Writer: Raodatul - Senin, 24 November 2025 08:00:00
FYPMedia.id- Kasus WN Amerika Serikat (AS) yang melakukan kekerasan terhadap pekerja proyek di Bali kembali menyita perhatian publik. Insiden yang berlangsung di kawasan wisata Pantai Suluban, Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, itu kini memasuki tahap penyidikan lebih lanjut oleh kepolisian.
Peristiwa yang terjadi antara 21–23 November 2025 ini bukan hanya menampilkan aksi agresif seorang warga negara asing (WNA), tetapi juga mengungkap bagaimana konflik kecil dapat berubah menjadi tindakan brutal yang mengancam keselamatan pekerja lokal.
Dengan dramatis berupa penyiraman solar, rekaman video, dan serangan menggunakan parang, kasus ini menimbulkan kegelisahan masyarakat serta menjadi sorotan berbagai media.
Dalam laporan polisi, WN AS berinisial MD (29) melakukan serangkaian tindakan yang membahayakan, mulai dari menyerang pekerja, membawa senjata tajam, hingga menyebabkan korban mengalami luka dan gangguan penglihatan.
Hingga kini, aparat penegak hukum masih menggali motif di balik perilaku agresif MD, yang belum dapat diperiksa secara optimal karena kendala penerjemah bersertifikat.
1. Insiden Dimulai dari Penyiraman Solar ke Pekerja Proyek
Dua hari sebelum baku pukul terjadi, tepatnya Jumat (21/11/2025), ketegangan mulai muncul ketika MD diduga menyiram seorang pekerja perempuan bernama Ni Komang Sri Hartati Rahayu Ningsih (47) dengan solar. Saat itu, korban sedang membersihkan alat berat di area proyek.
Tindakan agresif tersebut mengejutkan para pekerja, sebab MD tidak hanya melakukan pengancaman verbal, tetapi langsung melakukan kontak fisik dengan cairan berbahaya. Solar bukan hanya iritatif bagi kulit, tetapi juga berpotensi memicu kebakaran jika berada pada kondisi tertentu.
Insiden ini menjadi tanda awal eskalasi konflik yang dalam dua hari berikutnya berubah menjadi keributan besar.
2. Datang Lagi dengan Nada Tinggi dan Merekam Pekerja
Pada Minggu (23/11/2025) sekitar pukul 09.30 Wita, MD kembali mendatangi lokasi proyek. Kali ini, ia datang sambil berbicara dengan nada tinggi, tampak emosional, dan merekam situasi menggunakan ponsel.
Perilakunya semakin tidak terkendali ketika ia mendekati korban dan menyentuh pipinya, sebuah tindakan yang memicu kemarahan pekerja lain. Para pekerja yang melihat tindakan tersebut menilai MD sudah melewati batas dan menodai harga diri korban.
Dalam pernyataan resminya, Kasi Humas Polresta Denpasar, Kompol I Ketut Sukadi, menjelaskan:
“Selanjutnya terjadilah keributan antara tenaga kerja korban dengan WNA tersebut karena mereka tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh WNA tersebut.”
MD kemudian sempat meninggalkan lokasi, namun kedatangannya berikutnya justru membuat situasi semakin memburuk.
Baca Juga: Geger! Polisi Bongkar Pabrik Narkoba Terbesar di Jabar, 1 Ton Disita, Nilai Capai Rp350 Miliar
3. Membawa Kayu dan Parang, Lalu Memukul Pekerja hingga Terjatuh
Setelah sempat pergi, MD kembali lagi ke lokasi proyek. Kali ini ia datang sambil membawa kayu dan senjata tajam menyerupai parang.
Aksi tersebut membuat para pekerja panik. Bahkan sebagian dari mereka langsung melarikan diri untuk menyelamatkan diri.
MD kemudian diduga memukul bagian belakang leher Komang Sri, menyebabkan korban terjatuh, pandangan buram, dan mengalami pusing. Pemukulan dengan benda tumpul di bagian leher merupakan tindakan yang dapat menimbulkan cedera serius, bahkan berisiko pada sistem saraf.
Menurut Sukadi, korban mengalami pusing akibat benturan benda tumpul, serta luka lecet pada siku dan lutut. Sementara MD juga diketahui mengalami luka robek di bagian atas telinga, serta lecet pada lutut dan siku.
Sementara itu, MD juga ditemukan mengalami luka robek di bagian atas telinga serta luka lecet lainnya, yang menunjukkan adanya kontak fisik dua arah saat keributan berlangsung.
4. Polisi Amankan Pelaku, Korban, Saksi, dan Barang Bukti
Usai insiden yang menimbulkan kekacauan tersebut, Polsek Kuta Selatan langsung melakukan langkah cepat, termasuk:
- Melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP)
- Mengamankan pelaku MD
- Mengamankan korban dan saksi-saksi
- Menyita barang bukti, termasuk kayu dan sajam yang digunakan pelaku
Namun hingga saat ini, proses pemeriksaan pelaku belum dapat dilakukan secara menyeluruh. Kendalanya, pihak kepolisian belum menemukan penerjemah bersertifikat yang dibutuhkan untuk mendampingi MD dalam proses penyidikan.
Kompol Sukadi menjelaskan bahwa pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) untuk menangani kasus ini sesuai prosedur internasional.
Kasus kriminal dengan pelaku WN seperti ini memang membutuhkan penanganan khusus demi memastikan proses hukum berjalan transparan dan sesuai standar.
5. Motif Belum Terungkap, Warga dan Pekerja Masih Trauma
Hingga artikel ini ditulis, motif MD melakukan tindakan agresif tersebut belum terungkap. Penyidik menduga bahwa ada konflik pribadi atau kesalahpahaman yang menjadi pemicunya, namun hal tersebut belum dapat dipastikan tanpa pemeriksaan langsung.
Ketiadaan penerjemah membuat penyidik belum dapat menggali alasan di balik tindakan MD yang semakin bereskalasi dalam waktu singkat.
Sementara itu, para pekerja proyek mengaku trauma dan meminta keamanan ekstra. Kawasan proyek kini menjadi sorotan karena lokasi kejadian berada di wilayah destinasi wisata yang ramai dikunjungi turis.
Peristiwa ini juga memunculkan kekhawatiran mengenai keselamatan pekerja lokal serta penegakan hukum terhadap WNA yang melakukan tindakan kriminal di wilayah Indonesia.