Serigala Purba Dire Wolf “Bangkit dari Kubur” Setelah 10.000 Tahun: Fakta atau Fiksi Ilmiah?

Serigala Purba Dire Wolf “Bangkit dari Kubur” Setelah 10.000 Tahun: Fakta atau Fiksi Ilmiah?

FYPMedia.IDKabar mengejutkan datang dari dunia sains: Dire wolf, alias serigala purba raksasa, berhasil “dibangkitkan” dari kepunahan oleh perusahaan bioteknologi asal Texas, Amerika Serikat—Colossal Biosciences. Lewat teknologi rekayasa genetik yang canggih, makhluk yang udah punah lebih dari 10.000 tahun lalu ini kini resmi berjalan kembali di bumi.

Dan lebih gilanya lagi—anak-anak serigala purba ini dinamai Romulus, Remus, dan Khaleesi. Sounds like GoT fanbase in action? Bisa jadi. Tapi di balik euforia itu, ada kisah sains yang super serius (dan agak creepy juga, tbh).

Dire Wolf: Si “Serigala Mengerikan” yang Beneran Ada

Pertama-tama, mari kita kenalan dulu. Dire wolf bukan cuma bumbu cerita fantasi. Mereka pernah hidup di Amerika Utara dan Selatan, bahkan kemungkinan sampai Asia Timur, ribuan tahun lalu. Ukurannya gede banget—lebih berat dan kekar dibanding serigala abu-abu modern. Bobotnya bisa mencapai 68 kilogram, dengan rahang super kuat yang bisa ngelumat tulang. Makanan favorit mereka? Hewan besar kayak bison, mastodon, dan kuda purba.

Fosil-fosil dire wolf paling banyak ditemukan di Rancho La Brea, California—tempat di mana hewan-hewan purba sering terperangkap dalam aspal alami. Dan menariknya, penelitian DNA tahun 2021 menunjukkan bahwa dire wolf ternyata bukan nenek moyangnya serigala modern. Mereka beda garis keturunan total. Makanya, sekarang mereka diklasifikasi dalam genus Aenocyon, yang artinya literally “serigala mengerikan”.

Teknologi De-Extinction: Membangkitkan yang Sudah Tiada

Terus, gimana caranya para ilmuwan bisa hidupkan mereka kembali? Jawabannya: science, baby.

Tim dari Colossal Biosciences menggunakan teknologi penyuntingan gen dan kloning. Mereka ngambil DNA dari gigi dire wolf berumur 13.000 tahun dan tengkorak berusia 72.000 tahun. DNA ini lalu dikombinasikan dengan sel darah dari serigala abu-abu (kerabat modern terdekatnya), lalu dimodifikasi di 20 titik genetik berbeda. Setelah itu, sel hasil rekayasa dimasukkan ke dalam sel telur anjing domestik, ditanamkan ke induk pengganti, dan… lahirlah anak-anak serigala purba.

Bayi dire wolf hasil kloning ini sekarang dirawat di cagar alam yang diawasi ketat, lengkap dengan sertifikasi dari American Humane Society dan Departemen Pertanian AS.

Menurut CEO Colossal, Ben Lamm, ini adalah “tonggak sejarah besar” dalam bidang bioteknologi. Dan mereka nggak berhenti di situ. Colossal juga berhasil mengkloning empat ekor serigala merah (red wolf), spesies yang saat ini sangat terancam punah.

Baca Juga: PMK Serang 18.581 Ternak di Jatim, Apakah Dagingnya Masih Aman Dikonsumsi?

Kenapa Mereka Melakukan Ini?

 

Satu kata: konservasi. Misi Colossal bukan cuma “bikin Jurassic Park versi nyata”, tapi juga meningkatkan keberagaman genetik spesies yang hampir punah. Dengan membangkitkan spesies yang punah dan mengembangkannya di lingkungan terkendali, mereka berharap bisa mengembalikan keseimbangan ekosistem yang rusak.

Tapi tentu aja, langkah ini menuai pro dan kontra. Banyak yang bertanya-tanya: apakah makhluk yang dihidupkan kembali benar-benar “dire wolf”, atau cuma semacam versi hybrid-nya? Dan apakah etis mempermainkan kehidupan seperti ini?

Etika, Risiko, dan Pertanyaan Besar

Meskipun terdengar kayak film sci-fi, teknologi de-extinction ini beneran menimbulkan pertanyaan serius. Misalnya:

  • Apa yang terjadi kalau spesies purba ini nggak bisa beradaptasi dengan lingkungan modern?

  • Apa dampaknya buat ekosistem yang udah ada?

  • Dan… apakah kita siap kalau eksperimen ini gagal atau malah bawa konsekuensi yang nggak diinginkan?

Dr. Beth Shapiro, kepala ilmuwan di Colossal, bilang bahwa pendekatan mereka sangat hati-hati dan berbasis data. Setiap langkah dikaji secara mendalam, dan hewan hasil kloning nggak akan dilepas ke alam liar sembarangan.

Apakah Kita Menuju Dunia Jurassic Park?

Dengan teknologi kayak CRISPR, kloning, dan rekayasa genetik makin maju, bukan nggak mungkin kita bakal ngeliat lebih banyak “kebangkitan” spesies purba. Colossal sendiri juga lagi ngerjain proyek untuk menghidupkan kembali mammoth berbulu (woolly mammoth), harimau Tasmania, bahkan dodo. Yup, Dodo.

Tapi pertanyaan terbesarnya adalah: apakah kita boleh? Karena di balik kemampuan, selalu ada tanggung jawab besar.

Baca Juga: Spons Gunung Berapi Raksasa: Makhluk Tertua Antartika yang Hidup Selama 15.000 Tahun

Fun Fact Buat yang Belum Tahu:

  • Dire wolf bukan mitos. Mereka hewan nyata yang hidup sekitar 125.000 hingga 10.000 tahun lalu.

  • Nama ilmiahnya Aenocyon dirus, artinya “serigala mengerikan”.

  • Ukurannya hampir sama kayak serigala abu-abu modern, tapi lebih berat dan kekar.

  • Mereka punah kemungkinan karena kombinasi perubahan iklim, hilangnya mangsa, dan persaingan predator.

  • Fosil dire wolf paling banyak ditemukan di tar pits alias genangan aspal alami.

Kalau kemarin-kemarin kamu mikir “bangkit dari kepunahan” cuma bisa terjadi di film, sekarang sains bilang: “Nggak juga.” Serigala purba udah hidup lagi di 2025. Dan ini mungkin baru permulaan. Apakah ini masa depan konservasi? Atau pintu gerbang menuju kekacauan ekologi?

Let’s just hope it doesn’t end like Jurassic Park.