2 Fakta Mengejutkan: Matcha Bisa Picu Anemia Berat, Gen Z Wajib Waspada!

anemia/matcha
Iced Matcha Latte. Shutterstock

FYPMedia.id – Matcha, bubuk teh hijau asal Jepang yang kini mendunia, semakin populer di kalangan Gen Z. Rasanya yang khas, mudah dikreasikan menjadi latte, dessert, hingga camilan sehat, membuatnya begitu digemari. 

Apalagi, tren media sosial yang menampilkan matcha sebagai superfood dengan manfaat untuk jantung, kulit, dan energi, kian memperkuat citranya sebagai minuman sehat.

Namun, di balik popularitasnya, muncul peringatan mengejutkan: konsumsi matcha ternyata bisa berisiko memicu anemia, terutama bila dikonsumsi secara berlebihan. 

Kasus nyata bahkan terjadi pada seorang wanita asal Amerika Serikat, Lynn Shazeen (28 tahun), yang harus dirawat karena menderita anemia berat setelah rutin mengonsumsi matcha. 

Kisah ini viral dan membuat publik bertanya-tanya: benarkah matcha yang sehat bisa berubah menjadi ancaman kesehatan?

Kasus Viral Anemia karena Matcha

Lynn Shazeen, seorang perempuan asal Maryland, mengaku mulai rutin minum matcha sejak Mei. Ia percaya minuman ini dapat mendukung kesehatan jantung dan meningkatkan energi tubuh. 

Namun, beberapa bulan kemudian, tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan parah, sering merasa kedinginan, hingga mengalami gatal pada kulit.

Ketika diperiksa oleh dokter, hasilnya mengejutkan: Shazeen didiagnosis menderita anemia berat. Dokter menduga kondisinya diperparah oleh kebiasaan minum matcha.

Baca Juga: Liver Bersih! 7 Minuman & Cara Ampuh Membersihkannya Secara Alami

Dikutip dari Newsweek, pakar kedokteran keluarga Dr. Parth Bhavsar menjelaskan:

“Matcha adalah teh hijau bubuk yang mengandung polifenol, yang pada dasarnya mengikat zat besi di usus dan menghambat penyerapannya.”

Artinya, meskipun matcha mengandung antioksidan tinggi, polifenol di dalamnya bisa menurunkan kemampuan tubuh menyerap zat besi. Bila dikonsumsi berlebihan, risiko anemia pun meningkat.

Ilmiah: Bagaimana Matcha Bisa Ganggu Zat Besi?

Menurut penelitian dalam Journal of Nutrition Science, kandungan tanin atau katekin pada matcha memang berperan penting. Zat ini mampu “mengikat” zat besi non-heme (zat besi dari tumbuhan) sehingga tubuh sulit menyerapnya.

Ahli gizi Debbie Petitpain dari Academy of Nutrition and Dietetics juga menegaskan hal serupa:

“Efek ini terutama memengaruhi zat besi non-heme yang berasal dari sayuran hijau dan kacang-kacangan. Zat besi heme dari daging relatif tidak terlalu terpengaruh.”

Bahkan, sebuah penelitian mencatat, hanya satu porsi teh hijau biasa dapat menurunkan penyerapan zat besi non-heme hingga 60–90 persen. Karena matcha lebih pekat dari teh hijau biasa, efek penghambatan ini bisa lebih besar lagi.

Siapa yang Harus Waspada?

Tidak semua orang akan langsung terkena anemia hanya karena minum matcha. Namun, kelompok tertentu harus lebih berhati-hati, seperti:

  1. Wanita dengan menstruasi berat – kebutuhan zat besi meningkat, sehingga risiko defisiensi lebih tinggi.
  2. Vegetarian atau vegan – mayoritas zat besinya berasal dari sumber nabati, yang mudah terpengaruh polifenol.
  3. Ibu hamil dan menyusui – karena kebutuhan nutrisi untuk janin dan bayi meningkat.
  4. Penderita gangguan pencernaan – misalnya celiac atau radang usus, yang membuat penyerapan nutrisi makin terganggu.

Gejala anemia defisiensi zat besi antara lain mudah lelah, kulit pucat, sesak napas, sakit kepala, tangan dan kaki dingin, hingga kuku rapuh.

Baca Juga: Bahaya Minum Air Bersoda untuk Kesehatan Tubuhmu

Batas Aman Konsumsi Matcha

Walau ada risiko, bukan berarti matcha berbahaya. Kuncinya ada pada porsi dan waktu konsumsi.

Para ahli gizi merekomendasikan konsumsi matcha 1–2 cangkir per hari atau sekitar 2–4 gram bubuk matcha. Jumlah ini sudah cukup memberi manfaat antioksidan tanpa mengganggu penyerapan zat besi.

Selain itu, cara minum juga berperan besar. Kirbie Daily, ahli gizi yang dikutip dari Health, menegaskan:

“Matcha sendiri tidak secara langsung menyebabkan anemia defisiensi besi. Namun, jika diminum berdekatan dengan waktu makan, terutama yang kaya zat besi nabati, kemampuannya dalam menghambat penyerapan zat besi akan lebih terasa.”

Tips Aman Menikmati Matcha

Agar tetap bisa menikmati manfaat matcha tanpa risiko anemia, berikut tips yang disarankan para pakar:

  1. Jangan minum matcha bersamaan dengan makan. Beri jeda 1–2 jam setelah makan sebelum mengonsumsinya.
  2. Kombinasikan dengan makanan kaya vitamin C. Misalnya jeruk, stroberi, atau tomat, karena vitamin C membantu meningkatkan penyerapan zat besi.
  3. Batasi porsi harian. Satu cangkir matcha sehari umumnya aman bagi kebanyakan orang.
  4. Kombinasikan dengan makanan tinggi zat besi. Seperti daging merah, bayam, atau kacang-kacangan.
  5. Perhatikan total asupan kafein. Matcha mengandung 70–80 mg kafein per sendok teh. Jika sudah minum kopi atau teh lain, jangan berlebihan.

Tetap Banyak Manfaat

Meski kasus Shazeen menghebohkan, penting untuk diingat bahwa matcha tetap punya banyak manfaat kesehatan bila dikonsumsi dengan bijak.

Dikutip dari Health Shots, manfaat matcha antara lain:

  • Kaya antioksidan untuk melawan radikal bebas.
  • Mendukung kesehatan pencernaan.
  • Membantu menurunkan berat badan lewat peningkatan metabolisme.
  • Menambah fokus dan konsentrasi berkat kandungan L-theanine.
  • Membantu detoksifikasi racun tubuh.

Dengan konsumsi yang tepat, matcha tetap bisa menjadi bagian gaya hidup sehat, termasuk untuk Gen Z yang kini menjadikannya tren.

Kisah Lynn Shazeen jadi pengingat penting bagi pecinta matcha di seluruh dunia: bahkan minuman sehat sekalipun bisa berbalik jadi ancaman jika dikonsumsi berlebihan atau tidak sesuai aturan.

Matcha bukan musuh, melainkan sahabat kesehatan jika diminum dengan benar. Jadi, nikmati matcha dengan bijak, perhatikan porsinya, dan jangan abaikan pola makan seimbang. Dengan begitu, manfaatnya tetap maksimal tanpa mengorbankan kesehatan darah dan otak.