Trump Desak Iran Usai Serangan Israel: Kesempatan Nuklir ke-2
FYPMedia.ID – Setelah dunia dikejutkan oleh serangan masif Israel ke Iran, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi pusat perhatian. Dalam pernyataan tegas di Truth Social, Trump menyebut bahwa Iran kini mendapat “kesempatan kedua” untuk mencapai kesepakatan nuklir yang selama ini tertunda.
Pernyataan Trump disampaikan hanya sehari setelah gempuran Israel menghantam berbagai fasilitas penting Iran, termasuk pusat pengayaan uranium di Natanz dan infrastruktur militer strategis lainnya. Serangan ini disebut sebagai eskalasi terbesar di Timur Tengah dalam lima tahun terakhir.
Ultimatum 60 Hari: “Hari Ini Hari ke-61”
Trump mengungkapkan bahwa sejak dua bulan lalu, dirinya sudah memberi Iran ultimatum selama 60 hari untuk menyegel kesepakatan baru yang membatasi pengembangan program nuklirnya.
“Hari ini adalah hari ke-61. Mereka gagal memenuhi tenggat itu. Tapi mungkin, ini kesempatan kedua mereka—sebelum tidak ada lagi yang tersisa dari Kekaisaran Iran,” tulis Trump dalam unggahan di Truth Social.
Trump menyampaikan pernyataan tersebut usai memimpin rapat darurat di Situation Room Gedung Putih bersama para pejabat tinggi keamanan nasional. Rapat tersebut membahas respons AS terhadap eskalasi terbaru antara Israel dan Iran yang bisa menyeret kawasan ke konflik besar.
Baca Juga: Robert De Niro VS Donald Trump
Serangan Israel Hantam Jantung Nuklir Iran
Menurut laporan Associated Press, serangan udara Israel pada Jumat pagi (13/6/2025) menargetkan pusat-pusat utama pengembangan nuklir Iran, termasuk fasilitas Natanz, lokasi program rudal balistik, hingga tempat tinggal pejabat tinggi militer dan ilmuwan nuklir.
Walau pemerintah AS menyatakan tidak terlibat langsung dalam serangan tersebut, Trump mengakui bahwa Israel menggunakan persenjataan buatan AS dalam operasi militer tersebut.
“Israel tahu bagaimana menggunakan senjata itu—dan mereka punya banyak. Akan lebih banyak lagi yang datang,” ujar Trump dengan nada tegas.
Iran Tersulut: Balasan Dua Gelombang Serangan
Tak lama setelah gempuran Israel, Iran melancarkan serangan balasan dalam dua gelombang. Serangan pertama melibatkan sekitar 100 drone, sementara gelombang kedua menghantam Israel dengan hampir 100 rudal balistik.
Ibukota Iran, Teheran, dilaporkan mengalami kerusakan besar, termasuk pada kompleks apartemen dan fasilitas sipil. Foto-foto puing gedung dan kendaraan yang hancur menyebar luas di media sosial dan memicu gelombang kecaman global.
Negosiasi Nuklir Kembali di Ujung Tanduk
Ironisnya, serangan ini terjadi dua hari sebelum jadwal perundingan nuklir lanjutan antara AS dan Iran yang akan digelar di Oman pada Minggu (15/6). Perwakilan khusus AS, Steve Witkoff, dikabarkan tetap akan berangkat ke Oman, meskipun belum ada kepastian apakah Iran akan tetap menghadiri pertemuan tersebut.
“Kami tidak tahu apakah Iran masih bersedia duduk bersama. Tapi utusan kami tetap akan hadir,” ujar salah satu pejabat Gedung Putih yang enggan disebutkan namanya.
Iran sebelumnya telah memperingatkan bahwa AS akan ikut bertanggung jawab jika Israel melakukan serangan. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, sempat menyampaikan protes keras dalam pertemuan tertutup dengan Witkoff sebelum serangan berlangsung.
Trump: “Iran Harus Kembali ke Meja Perundingan”
Dalam langkah yang tidak lazim, Trump langsung menelepon sejumlah jurnalis ternama dari CNN, NBC, hingga Fox News, dan secara personal menyampaikan pesannya untuk Iran. Dalam percakapannya dengan Dana Bash dari CNN, Trump menekankan bahwa “Iran seharusnya sekarang datang dan menyegel kesepakatan.”
Sementara kepada NBC News, Trump mengklaim bahwa pejabat Iran telah menghubunginya, namun ia menolak memberikan rincian lebih lanjut. Ini menunjukkan bahwa kanal komunikasi antara dua negara masih terbuka, meski situasi di lapangan terus memburuk.
Armada AS Bergerak: Kapal Perusak Dikerahkan
Sebagai langkah preventif, militer Amerika Serikat dikabarkan menggeser kekuatan militernya ke kawasan, termasuk kapal perusak USS Thomas Hudner ke Mediterania Timur. Satu kapal perang tambahan juga disiapkan untuk dikerahkan jika situasi semakin memburuk.
Langkah ini dianggap sebagai penguatan posisi strategis AS di kawasan, sekaligus bentuk peringatan terhadap Iran agar tidak memperluas konflik lebih jauh.
Evakuasi & Sinyal Serangan Sejak Awal Pekan
Sinyal bahwa serangan Israel akan terjadi sebenarnya sudah tercium sejak Rabu, 11 Juni, ketika Kementerian Luar Negeri AS mulai mengevakuasi personel non-esensial dari sejumlah pos diplomatik di Timur Tengah. Langkah ini dianggap sebagai persiapan jika konflik terbuka benar-benar meledak.
Kini, dengan dua serangan besar dari Israel dan Iran, kawasan Timur Tengah berada di ambang konflik berskala penuh.
Apakah Dunia Menuju Perang Baru?
Dengan Israel yang menyatakan akan terus menyerang “selama dibutuhkan”, dan Iran yang tampak siap melawan balik, kekhawatiran global terhadap konflik regional yang melebar semakin meningkat.
Trump, yang sebelumnya berjanji akan menghindari keterlibatan militer besar di luar negeri, kini berada di persimpangan antara diplomasi dan konfrontasi.
Kesempatan Kedua atau Permulaan Perang?
Trump mengklaim Iran kini punya “kesempatan kedua” untuk membuktikan niat baiknya dalam program nuklir. Namun, jalan menuju kesepakatan tak lagi semudah sebelumnya. Ketegangan sudah membara, dan satu kesalahan kecil bisa memicu perang terbuka.
Dunia menanti: apakah Iran akan kembali ke meja perundingan—atau memilih jalan konflik?