7 Fakta Mengejutkan Keracunan Makanan dan Cara Mencegahnya

keracunan
Kenali penyebab keracunan makanan. Foto: Getty Images/iStockphoto/helovi

FYPMedia.id  – Kasus keracunan makanan di Indonesia kembali jadi sorotan publik sepanjang tahun 2025. Ribuan orang dilaporkan jatuh sakit akibat makanan yang tampaknya aman dikonsumsi, mulai dari lauk sederhana hingga makanan favorit sehari-hari. 

Fenomena ini memperlihatkan bahwa isu keamanan pangan (food safety) masih belum mendapat perhatian serius, padahal dampaknya bisa fatal.

Keracunan makanan bisa menyerang siapa saja, baik anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Gejalanya sering kali mirip dengan penyakit pencernaan biasa, seperti mual, muntah, diare, dan kram perut, sehingga banyak orang yang menyepelekannya. 

Padahal, di balik sepiring nasi atau segelas susu, bisa tersimpan ancaman mikroba berbahaya yang tak kasatmata.

Lalu, apa saja makanan yang paling rawan menyebabkan keracunan? Mengapa makanan bisa berubah jadi sumber penyakit? Dan bagaimana cara sederhana untuk mencegahnya? Berikut ulasan lengkapnya.

1. Seafood: Lezat Tapi Mudah Rusak

Ikan, kerang, udang, hingga kepiting memang kaya gizi dan jadi favorit banyak orang. Namun, produk laut juga sangat rentan rusak. 

Ikan tertentu seperti tuna, tongkol, dan cakalang bisa menghasilkan racun histamin bila dibiarkan di suhu ruang terlalu lama.

Kasus nyata pernah terjadi saat masyarakat mengonsumsi ikan cakalang yang tidak disimpan dengan benar. 

Menurut penelitian Jurnal Analisis Kesehatan Sains (2022), ikan yang terpapar suhu ruang bisa mengalami peningkatan kadar histamin beracun. Efeknya? Mulai dari gatal, pusing, hingga mual hebat.

Baca Juga: Waspada! Ini 5 Penyebab Telinga Bau dan Cara Ampuh Mengatasinya

2. Telur dan Daging Ayam

Telur setengah matang sering dianggap lebih enak. Namun, risiko tersembunyi ada di dalamnya. Telur mentah bisa terkontaminasi bakteri Salmonella, sementara daging ayam yang kurang matang berpotensi membawa Campylobacter.

Kedua bakteri ini termasuk penyebab utama diare akut di Indonesia. Bayangkan, hanya karena makan telur setengah matang, seseorang bisa mengalami keracunan serius yang memerlukan perawatan medis.

3. Daging Sapi dan Produk Olahan

Olahan daging seperti sosis, daging giling, hingga daging mentah bisa tercemar Escherichia coli (E. coli) berbahaya. 

Bila masuk ke tubuh, bakteri ini bisa menimbulkan diare berdarah hingga komplikasi seperti gagal ginjal (hemolytic uremic syndrome).

Hal ini menegaskan pentingnya memasak daging hingga benar-benar matang. Jangan hanya matang di luar, tapi pastikan suhu dalam daging mencapai lebih dari 75°C.

4. Susu dan Produk Susu Mentah

Sebagian orang masih percaya bahwa susu segar tanpa pasteurisasi lebih sehat. Faktanya, justru susu mentah bisa menjadi sarang bakteri berbahaya seperti Listeria monocytogenes, Salmonella, dan E. coli.

Infeksi Listeria sangat berisiko pada ibu hamil, bayi, lansia, serta orang dengan daya tahan tubuh rendah. 

Itulah sebabnya ahli gizi selalu menyarankan untuk memilih susu yang sudah dipasteurisasi atau merebus susu segar hingga mendidih sebelum diminum.

5. Sayur dan Buah Mentah

Sayur dan buah dikenal sehat, tapi kalau tidak dicuci bersih justru bisa menjadi sumber masalah. Kontaminasi pestisida, kotoran, atau bakteri dari tanah sangat mungkin terjadi.

Kasus besar pernah terjadi di Jerman tahun 2011, saat wabah E. coli menyebar lewat sayuran mentah. 

Sejak itu, para ahli mengingatkan pentingnya mencuci sayur dan buah di bawah air mengalir serta merendamnya dengan larutan garam atau baking soda.

Baca Juga: 5 Makanan Berbahaya yang Bisa Percepat Pikun dan Picu Demensia

6. Nasi Sisa Bisa Jadi Racun

Mungkin banyak orang tak menyangka bahwa nasi juga bisa memicu keracunan. Nasi yang dibiarkan terlalu lama di suhu ruang berpotensi ditumbuhi bakteri Bacillus cereus

Spora bakteri ini tahan panas, sehingga meskipun nasi dipanaskan ulang, toksinnya tetap bisa menimbulkan mual dan muntah.

Menurut Journal of Microbiology, Biotechnology and Food Sciences (2024), penyimpanan nasi pada suhu 4°C bisa menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Jadi, lebih aman simpan nasi sisa di kulkas atau biarkan tetap panas di dalam rice cooker.

7. Kenapa Makanan Bisa Jadi Berbahaya?

Keracunan makanan umumnya disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur) atau racun alami dalam makanan. Ada beberapa faktor utama yang membuat makanan mudah terkontaminasi, di antaranya:

  • Suhu penyimpanan tidak tepat. Bakteri berkembang biak sangat cepat pada suhu 5–60°C, yang disebut “danger zone”.
  • Kontaminasi silang. Peralatan dapur yang dipakai untuk bahan mentah lalu dipakai lagi untuk makanan matang bisa memindahkan kuman.
  • Higiene buruk. Tangan kotor saat mengolah makanan adalah jalan pintas masuknya bakteri.
  • Masak tidak sempurna. Daging atau telur setengah matang tidak cukup panas untuk membunuh mikroba berbahaya.

Hal ini juga ditegaskan oleh ahli gizi masyarakat, dr Tan Shot Yen, dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI (22/9/2025). Ia menyoroti program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimbulkan kasus keracunan karena penyimpanan makanan dilakukan di suhu ruang tanpa pemanas.

Baca Juga: 19 Orang Tewas! Lonjakan Kasus Amoeba Pemakan Otak di India Bikin Heboh

Solusi Sederhana Cegah Keracunan Makanan

Kabar baiknya, keracunan makanan bisa dicegah dengan langkah sederhana. Beberapa tips berikut bisa jadi pedoman sehari-hari:

  • Masak hingga matang sempurna. Telur, daging, dan ayam sebaiknya tidak dikonsumsi setengah matang.
  • Simpan di suhu aman. Bahan makanan segar letakkan di kulkas, daging di freezer dengan suhu -18°C.
  • Pisahkan peralatan dapur. Jangan gunakan talenan dan pisau yang sama untuk daging mentah dan sayur matang.
  • Cuci sayur dan buah. Gunakan air mengalir dan larutan garam atau baking soda untuk mengurangi risiko kontaminasi.
  • Hindari nasi basi. Jangan biarkan nasi lebih dari dua jam di suhu ruang.

Kasus keracunan makanan yang masih tinggi di Indonesia menjadi alarm penting bagi masyarakat. 

Menjadi konsumen cerdas bukan hanya soal memilih bahan segar, tapi juga memperhatikan cara menyimpan dan mengolahnya.

Makanan yang terlihat biasa aman bisa saja berubah jadi racun bila tidak ditangani dengan benar. Dengan langkah pencegahan sederhana, kita bisa menikmati makanan favorit tanpa harus takut pada risiko kesehatan.

Ingat, keamanan pangan adalah tanggung jawab bersama. Dari dapur rumah tangga hingga restoran besar, semua orang berperan untuk memastikan bahwa makanan yang disajikan benar-benar aman dikonsumsi.