Harga Emas Naik 23% Sepanjang 2025, Ini Penyebab Utamanya

Harga Emas Naik 23% Sepanjang 2025, Ini Penyebab Utamanya

FYP Media.id – Pada Rabu, 16 April 2025  – Kenaikan harga emas kembali menjadi sorotan pasar global setelah logam mulia tersebut mengalami lonjakan signifikan di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS). Pada penutupan perdagangan Selasa (15/4/2025) waktu New York atau Rabu pagi (16/4/2025) WIB, harga emas dunia tercatat menguat seiring meningkatnya kekhawatiran investor terhadap arah kebijakan tarif yang akan ditempuh oleh Presiden Donald Trump, serta tekanan terhadap nilai tukar dolar AS.

Mengacu pada data dari Reuters, harga emas di pasar spot naik 0,6 persen dan menyentuh level 3.230,18 dolar AS per troy ons. Ini menjadi kenaikan yang cukup signifikan, mengingat sehari sebelumnya, pada Senin (14/4), harga emas sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah di angka 3.245,42 dolar AS per troy ons. Sementara itu, harga emas berjangka di bursa Comex New York Exchange juga mencatat penguatan sebesar 0,4 persen, menutup perdagangan di level 3.240,40 dolar AS per ons.

Menurut Jim Wyckoff, analis senior dari Kitco Metals, meski pasar tengah menanti sentimen fundamental selanjutnya, arah pergerakan harga emas masih menunjukkan pola yang positif. “Grafik teknikal emas masih menunjukan tren naik. Investor tetap memposisikan emas sebagai aset perlindungan atau safe haven,” ungkap Wyckoff.

Baca juga: Harga Emas Dunia Tertahan Meski Ketegangan Perdagangan Meningkat

Ketidakpastian Tarif Trump: Katalis Utama Kenaikan Emas

Lonjakan harga emas ini tidak bisa dilepaskan dari situasi global, khususnya kebijakan perdagangan AS yang masih penuh teka-teki. Presiden Donald Trump sedang menimbang pengecualian terhadap tarif impor sebesar 25 persen untuk produk otomotif, terutama dari negara-negara mitra seperti Kanada dan Meksiko. Selain itu, beberapa produk elektronik seperti ponsel dan komputer buatan China juga masuk dalam daftar barang yang kemungkinan besar tidak akan dikenai tarif.

Namun, di sisi lain, Trump juga tengah mempertimbangkan untuk menetapkan bea masuk terhadap produk-produk lain yang lebih krusial, seperti semikonduktor dan farmasi. Kebijakan ini menciptakan ketidakpastian yang tinggi di pasar, terutama karena sektor-sektor tersebut merupakan bagian penting dari rantai pasokan global. Trump bahkan menyatakan bahwa keputusan final terkait tarif semikonduktor akan diumumkan dalam waktu dekat, tepatnya dalam minggu ini.

Kondisi tersebut membuat investor global berbondong-bondong kembali melirik emas sebagai instrumen perlindungan terhadap risiko. Logam mulia ini memang sudah lama dikenal sebagai tempat “berlindung” yang aman saat pasar menghadapi gejolak atau ketidakpastian.

Sepanjang 2025, Harga Emas Sudah Melonjak 23 Persen

Tren kenaikan harga emas tidak hanya terjadi sesaat. Sejak awal tahun 2025, harga emas global sudah mencatat kenaikan sekitar 23 persen, bahkan berhasil menembus beberapa rekor sepanjang sejarah perdagangan logam mulia. Ini menunjukkan adanya permintaan kuat terhadap emas dari investor, baik institusi maupun ritel, sebagai bentuk perlindungan terhadap berbagai risiko ekonomi global.

Pelemahan Dolar AS Ikut Menopang Kenaikan Emas

Selain faktor tarif dan ketegangan dagang, melemahnya dolar AS juga turut mendorong harga emas ke level yang lebih tinggi. Indeks dolar AS saat ini mendekati posisi terendahnya dalam tiga tahun terakhir. Ini membuat emas menjadi lebih murah dan menarik bagi investor luar negeri yang memegang mata uang selain dolar, sehingga permintaannya pun meningkat.

Menurut laporan dari Commerzbank, tren pelemahan dolar AS juga menunjukkan bahwa kepercayaan investor terhadap mata uang tersebut sebagai aset aman mulai terkikis secara perlahan. “Dalam kondisi seperti ini, emas menjadi alternatif yang semakin dilirik oleh investor global,” tulis bank tersebut dalam catatannya.

Harapan Penurunan Suku Bunga The Fed Tambah Dorongan

Faktor lain yang membuat harga emas makin bersinar adalah ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga dari bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Setelah sempat menahan suku bunga pada Januari 2025, banyak analis memperkirakan bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada bulan Juni mendatang. Diperkirakan, total penurunan suku bunga tahun ini bisa mencapai 100 basis poin.

Para pelaku pasar kini menanti pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang dijadwalkan akan berbicara pada hari Rabu ini. Pernyataan Powell bisa menjadi sinyal penting mengenai arah kebijakan moneter AS ke depan, yang tentunya sangat mempengaruhi daya tarik emas di mata investor.

Perlu diketahui, suku bunga memiliki pengaruh besar terhadap daya tarik emas. Ketika suku bunga naik, instrumen investasi lain seperti obligasi atau saham menjadi lebih menarik karena memberikan imbal hasil. Sebaliknya, saat suku bunga turun, emas yang tidak memberikan bunga atau dividen menjadi alternatif yang menarik karena nilainya cenderung lebih stabil dan tidak tergerus inflasi.

Di tengah ketidakpastian global, mulai dari kebijakan tarif yang masih berubah-ubah hingga ekspektasi penurunan suku bunga, emas kembali membuktikan dirinya sebagai pilihan aman. Kombinasi antara pelemahan dolar AS, kekhawatiran atas kebijakan perdagangan AS, dan ekspektasi pelonggaran moneter telah menciptakan lingkungan yang sangat kondusif bagi kenaikan harga emas.

Dengan tren yang masih positif dan grafik harga yang bullish, bukan tidak mungkin emas akan mencetak rekor-rekor baru dalam waktu dekat. Bagi investor, ini bisa menjadi momentum untuk meninjau kembali portofolio mereka, dan mempertimbangkan peran emas sebagai pelindung nilai di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah.

Baca juga: Harga Emas Anjlok 3%, Saatnya Borong Sebelum Naik Lagi