Fokus Perlindungan Hukum dan Pemberdayaan UMKM Terus Diperkuat
FYPMedia.ID – Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel yang terus memanas mulai memberikan imbas pada ekonomi global, termasuk Indonesia. Salah satu sektor yang dikhawatirkan terdampak adalah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Meski tak terlibat langsung, eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah, terutama di jalur strategis Selat Hormuz, bisa memicu efek domino ke rantai pasok, harga logistik, dan daya saing produk ekspor Indonesia.
Baca Juga: Waspada! Tautan BLT UMKM Rp 50 Juta Ternyata Hoaks, Ini Penjelasannya
Selat Hormuz dan Ancaman Terhadap Logistik
Selat Hormuz dikenal sebagai salah satu jalur perairan terpenting di dunia. Sekitar 20% minyak global melewati jalur ini. Ketegangan Iran-Israel membuat pengiriman barang melalui jalur tersebut menjadi tidak stabil. Bagi Indonesia, yang kini mulai aktif membuka pasar ekspor ke negara-negara Timur Tengah, kondisi ini bisa berdampak pada:
- Kenaikan biaya logistik internasional.
- Peningkatan premi asuransi pengiriman.
- Keterlambatan distribusi produk ke pasar ekspor.
Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, kondisi ini bisa membuat harga barang ekspor Indonesia jadi tidak kompetitif di pasar Timur Tengah. “Banyak pelaku usaha mulai membuka peluang ekspor ke sana. Tapi kapal kargo dan pesawat pengangkut terpaksa mengalihkan rute, menyebabkan biaya naik,” ungkapnya.
Ekonomi Global Melambat, Target RI Terancam
Selain berdampak pada sektor logistik, konflik militer yang berkepanjangan antara Iran dan Israel juga membawa efek domino terhadap perlambatan ekonomi global. Ketika negara-negara besar seperti Tiongkok, Amerika Serikat, hingga negara-negara Uni Eropa mulai menunjukkan gejala kontraksi akibat ketidakpastian geopolitik, efek lanjutan tak bisa dihindari oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, hal ini akan berdampak serius terhadap kinerja ekspor dan investasi langsung ke Indonesia. “Permintaan global menurun, sementara biaya logistik dan risiko pengiriman naik. Kombinasi ini berpotensi menekan sektor industri, manufaktur, hingga UMKM ekspor-oriented,” jelasnya.
Bhima menambahkan, target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5% yang dipatok pemerintah untuk tahun 2025 menjadi semakin sulit direalisasikan. Dalam kondisi saat ini, ia memperkirakan pertumbuhan hanya akan berada di kisaran 4,7%. Angka ini mencerminkan tekanan yang berasal dari luar negeri, utamanya disebabkan oleh terganggunya rantai pasok dan melambatnya permintaan dari pasar ekspor utama Indonesia.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan menghadapi tekanan dari luar negeri, salah satunya akibat konflik bersenjata di Timur Tengah,” ujar Bhima. “Jika konflik meluas atau berlarut-larut, bukan tidak mungkin target fiskal dan stabilitas harga dalam negeri pun ikut terganggu.”
Menteri UMKM: Fokus Perlindungan dan Pemberdayaan
Menanggapi isu ini, Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan bahwa pemerintah tetap memprioritaskan perlindungan dan pemberdayaan pelaku UMKM nasional. “Apapun situasi global yang terjadi, fokus kami adalah memberdayakan dan melindungi produk-produk UMKM Indonesia,” tegas Maman dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (24/6/2025).
Kementerian UMKM saat ini sedang memproses pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Perlindungan UMKM bersama Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam). Tujuannya adalah memberi payung hukum dan perlindungan nyata terhadap pelaku usaha kecil di tengah situasi global yang tidak menentu.
Maman juga menyebut bahwa koordinasi lintas kementerian sudah berjalan, salah satunya melalui Festival Perlindungan dan Pemberdayaan UMKM yang telah digelar di tiga wilayah.
“Terlepas dari terbentuknya Satgas, kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi UMKM tetap berjalan, termasuk isu perlindungan hukum,” imbuhnya.
Ancaman ke UMKM: 3 Dampak yang Harus Diwaspadai
Jika dibiarkan tanpa intervensi kebijakan yang memadai, ketegangan Iran-Israel bisa berdampak serius pada UMKM Indonesia, terutama di sektor:
- Ekspor dan Logistik: UMKM yang mulai menjangkau pasar ekspor, terutama Timur Tengah, harus bersiap menghadapi kenaikan biaya pengiriman dan risiko keterlambatan.
- Harga Bahan Baku: Eskalasi konflik bisa memicu kenaikan harga komoditas global seperti minyak dan gas, yang akan berdampak pada biaya produksi barang UMKM.
- Permintaan Pasar Global: Jika ekonomi global melambat, permintaan terhadap produk-produk UMKM ikut menurun, terutama pada sektor kerajinan, kuliner, dan tekstil.
Strategi Antisipatif Pemerintah dan Pelaku Usaha
Menghadapi dinamika global seperti ini, strategi antisipatif sangat dibutuhkan. Beberapa langkah yang sedang dan perlu dilakukan antara lain:
- Diversifikasi Pasar Ekspor: Jangan hanya andalkan pasar Timur Tengah. UMKM harus mulai eksplorasi kawasan Asia Tenggara, Afrika, hingga Amerika Latin.
- Digitalisasi UMKM: Dengan memanfaatkan e-commerce dan digital marketing, UMKM bisa menjangkau pasar baru tanpa terlalu bergantung pada jalur logistik tradisional.
- Kemitraan dengan BUMN dan Swasta: Kolaborasi bisa membantu UMKM dalam hal pembiayaan, distribusi, dan promosi.
Harapan ke Depan: UMKM Lebih Tangguh Hadapi Krisis
Meski kondisi global penuh ketidakpastian, semangat pelaku UMKM dan dukungan pemerintah bisa menjadi modal besar untuk menghadapi tantangan. Dengan perlindungan hukum, akses pembiayaan, serta pelatihan yang memadai, UMKM Indonesia punya peluang untuk tetap tumbuh meski dunia sedang bergejolak.
Baca Juga: Kementerian UMKM dan Ketenagakerjaan Kolaborasi Pelatihan Kewirausahaan
“UMKM itu tulang punggung ekonomi kita. Di tengah guncangan global, mereka justru bisa jadi kekuatan ekonomi nasional yang lebih tangguh,” pungkas Maman.
Kondisi geopolitik bisa berubah sewaktu-waktu, tapi daya adaptasi UMKM dan kebijakan pemerintah yang responsif adalah kunci untuk bertahan dan berkembang. Dengan kolaborasi semua pihak, Indonesia bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus memberdayakan jutaan pelaku UMKM di seluruh pelosok negeri.