Eceng Gondok yang Menutupi Sungai Bengawan Solo Telah Dibersihkan

Eceng Gondok yang Menutupi Sungai Bengawan Solo Telah Dibersihkan
Foto: blokbojonegoro

FYPMedia.id – Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur, yang terkenal sebagai sungai terpanjang di Pulau Jawa, kini menjadi saksi dari sebuah fenomena alam yang luar biasa. Hampir sebulan lebih, sungai ini tenggelam dalam kecantikan dan keanehan, tertutup oleh tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes).

Dengan bunga berwarna putih keungu-unguan yang indah, eceng gondok membentuk lapisan tebal yang mencakup permukaan sungai, menciptakan pemandangan yang tak biasa. Keindahan ini terpancar sepanjang lima kilometer, membuat sungai tampak menghijau dan menarik perhatian warga sekitar.

Lokasi terbaik untuk menyaksikan fenomena ini adalah dari Jembatan Sukomalo, di mana mata akan disuguhkan oleh hamparan eceng gondok yang memenuhi permukaan sungai. Masyarakat setempat dapat menikmati pemandangan unik ini sebelum pemerintah setempat bersiap untuk membersihkan sungai dari tanaman yang tumbuh subur ini.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, Maryadi Utama, menjelaskan bahwa kemunculan eceng gondok berasal dari hulu sungai yang menumpuk di Bojonegoro. Pembersihan ekstensif akan segera dilakukan oleh pemerintah daerah dengan bantuan petugas dari Pengelolaan Jasa Tirta (PJT).

Tumbuhnya eceng gondok yang subur telah mengubah warna permukaan sungai, dan pakar fisiologi hewan dan ekotoksikologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Analitika Data Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof Dewi Hidayati, memberikan penjelasan tentang fenomena ini.

Ia menyebutkan bahwa ledakan populasi eceng gondok mungkin disebabkan oleh pencemaran bahan organik.

“Kandungan bahan organik yang tinggi di sungai dapat menjadi penyubur pertumbuhan eceng gondok,” ujar Prof Dewi Hidayati.

Kelebihan bahan organik tersebut mungkin berasal dari kegiatan di daratan, seperti sisa industri olahan pangan, restoran, sisa pakan dari tambak-tambak, sampah organik rumah tangga, dan sebagainya.

Selain pencemaran bahan organik, Prof Dewi menjelaskan bahwa berkurangnya biokontrol atau pengendali alami juga dapat menjadi faktor yang memicu pertumbuhan eksplosif eceng gondok. Jumlah eceng gondok dapat meningkat jika populasi hewan yang memakan tanaman ini, seperti serangga dan ikan, berkurang.

Namun, upaya untuk mengatasi fenomena ini telah dimulai. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo dan Perum Jasa Tirta 1 telah berkolaborasi dalam proses pembersihan sungai. Pengerukan sungai menggunakan berbagai alat berat, termasuk ekskavator, mini ekskavator amfibi, perahu pencacah, perahu motor, tiga dump truck, dan melibatkan kurang lebih 14 tenaga pembersihan.

Proses pengerukan yang telah berlangsung selama sepekan ini diharapkan dapat mengembalikan Sungai Bengawan Solo ke keadaan semula, menjaga keseimbangan ekosistem, dan mencegah terulangnya fenomena serupa di masa mendatang.

(rin)

Leave a Reply