnya tampak ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Banyak penderita mengira bercak di kulit hanyalah alergi, jamur, atau masalah kulit biasa.

Selain itu, hilangnya rasa nyeri pada area yang terinfeksi justru membuat penderita tidak merasa perlu segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. 

Akibatnya, pasien baru datang berobat saat kondisi sudah memasuki tahap lanjut dan disertai kerusakan saraf.

Menurut Kemenkes, rendahnya kesadaran ini masih menjadi tantangan besar dalam upaya eliminasi kusta di Indonesia.

Baca Juga: Endometriosis Mengintai Perempuan: Nyeri Haid Parah hingga Ancaman Infertilitas

Ciri-Ciri Awal Kusta di Kulit yang Perlu Diwaspadai

Masyarakat diimbau untuk mengenali tanda-tanda awal kusta agar dapat segera mencari pengobatan. Beberapa gejala khas kusta pada kulit yang sering diabaikan antara lain:

  • Bercak kulit mati rasa, baik berwarna putih, kemerahan, maupun lebih gelap dari kulit sekitarnya
  • Tidak terasa gatal atau nyeri, meskipun disentuh atau terkena panas
  • Kulit tampak mengilap, kering, atau bersisik
  • Lepuh atau luka pada tangan dan kaki yang tidak terasa sakit
  • Kesemutan, nyeri, atau kelemahan anggota gerak akibat gangguan saraf

Aji menegaskan bahwa hilangnya sensasi pada bercak kulit merupakan tanda yang sangat khas dan tidak boleh diabaikan.

Wajah Penderita Kusta: Tanda yang Sering Menimbulkan Stigma

Selain di bagian tubuh lain, kusta juga dapat menyerang wajah. Perubahan pada wajah sering kali menjadi perhatian utama karena berdampak langsung pada penampilan dan psikologis penderita.

Kusta merupakan infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, yang dapat menyerang kulit, saraf tepi, saluran pernapasan atas, hingga mata. Ketika mengenai wajah, gejalanya bisa tampak lebih jelas.

Beberapa ciri wajah penderita kusta yang perlu dikenali antara lain:

  1. Bercak kemerahan atau putih di wajah: Bercak ini biasanya tidak gatal dan tidak perih, sehingga sering dianggap masalah kulit biasa.
  2. Mati rasa atau kebas pada area tertentu: Kulit di wajah bisa kehilangan sensitivitas terhadap sentuhan, panas, atau dingin akibat kerusakan saraf.
  3. Penebalan dan kekakuan kulit: Terutama di area pipi, telinga, dan alis, yang membuat wajah tampak berbeda dari biasanya.
  4. Rontoknya rambut alis secara perlahan:  Biasanya dimulai dari bagian luar alis dan sering tidak disadari pada tahap awal.
  5. Luka kecil yang sulit sembuh: Terjadi karena penderita tidak menyadari adanya luka akibat hilangnya sensasi.
  6. Perubahan bentuk hidung atau pipi: Umumnya muncul pada kusta stadium lanjut jika tidak diobati dalam waktu lama.

Baca Juga: Ilmuwan Ungkap Fakta Mengejutkan, Apakah Benar Aroma Kentut Bagus untuk Kesehatan Otak?

Dampak Fisik, Psikologis, dan Sosial

Kusta tidak hanya berdampak pada kondisi fisik, tetapi juga membawa beban psikologis dan sosial yang berat. 

Kerusakan saraf pada wajah dapat menyebabkan kesulitan menggerakkan otot, menutup kelopak mata, hingga meningkatkan risiko infeksi mata.

Lebih dari itu, stigma dan diskriminasi masih menjadi masalah serius. Banyak penderita mengalami penolakan sosial, kehilangan kepercayaan diri, hingga tekanan mental yang mendalam.

Aji menegaskan bahwa stigma justru menjadi penghalang utama dalam penanggulangan kusta.

"Stigma dan diskriminasi justru memperburuk situasi. Kusta adalah penyakit yang bisa disembuhkan, bukan untuk ditakuti atau dijauhi," tegasnya.

Kusta Tidak Mudah Menular dan Bisa Sembuh Total

Kemenkes menekankan bahwa kusta tidak mudah menular, terutama jika penderita sudah menjalani pengobatan. Penularan biasanya terjadi melalui kontak erat dan berkepanjangan dengan penderita yang belum diobati.

Dengan pengobatan yang tepat dan tuntas, kusta dapat sembuh total tanpa meninggalkan kecacatan. Pemerintah juga memastikan bahwa pengobatan kusta tersedia gratis di seluruh Puskesmas.

"Kalau menemukan gejala seperti itu, jangan menunda. Segera datang ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat. Pengobatan kusta gratis dan harus dijalani sampai selesai," ujar Aji.

Pentingnya Deteksi Dini dan Kepatuhan Berobat

Pengobatan kusta dilakukan dengan multidrug therapy (MDT), yakni kombinasi beberapa antibiotik dalam jangka waktu tertentu. 

Kepatuhan pasien menjalani terapi hingga selesai sangat menentukan keberhasilan pengobatan dan mencegah kekambuhan.

Selain pengobatan medis, penderita juga perlu menjaga kebersihan kulit, mencegah luka, serta mendapatkan dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.

Momentum Meningkatkan Kesadaran Publik

Kasus WNI di Rumania menjadi pengingat bahwa kusta bukan hanya isu medis, tetapi juga persoalan sosial. 

Kemenkes berharap meningkatnya perhatian publik dapat mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih peka terhadap gejala awal kusta, sekaligus mengikis stigma yang masih melekat.

Dengan deteksi dini, pengobatan tepat, dan dukungan sosial, kusta dapat dikendalikan dan dampaknya diminimalkan. 

Pemerintah menegaskan komitmennya untuk terus menekan angka penularan dan memastikan setiap penderita mendapatkan haknya atas layanan kesehatan yang layak.

Mau Diskusi Project Baru?

Contact Us