Iran Resmi Batalkan Kesepakatan Nuklir dengan IAEA, Akhiri Resolusi PBB 2231

kesepakatan
Ilustrasi bendera Iran (Foto: Dok. REUTERS/Leonhard Foeger/File Photo)

FYPMedia.id Iran secara resmi mengumumkan berakhirnya kesepakatan nuklir yang telah berlangsung selama satu dekade dengan negara-negara besar, yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). 

Langkah ini bertepatan dengan berakhirnya masa berlaku Resolusi Dewan Keamanan PBB 2231, yang sebelumnya mendukung kesepakatan tersebut. 

Keputusan ini menandai perubahan signifikan dalam kebijakan nuklir Iran dan berpotensi mempengaruhi dinamika geopolitik di Timur Tengah.

Berakhirnya Kesepakatan Nuklir Iran

Kesepakatan JCPOA yang ditandatangani pada tahun 2015 antara Iran dan enam negara besar, China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, dan Amerika Serikat, dirancang untuk membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi internasional. 

Namun, hubungan mulai memburuk setelah Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, yang kemudian memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran. 

Meskipun Iran berusaha untuk tetap mematuhi kesepakatan, ketegangan meningkat, terutama setelah serangan udara oleh Israel dan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran pada Juni 2025.

Pada 18 Oktober 2025, tepat sepuluh tahun setelah Resolusi 2231 diadopsi oleh Dewan Keamanan PBB, Iran mengumumkan bahwa semua ketentuan dalam kesepakatan tersebut, termasuk pembatasan program nuklir dan mekanisme terkait, dianggap berakhir. 

Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa “mulai sekarang, semua ketentuan (kesepakatan), termasuk pembatasan program nuklir Iran dan mekanisme terkaitnya, dianggap berakhir.”

Pembatalan Kerja Sama dengan IAEA

Sebagai bagian dari langkah ini, Iran juga membatalkan kesepakatan kerja sama yang ditandatangani dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) pada September 2025. 

Kesepakatan tersebut memungkinkan IAEA untuk melanjutkan inspeksi fasilitas nuklir Iran jika negara-negara Barat menerapkan kembali sanksi PBB. 

Namun, dengan diberlakukannya kembali sanksi tersebut pada bulan lalu, Iran memutuskan untuk membatalkan perjanjian tersebut.

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Larijani, mengonfirmasi pembatalan tersebut dengan mengatakan, “Kesepakatan itu telah dibatalkan,” saat bertemu dengan mitranya dari Irak di Teheran. 

Ia menambahkan, “Tentu saja, jika badan tersebut memiliki proposal, kami akan meninjaunya di sekretariat.” 

Baca Juga: Ketegangan Memuncak: Serangan AS ke Kapal Kolombia & Pernyataan Trump Picu Krisis Diplomatik

Reaksi Internasional dan Dukungan dari Rusia dan China

Keputusan Iran untuk mengakhiri kesepakatan nuklir dan membatalkan kerja sama dengan IAEA mendapat perhatian internasional. 

Rusia dan China, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, menyatakan dukungan terhadap posisi Iran. 

Mereka mengirimkan surat kepada Sekretaris Jenderal PBB dan Presiden Dewan Keamanan PBB yang menyatakan bahwa kesepakatan nuklir dengan Teheran telah dihentikan, yang secara efektif mengakhiri pertimbangan Dewan mengenai masalah nuklir Iran. 

Namun, negara-negara Barat, termasuk Inggris, Prancis, dan Jerman, menekankan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran dengan alasan bahwa negara tersebut berulang kali melanggar komitmen dalam kesepakatan nuklir. 

Implikasi Geopolitik dan Masa Depan Diplomasi Nuklir Iran

Dengan berakhirnya kesepakatan nuklir dan pembatalan kerja sama dengan IAEA, Iran kini memiliki kebebasan untuk mengembangkan program nuklirnya tanpa batasan internasional. 

Namun, langkah ini juga meningkatkan ketegangan dengan negara-negara Barat dan dapat mempengaruhi stabilitas kawasan Timur Tengah.

Iran menegaskan bahwa program nuklirnya bersifat damai, sebuah hal yang didukung oleh laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). 

Namun, negara-negara Barat khawatir bahwa Iran dapat mengembangkan kemampuan nuklir militer.

Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi komunitas internasional untuk mendorong dialog dan diplomasi guna mencegah eskalasi lebih lanjut dan memastikan bahwa program nuklir Iran tetap bersifat damai.

Baca Juga: Dampak Konflik Iran-Israel ke UMKM RI: 3 Ancaman Nyata yang Harus Diwaspadai

Kesimpulan

Keputusan Iran untuk mengakhiri kesepakatan nuklir dan membatalkan kerja sama dengan IAEA menandai babak baru dalam kebijakan nuklir negara tersebut. 

Langkah ini tidak hanya mempengaruhi hubungan Iran dengan negara-negara besar, tetapi juga dapat berdampak pada stabilitas kawasan Timur Tengah dan dinamika geopolitik global. 

Penting bagi semua pihak untuk tetap berkomitmen pada prinsip-prinsip diplomasi dan dialog guna mencapai solusi yang damai dan berkelanjutan.

Sebagai bagian dari upaya untuk mencegah proliferasi nuklir dan memastikan keamanan regional, masyarakat internasional harus terus memantau perkembangan situasi ini dan mendorong Iran untuk kembali ke meja perundingan. 

Hanya melalui kerjasama dan komitmen bersama kita dapat mencapai perdamaian dan stabilitas yang diinginkan.

Dengan berakhirnya kesepakatan nuklir dan pembatalan kerja sama dengan IAEA, Iran kini menghadapi tantangan besar dalam membangun kembali kepercayaan internasional dan memastikan bahwa program nuklirnya tetap digunakan untuk tujuan damai. 

Dialog dan diplomasi tetap menjadi kunci untuk menghindari konflik dan mencapai solusi yang saling menguntungkan bagi semua pihak.

Langkah-langkah selanjutnya akan sangat bergantung pada kehendak politik dari semua pihak yang terlibat. 

Penting bagi Iran untuk menunjukkan komitmennya terhadap non-proliferasi nuklir dan bagi negara-negara Barat untuk menghindari tindakan yang dapat memperburuk ketegangan. 

Hanya dengan pendekatan yang konstruktif dan saling menghormati, kita dapat berharap untuk mencapai perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan di kawasan Timur Tengah dan dunia secara keseluruhan.

Dengan demikian, meskipun tantangan besar dihadapi, masih ada ruang untuk diplomasi dan dialog yang dapat membuka jalan menuju solusi damai dan berkelanjutan.