FYPMEDIA.ID – Mikroplastik kini menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar yang berdampak buruk pada kesehatan manusia dan ekosistem. Berukuran sangat kecil, mikroplastik tersebar di berbagai belahan dunia dan sulit untuk dihindari. Istilah mikroplastik mengacu pada partikel plastik yang memiliki ukuran kurang dari 5 mm. Sumber utama mikroplastik ini dapat ditemukan dalam produk sehari-hari seperti kosmetik, sabun, pakaian, kemasan makanan, serta melalui proses industri yang menghasilkan limbah plastik kecil.
Mikroplastik terbagi menjadi dua jenis, yaitu mikroplastik primer dan mikroplastik sekunder. Mikroplastik primer adalah partikel plastik yang sengaja dibuat dan ditambahkan pada produk tertentu, misalnya pada bahan pembersih wajah dan deterjen. Sedangkan mikroplastik sekunder terbentuk akibat pecahnya plastik besar, seperti botol plastik atau kantong plastik, yang terdegradasi menjadi partikel-partikel kecil seiring waktu.
Masalah global ini semakin memburuk karena peningkatan produksi plastik secara pesat. Pada tahun 1950, produksi plastik hanya mencapai 2 juta metrik ton, namun pada tahun 2020 angkanya melonjak menjadi lebih dari 400 juta metrik ton. Bahkan, diperkirakan produksi plastik akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2040.
Baca juga: Isi Surat Tulisan Tangan Tom Lembong dari dalam Tahanan
Keberadaan mikroplastik dapat menjadi masalah lingkungan yang serius karena beberapa alasan. Pertama, mikroplastik sulit terurai secara alami di alam, sehingga menumpuk dan mencemari ekosistem. Selain itu, mikroplastik mengandung bahan kimia berbahaya yang bisa mengganggu sistem hormonal manusia dan hewan, yang dikenal dengan istilah disrupter endokrin. Mikroplastik juga menyebar luas dan bisa ditemukan di berbagai tempat, mulai dari pegunungan hingga lautan.
Mikroplastik juga masuk ke dalam rantai makanan manusia melalui konsumsi ikan dan hewan laut lainnya yang terpapar partikel plastik tersebut. Ketika mikroplastik ini tertelan oleh hewan laut, racun yang terkandung di dalamnya bisa berpindah ke tubuh manusia yang mengonsumsi makanan laut tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran akan dampak buruk mikroplastik, baik bagi kesehatan maupun kelestarian lingkungan.
Baca juga: Cak Imin Minta Anggaran Bansos 2025 Tembus Rp100 Triliun
Beberapa negara telah memberlakukan peraturan yang lebih ketat terkait penggunaan plastik sekali pakai dan mendukung pengembangan alternatif plastik yang lebih ramah lingkungan. Sebagai contoh, banyak perusahaan mulai beralih ke kemasan biodegradable atau menggunakan bahan yang dapat didaur ulang untuk menggantikan plastik konvensional.
Selain itu, edukasi masyarakat mengenai pentingnya pengurangan sampah plastik juga semakin gencar dilakukan. Kampanye pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, seperti botol plastik dan kantong plastik, telah menarik perhatian banyak orang dan mendorong mereka untuk beralih ke produk yang lebih berkelanjutan. Pemerintah juga telah mengatur dan memfasilitasi program daur ulang untuk mengurangi akumulasi limbah plastik di tempat pembuangan akhir.