UNRWA Terancam Dihentikan: 3 Dampak Besar bagi Palestina (Gaza)

unrwa
pusat kesehatan UNRWA di Jenin, Tepi Barat, Palestina. (Pierre Marshall, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

FYPMedia.ID – Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menghadapi ancaman penghentian operasi setelah keputusan Israel yang menginginkan badan ini keluar dari Yerusalem. 

Keputusan ini menimbulkan reaksi internasional, termasuk dari Dewan Keamanan PBB (DK PBB).  Berikut adalah tiga dampak besar dari keputusan tersebut bagi Palestina (Gaza).

  • Ribuan Warga Palestina Terancam Kehilangan Akses Layanan Vital

Keberadaan UNRWA sangat penting bagi warga Palestina, terutama di Gaza dan Yerusalem Timur. Badan ini mengelola 12 fasilitas layanan publik yang meliputi sekolah dan klinik kesehatan gratis. 

Menurut data UNRWA, sedikitnya 1.200 anak bergantung pada pendidikan yang disediakan, sementara lebih dari 70.000 orang mengandalkan layanan kesehatan yang diberikan oleh badan ini.

Baca juga: 3 Momen Kunci dalam Gencatan Senjata Israel-Hamas yang Mengubah Situasi di Gaza

“Keputusan ini tidak mudah dan juga tidak dibuat dengan cepat. Ini bukan keputusan politik, namun suatu hal yang perlu dilakukan. Keputusan ini dibuat setelah berpuluh-puluh tahun pengkhianatan yang dilakukan oleh sebuah lembaga yang menyimpan agenda politik, mengabaikan dan menyembunyikan (fakta) atas prinsip-prinsip kemanusiaan,” kata Danon. Duta Besar Israel untuk PBB, dikutip dari Liputan6.com.

Namun, UNRWA menegaskan bahwa jika mereka dipaksa keluar, warga Palestina akan kehilangan akses terhadap layanan vital yang telah beroperasi selama puluhan tahun.

  • Gencatan Senjata dan Pemulihan Gaza Bisa Terancam

Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, memperingatkan bahwa pembatasan terhadap badan ini bisa melemahkan upaya gencatan senjata dan membahayakan proses pemulihan Gaza pascakonflik.

“Yang dipertaruhkan adalah nasib jutaan warga Palestina, gencatan senjata, dan prospek solusi politik yang membawa perdamaian dan keamanan yang berkelanjutan,” kata Lazzarini dalam pertemuan dengan DK PBB (28/1).

Ia menegaskan bahwa UNRWA berkontribusi dalam setengah dari respons darurat di Gaza dan menolak klaim Israel bahwa tugas badan ini bisa dialihkan ke entitas lain. 

Selain itu, Lazzarini juga mengungkapkan bahwa jumlah korban tewas akibat konflik bisa lebih tinggi dari angka yang diperkirakan, yaitu sekitar 46.000 orang.

Baca juga: Mengungkap Fakta: 5 Hal Penting Tentang Wacana Relokasi Warga Gaza ke Indonesia

  • Reaksi Dunia: Dukungan Besar untuk UNRWA di DK PBB

Keputusan Israel mendapat kritik tajam di DK PBB, dengan banyak negara yang menyatakan dukungan kuat bagi UNRWA. Satu-satunya negara yang secara terbuka mendukung Israel adalah Amerika Serikat.

“Keputusan Israel untuk menutup kantor UNRWA di Yerusalem pada 30 Januari adalah keputusan kedaulatan Israel,” ujar Dorothy Shea, Kuasa Usaha Ad Interim AS untuk PBB.

Namun, banyak negara menolak langkah Israel. Utusan Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengecam kebijakan AS yang mendukung Israel dan mengatakan bahwa tindakan tersebut melanggar hukum internasional.

“Kami meminta rekan-rekan kami di Washington untuk sadar dan memberikan tekanan yang diperlukan pada Yerusalem Barat agar tidak memperburuk penderitaan warga sipil Palestina,” ujar Nebenzia.

Baca juga: Kebakaran di Australia Melahap 65.000 Hektar dalam Sehari

Perwakilan dari Aljazair, Inggris, Prancis, dan China juga menyuarakan solidaritas mereka untuk UNRWA. 

Utusan Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menegaskan bahwa UNRWA adalah satu-satunya badan yang memiliki kapasitas untuk memberikan bantuan kemanusiaan di Gaza.

“Staf UNRWA dan pekerja kemanusiaan telah membayar harga yang sangat tinggi untuk upaya mereka membantu masyarakat yang sengaja menjadi sasaran, kelaparan, dan pengusiran paksa,” kata Mansour.

Ancaman penghentian UNRWA bukan hanya berdampak pada layanan kemanusiaan, tetapi juga berisiko memperburuk ketegangan di Palestina. 

Dengan adanya reaksi global yang kuat, masih menjadi tanda tanya apakah Israel akan tetap pada keputusannya atau mendapat tekanan untuk membatalkannya? Yang jelas, nasib ribuan warga Palestina kini berada dalam ketidakpastian.

(Oda)