6 Fakta Serangan Siber Lumpuhkan Bandara Eropa: Ribuan Penumpang Terlantar

serangan siber
Ilustrasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/skyNext

FYPMedia.id – Gelombang serangan siber kembali mengguncang Eropa. Sejumlah bandara internasional utama di kawasan tersebut lumpuh usai sistem check-in otomatis mereka disusupi peretas. 

Imbasnya, ribuan penumpang terlantar, ratusan penerbangan dibatalkan, dan antrean panjang tak terelakkan.

Insiden ini terjadi sejak Sabtu (20/9/2025) dan berlanjut hingga Minggu. Target utama peretasan adalah perangkat lunak MUSE buatan Collins Aerospace, anak perusahaan raksasa teknologi kedirgantaraan RTX. 

Sistem ini digunakan untuk layanan check-in dan boarding di berbagai maskapai penerbangan dunia.

RTX membenarkan serangan itu, tetapi enggan menyebut siapa dalang di baliknya maupun bandara mana saja yang terdampak. Namun, sejumlah otoritas bandara mengonfirmasi bahwa mereka menjadi korban serangan.

Bandara-Bandara Besar Jadi Sasaran

Bandara yang terkena dampak meliputi Heathrow di Inggris, Brussels di Belgia, Berlin Brandenburg di Jerman, hingga Dublin dan Cork di Irlandia.

“Sejauh ini dampaknya terbatas pada proses check-in pelanggan secara elektronik dan drop bagasi, dan dapat dikurangi dengan operasi check-in manual. Kami berupaya memperbaiki masalah ini secepat mungkin,” ujar RTX dalam pernyataan resmi.

Meski sudah diterapkan solusi manual, banyak maskapai tetap memilih membatalkan penerbangan demi menghindari kekacauan yang lebih besar.

Data penyedia penerbangan Cirium mencatat, hingga Sabtu siang pukul 11.30 GMT, ada sekitar 29 penerbangan dibatalkan di Heathrow, Berlin, dan Brussels. Padahal, pada hari yang sama dijadwalkan 651 keberangkatan dari Heathrow, 228 dari Brussels, dan 226 dari Berlin.

Baca Juga: Yuk Kenali Phising, Smishing, dan Vishing: Kejahatan Siber yang Incar Data Pribadi

Dampak Terbesar di Brussels

Dampak paling parah terjadi di Bandara Brussels. Otoritas setempat mengakui bahwa mereka terpaksa mengalihkan empat penerbangan, menunda puluhan jadwal, dan bahkan meminta maskapai untuk membatalkan setengah dari total penerbangan pada Minggu (21/9/2025).

“Collins Aerospace belum mengirimkan versi perangkat lunak terbaru yang aman yang diperlukan untuk memulihkan fungsionalitas penuh,” kata juru bicara Bandara Brussels dikutip Reuters.

Data menunjukkan, 25 dari 234 penerbangan pada Sabtu dibatalkan, angka ini melonjak menjadi 50 dari 257 penerbangan pada Minggu.

Meski demikian, sebagian penumpang di Brussels merasa tidak terlalu terganggu.

“Bagi saya, semuanya berjalan seperti biasa. Tapi mereka yang tidak check-in online atau menitipkan bagasi harus menunggu lebih lama,” ujar salah seorang penumpang.

Berlin & Heathrow Bertahan dengan Sistem Manual

Bandara Berlin Brandenburg menyatakan masih mengalami masalah teknis, tetapi menekankan bahwa solusi manual sudah diberlakukan.

“Terkadang terdapat waktu tunggu lebih lama saat check-in, boarding, dan pengambilan bagasi. Namun keterlambatan keberangkatan hari ini sesuai dengan hari operasional normal,” jelas manajemen Berlin Brandenburg.

Sementara itu, Heathrow melaporkan sebagian besar penerbangan tetap berjalan. Walau begitu, antrean panjang terjadi di Terminal 4, terutama pada maskapai Asia yang kesulitan beradaptasi dengan sistem manual.

Kisah Penumpang Terlantar

Di tengah kepanikan itu, banyak penumpang jadi korban utama.

Kim Reisen, penumpang di Berlin, menceritakan pengalamannya menunggu kepastian penerbangan selama seharian.

“Saya tiba di stasiun bandara sekitar pukul 10.45, dan kami belum diberi tahu apa pun kecuali bahwa ada kesalahan teknis. Tentu saja, di internet Anda dapat membaca bahwa itu mungkin serangan siber, dan sekarang kami hanya bisa menunggu di sini untuk melihat apa yang terjadi,” ucap Kim Reisen.

Seorang penumpang lain, Siegfried Schwarz, merasa heran mengapa bandara sebesar Berlin tidak bisa melindungi diri dari serangan digital.

“Saya juga merasa tidak masuk akal bahwa, dengan teknologi saat ini, tidak ada cara untuk melindungi diri dari hal seperti itu,” tegas Schwarz.

Di Heathrow London, Lucy Spencer mengaku frustrasi karena harus bolak-balik dari gerbang ke meja check-in.

“Mereka meminta kami menggunakan boarding pass di ponsel, tetapi ketika kami sampai di gerbang, boarding pass tersebut tidak berfungsi. Mereka sekarang mengarahkan kami kembali ke gerbang check-in, ini seperti dilempar-lempar,” ungkap Spencer kepada BBC.

Kekecewaan serupa dirasakan Monazza Aslam, yang akhirnya kehilangan penerbangan transitnya di Doha.

“Saya sudah berada di Heathrow bersama orang tua saya yang sudah lanjut usia sejak pukul 05.00. Kami sudah lapar dan lelah,” keluh Aslam.

Baca Juga: Waspada! Bahaya Menggunakan WiFi Umum Tanpa Proteksi

Investigasi Sedang Berjalan

RTX berjanji segera menuntaskan permasalahan, tetapi tidak menjelaskan kapan sistem bisa pulih sepenuhnya.

“Gangguan dapat diatasi dengan proses check-in manual,” tegas perusahaan dalam keterangan Sabtu lalu.

Kini, regulator regional di Eropa sedang menyelidiki sumber serangan siber ini. Apakah murni aksi kriminal digital atau ada motif politik di baliknya masih menjadi tanda tanya besar.

Serangan Siber Bukan Kasus Pertama

Peretasan terhadap Collins Aerospace bukan insiden tunggal di Eropa tahun ini. Sebelumnya, sektor otomotif dan ritel juga jadi sasaran.

Jaguar Land Rover bahkan sempat menghentikan produksi, sementara Marks & Spencer mengalami kerugian hingga ratusan juta poundsterling akibat serangan siber. Fakta ini menunjukkan betapa rentannya infrastruktur vital Eropa terhadap serangan digital.

Serangan siber yang melumpuhkan bandara di Eropa menjadi peringatan keras bahwa keamanan digital sama pentingnya dengan keamanan fisik. 

Ribuan penumpang yang terlantar hanyalah puncak dari gunung es kerentanan infrastruktur modern.

Selama sistem belum benar-benar pulih, Warga Eropa harus bersiap menghadapi kemungkinan penundaan dan pembatalan lanjutan. Pertanyaan besarnya: apakah dunia penerbangan siap menghadapi “era perang siber” berikutnya?