Writer: Raodatul - Minggu, 16 November 2025
FYPMedia.id — Upaya mengangkat ukiran Jepara menjadi karya seni kelas dunia semakin menemukan momentumnya. Menteri Kebudayaan Fadli Zon melakukan dua kunjungan penting ke Jepara pada pertengahan November 2025, menandai komitmen besar pemerintah dalam melestarikan, memodernisasi, dan menginternasionalisasi seni ukir yang selama ini menjadi ikon budaya Indonesia.
Melalui rangkaian agenda yang digelar di Sanggar Seni Ukir Kayu Senenan hingga pertemuan dengan para maestro ukir dan pejabat daerah, Fadli menegaskan bahwa pemerintah tidak hanya ingin mempertahankan tradisi, tetapi juga membawa ukiran Jepara ke ranah seni rupa bernilai tinggi serta mendorong pendaftaran ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia.
Artikel ini merangkum langkah besar tersebut, sekaligus memperluas konteks budaya, ekonomi, dan sejarah ukir Jepara yang kini sedang menuju panggung global.
1. Misi Besar: Mengubah Ukiran Jepara dari “Kerajinan” menjadi “Artwork” Bernilai Tinggi
Dalam kunjungan resminya, Fadli Zon langsung menegaskan perubahan paradigma besar yang ingin ia dorong.
Menurutnya, ukiran Jepara selama ini lebih sering dipandang sebagai kerajinan mebel. Padahal, banyak karya memiliki nilai artistik tinggi yang setara dengan karya seni rupa kontemporer.
Ia menyatakan dengan tegas: “Di sini kita bisa lihat karya-karya ukir Jepara mendapatkan apresiasi yang tinggi. Banyak pesanan dari luar negeri. Kita ingin karya ukir Jepara bukan hanya sekadar kerajinan, tapi menjadi artwork, karya seni,” ujar Fadli dikutip dari detikcom, Minggu (16/11/2025).
Pernyataan ini menjadi inti dari strategi modernisasi ukiran Jepara—sebuah dorongan untuk menempatkan karya ukir sebagai produk seni bernilai estetika, bukan sekadar produk komersial.
Fadli menambahkan bahwa banyak karya diciptakan dengan waktu pengerjaan ekstrem dan dedikasi tinggi:
“Ada karya yang dikerjakan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Ada ekspresi seni luar biasa dari para pengrajinnya,” tambahnya.
Ini menjadi alasan kuat mengapa pemerintah ingin membawa ukir Jepara ke panggung seni nasional dan internasional.
Baca Juga: Bangga! Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Konferensi UNESCO
2. Pameran Tatah 2026: Panggung Besar untuk Karya Ukir Jepara
Salah satu langkah strategis yang ditegaskan Fadli adalah pelaksanaan Pameran Tatah 2026, sebuah pameran yang dirancang bukan lagi sebagai pameran kerajinan, tetapi pameran seni.
Fadli menegaskan: “Karena itu, Pameran Tatah 2026 harus menjadi wadah karya seni ukir Jepara dengan kurasi yang kuat.”
Artinya, setiap karya akan dipilih melalui seleksi ketat, dengan pendekatan kuratorial yang menonjolkan nilai seni, imajinasi, dan karakter unik ukiran Jepara.
Agenda ini diproyeksikan tidak hanya menarik perhatian publik lokal dan nasional, tetapi juga menjadi magnet bagi kurator internasional, kolektor seni, hingga pelaku industri budaya.
3. Dukungan untuk Regenerasi: Anak-anak Usia 10–12 Tahun Mulai Berlatih Menatah
Salah satu isu penting dalam pelestarian budaya adalah regenerasi pengrajin. Dalam kunjungannya, Fadli menyaksikan langsung pelatihan ukir untuk anak-anak usia 10–12 tahun di Sanggar Senenan.
Ia menilai langkah ini sebagai fondasi penting: Regenerasi pengukir perlu diperkuat agar tradisi ukir Jepara terus hidup melalui generasi baru.
Regenerasi ini bukan hanya tentang mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga tentang menanamkan rasa kebanggaan terhadap budaya lokal sejak dini—sebuah langkah strategis untuk keberlanjutan budaya.
4. Dukungan UNESCO: Ukiran Jepara Menuju Pengakuan Warisan Budaya Dunia
Dalam kunjungan terpisah di hari berikutnya, Fadli Zon kembali menegaskan langkah penting pemerintah untuk mendaftarkan ukir Jepara sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia (Intangible Cultural Heritage) UNESCO.
Ia menyampaikan: “Kita ingin karya ukir ini menjadi bagian dari warisan budaya dunia. Para maestro ukir di Jepara luar biasa, tidak banyak jumlahnya dan mereka telah mendedikasikan hidupnya untuk seni ukir,” ujarnya dikutip dari kompas.com, Minggu (16/11/2025).
Upaya pendaftaran ini menandai langkah konkret pemerintah dalam mengangkat Jepara ke tingkat global.
Dengan status UNESCO, ukiran Jepara akan mendapatkan legitimasi internasional yang sangat kuat dan meningkatkan perlindungan hukum serta nilai ekonomi bagi para pengrajin.
5. Dukungan Pemerintahan Daerah dan Tokoh Nasional
Kedatangan Fadli Zon disambut langsung oleh Bupati Jepara Witiarso Utomo, Wakil Bupati M. Ibnu Hajar, hingga pejabat DPRD Kabupaten Jepara dan para seniman. Kehadiran jajaran tersebut menunjukkan kolaborasi multilevel—dari pusat hingga daerah.
Turut hadir pula beberapa tokoh nasional seperti:
- Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat
- Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Abdul Wachid
- Anggota Komisi VII DPR RI Andhika Satya
- Anggota DPR RI Jamaludin Malik
Sementara dari internal kementerian hadir jajaran pejabat eselon dan staf khusus yang menandai bahwa dukungan pemerintah berlangsung secara menyeluruh.
Kolaborasi ini menjadi salah satu faktor penting dalam percepatan pendaftaran UNESCO serta persiapan Pameran Tatah 2026.
6. Penguatan Nilai Ekonomi Kreatif: Dari Lokal ke Pasar Global
Salah satu isu kuat dalam industri ukir Jepara adalah keberlanjutannya dalam menghadapi pasar global yang semakin kompetitif.
Pasar mebel dunia memang sudah lama mengenal Jepara, namun pengakuan ukir sebagai “seni bernilai tinggi” akan membuka peluang baru seperti:
- Pameran internasional
- Kerja sama museum dan galeri seni
- Peningkatan nilai jual karya ukir individual
- Pasar kolektor seni global
- Revitalisasi ekonomi pengrajin lokal
Baca Juga: 1.003 Lansia Serba Pink Main Angklung Massal, CFD Bundaran HI Gempar
Fadli Zon menyampaikan: “Kami ingin karya ukir Jepara tidak hanya menjadi kerajinan, tetapi menjadi artwork, karya seni yang nilai apresiasinya jauh lebih besar.”
Ini menandai adanya arah baru: dari industri berbasis produksi massal menuju industri berbasis nilai artistik dan storytelling budaya.
7. Galeri Nasional Disiapkan Jadi Ruang Pamer Ukir Jepara
Dalam kelanjutan arah kebijakan tersebut, Fadli mendukung rencana penyelenggaraan pameran ukiran Jepara melalui program Galeri Nasional (Garnas).
Ia menyebut: “Kita harus ada pamerannya. Nanti kita atur dan dorong supaya karya ukir Jepara tampil dalam pameran seni yang ideal.”
Dengan kurator khusus seni kontemporer, karya ukir akan ditempatkan dalam ruang pamer yang biasanya digunakan untuk seni rupa modern—membuka interpretasi baru dan ruang apresiasi yang lebih luas.
Kesimpulan: Momentum Emas bagi Ukiran Jepara
Rangkaian kunjungan Fadli Zon di Jepara bukan sekadar agenda seremonial. Ia menandai babak baru perjalanan ukiran Jepara:
- Dari kerajinan menuju seni bernilai tinggi
- Dari pasar lokal menuju panggung dunia
- Dari tradisi turun-temurun menuju regenerasi profesional
- Dari produksi massal menuju karya kurasi berkualitas premium
Jika seluruh langkah strategis ini berjalan mulus — termasuk pendaftaran ke UNESCO dan pelaksanaan Pameran Tatah 2026 — maka Jepara berpotensi besar naik kelas sebagai epicenter seni ukir dunia.
Warisan yang telah hidup lebih dari 500 tahun itu kini sedang bersiap menjemput era kejayaan barunya.