Writer: Astriyani Sijabat - Sabtu, 15 November 2025
FYP Media - Isu mengenai Gus Elham kembali ramai diperbincangkan setelah foto-foto dirinya yang tampak mencium anak-anak perempuan beredar luas di media sosial. Kolase foto tersebut kemudian menjadi bahan kampanye publik yang mengecam keras perilakunya, terutama karena ia dikenal sebagai seorang tokoh agama yang memiliki pengaruh di masyarakat.
Di tengah meningkatnya sorotan publik, Wakil Menteri Agama (Wamenag), Romo Muhammad Syafi'i, memberikan respons tegas yang langsung menyita perhatian. Pernyataannya sekaligus menjadi sinyal kuat dari pemerintah bahwa perilaku yang dianggap tidak pantas apalagi melibatkan anak-anak harus mendapat penanganan serius.
Artikel ini membahas secara lengkap kronologi, respons Wamenag, pedoman ramah anak di lingkungan keagamaan, hingga tuntutan publik yang menguat. Dengan penyusunan gaya FYP media dan penguatan SEO melalui kata kunci seperti Gus Elham, Wamenag, cium anak, ramah anak, dan lingkungan pesantren, artikel ini siap menjadi konten yang powerful dan mudah ditemukan pembaca.
1. Viral Foto Kampanye yang Kecam Perilaku Gus Elham
Beberapa hari terakhir, media sosial dipenuhi unggahan kampanye yang memuat kolase foto Gus Elham, atau Mohammad Elham Yahya Luqman, tengah melakukan tindakan yang dianggap tidak pantas: mencium anak-anak perempuan.
Kampanye ini menyebar cepat karena mengangkat isu sensitif—perlindungan anak dalam ruang publik. Banyak warganet bereaksi keras, menyebut tindakan tersebut sebagai menjijikkan, tidak etis, dan tidak layak dilakukan seorang pemuka agama.
Namun, tak sedikit pula yang berpendapat bahwa tindakan itu mungkin merupakan bentuk kasih sayang tanpa maksud negatif. Meski demikian, persepsi publik secara umum tetap mengarah pada ketidakpantasan perilaku tersebut, terlebih dilakukan di ruang yang dianggap harus menjadi teladan moral.
Viralnya foto ini memicu diskusi nasional tentang batas-batas interaksi tokoh publik dengan anak-anak, terutama di lingkungan keagamaan dan pendidikan.
2. Wamenag Menegaskan: “Kita Sepakat, Itu Tidak Pantas!”
Menanggapi kehebohan tersebut, Wamenag Romo Muhammad Syafi'i memberikan pernyataan resmi pada Selasa, 11 November 2025, dikutip dari Antara. Respons ini menjadi sorotan karena disampaikan dengan nada tegas dan tanpa keraguan.
“Kita sepakat dengan publik, bahwa itu tidak pantas!” tegasnya.
Pernyataan lugas ini menunjukkan bahwa Kemenag tidak meremehkan isu yang terkait dengan perlakuan terhadap anak. Terlebih lagi, ini berkaitan dengan figur yang dianggap memiliki posisi moral dan sosial tinggi di masyarakat.
Bagi publik, pernyataan Wamenag adalah bentuk dukungan moral, sekaligus isyarat penertiban agar setiap tokoh agama menjaga perilaku mereka, terutama saat bersinggungan dengan anak-anak di ruang publik.
3. Kemenag Sudah Punya Pedoman Ramah Anak: Tidak Ada Celah untuk Kekerasan atau Perilaku Tidak Etis
Dalam penjelasannya, Wamenag mengingatkan bahwa Kementerian Agama telah mengeluarkan pedoman khusus melalui Surat Keputusan Dirjen Pendidikan Islam tentang Madrasah dan Pesantren Ramah Anak.
Pedoman ini menegaskan:
- Anak harus mendapatkan hak-haknya sebagai peserta didik
- Lingkungan pesantren dan madrasah harus bebas dari kekerasan dan perilaku tidak pantas
- Interaksi antara pendidik, pengasuh, dan peserta didik harus berlangsung dalam batas etis yang jelas
Kemenag menegaskan bahwa setiap bentuk tindakan yang berpotensi melanggar kenyamanan atau hak anak harus dihindari dan diawasi dengan ketat.
“Intinya agar anak-anak mendapatkan pemenuhan haknya sebagai peserta didik dan jauh dari tindak kekerasan yang tidak seharusnya mereka terima,” jelas Wamenag.
Pernyataan ini semakin menguatkan bahwa apa pun bentuk tindakan yang melibatkan anak harus dilakukan secara bertanggung jawab dan sesuai aturan.
4. Pengawasan Harus Ditingkatkan agar Kejadian Serupa Tidak Terulang
Wamenag mengakui bahwa meskipun pedoman sudah ada, kasus-kasus yang menyangkut pelanggaran tetap mungkin terjadi. Oleh karena itu, langkah evaluasi terus diperkuat.
“Tentu saja kasus-kasus itu mungkin tetap ada, tapi kita sepakat agar ke depan pengawasannya lebih ditingkatkan agar peristiwa itu bisa dihindari,” tegasnya.
Dalam konteks viralnya foto Gus Elham, pernyataan ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk:
- memperketat kontrol di lembaga pendidikan dan keagamaan
- memperkuat peran pengawas madrasah dan pesantren
- menciptakan ruang aman bagi anak-anak
Dengan demikian, Kemenag ingin memastikan bahwa perilaku yang dianggap tidak pantas tidak lagi terjadi di masa mendatang, baik oleh tokoh agama maupun pendidik.
5. Soal Pemanggilan dan Penertiban: Ada Langkah Kemenag yang Akan Ditempuh
Saat ditanya apakah akan ada pemanggilan atau penyelidikan terhadap pihak terkait, Wamenag memberikan jawaban lugas namun tetap berhati-hati.
“Pengawasan dan penertiban merupakan bagian dari langkah Kemenag untuk memastikan keteladanan dalam ruang publik keagamaan,” jelasnya.
Ia menambahkan:
“Bahkan terhadap yang bersangkutan, memang harus ada upaya mengembalikan kepada posisinya, jika tidak mengulangi perbuatannya.”
Pernyataan ini dapat dimaknai bahwa Kemenag akan:
- melakukan penelusuran lebih lanjut
- memastikan tidak terjadi pelanggaran lanjutan
- memberikan langkah pembinaan atau penertiban sesuai kebutuhan
Meski Wamenag tidak menyebut langkah resmi apa yang akan diambil, fokus utama adalah memastikan ruang publik keagamaan tetap aman, terjaga, dan memberikan keteladanan.
Perdebatan Netizen: Antara Kecaman dan Pembelaan
Di media sosial, polarisasi terjadi. Sebagian netizen menyebut tindakan tersebut sebagai:
- tidak pantas
- melanggar batas fisik anak
- tidak sesuai etika pemuka agama
Sementara sebagian lain membela dengan alasan:
- budaya keakraban
- ekspresi kasih sayang
- tidak ada bukti niat buruk
Namun, publik rata-rata sepakat bahwa tokoh agama harus memiliki standar perilaku yang jauh lebih tinggi, terutama saat menyentuh isu sensitif seperti interaksi fisik dengan anak.
Isu ini pun menjadi peringatan bahwa rekam jejak digital tokoh publik tidak bisa dianggap sepele. Satu tindakan saja mampu memicu gelombang opini nasional.
Mengapa Kasus Ini Jadi Sorotan Besar?
Ada tiga alasan utama mengapa isu ini mengundang perhatian luar biasa:
1. Menyangkut Anak-Anak
Isu perlindungan anak selalu sensitif dan mendapat perhatian publik.
2. Pelakunya Seorang Tokoh Agama
Tokoh agama dianggap sebagai figur teladan, sehingga publik menuntut standar perilaku yang lebih tinggi.
3. Berada di Era Media Sosial
Foto viral memicu reaksi cepat, kampanye publik, hingga tekanan terhadap lembaga terkait.
Kombinasi ketiganya membuat isu ini tak terhindarkan menjadi diskursus nasional.
Kesimpulan: Seruan Keras untuk Lingkungan Keagamaan yang lebih Aman
Kasus foto viral Gus Elham memantik diskusi penting tentang batas etika dalam interaksi tokoh agama dengan anak-anak. Respons tegas Wamenag menjadi sinyal pemerintah bahwa perlindungan anak adalah prioritas yang tidak bisa ditawar.
Dengan pedoman yang jelas, dorongan pengawasan yang diperketat, serta kesadaran publik yang meningkat, kasus ini diharapkan menjadi batu pijakan untuk menciptakan lingkungan pendidikan dan keagamaan yang benar-benar aman dan ramah anak