Sejarah Pilihan Hidup Childfree: Dari Budaya Barat hingga Tren di Indonesia

Childfree
Ilustrasi childfree

FYPMEDIA.ID – Fenomena childfree kini menjadi sorotan di kalangan perempuan Indonesia, terutama mereka yang berusia 15-49 tahun, telah menikah, namun memilih untuk tidak memiliki anak. 

Keputusan ini tidak hanya menjadi bagian dari gaya hidup, tetapi juga berdampak signifikan terhadap penurunan angka fertilitas total (Total Fertility Rate/TFR) di Indonesia. 

Lantas, bagaimana asal-usul dari pilihan hidup ini? Simak ulasannya di bawah ini.

Apa Itu Childfree?

Childfree adalah istilah yang merujuk pada keputusan pasangan untuk hidup tanpa anak, baik secara biologis maupun melalui adopsi. 

Berbeda dengan childless yang mengacu pada ketidakmampuan memiliki anak. Childfree mencerminkan keputusan sadar yang didasari preferensi pribadi pasangan. 

Keputusan ini biasanya tidak dipengaruhi oleh tekanan sosial atau faktor eksternal, melainkan berasal dari keinginan pasangan itu sendiri.

Di Indonesia, konsep ini semakin dikenal luas di berbagai kalangan masyarakat. Tidak sedikit pasangan yang memilih untuk menjalani kehidupan pernikahan tanpa anak karena alasan-alasan seperti fokus pada karier, kebebasan finansial, atau pandangan hidup tertentu.

Baca juga: 71 Ribu Perempuan Indonesia Pilih Childfree, Apa Faktor Penyebabnya?

Beginilah asal Usul Istilah Childfree

Istilah childfree sebenarnya sudah muncul sejak akhir abad ke-20. Filosofinya berakar dari pemikiran St. Augustine, seorang pengikut ajaran Maniisme. 

Pemikiran ini memandang proses reproduksi sebagai tindakan yang mengikat jiwa dalam tubuh fana, sehingga dianggap tidak bermoral. 

Walaupun ide ini berakar pada keyakinan spiritual, konsepnya terus berkembang dan menarik perhatian kelompok masyarakat yang memprioritaskan kehidupan tanpa anak.

Di Eropa, fenomena ini mulai terlihat pada awal 1500-an, terutama di pedesaan. Saat itu, sebagian orang memilih untuk tidak memiliki anak, lebih karena kondisi sosial dan ekonomi. 

Fenomena ini semakin umum terjadi pada era Revolusi Industri di abad ke-18 dan ke-19. Perempuan yang bekerja di sektor industri cenderung merasa lebih nyaman menjalani kehidupan tanpa anak, bahkan setelah menikah.

Baca juga: Mengapa Pilihan Childfree Semakin Populer di Indonesia? Temukan 4 Alasannya di sini!

Budaya Barat dan Pengaruhnya

Pilihan hidup childfree telah lama menjadi bagian dari budaya Barat, yang di masa lampau mungkin lebih diterima dibandingkan di negara-negara Timur. 

Revolusi Industri memainkan peran besar dalam mengubah pandangan tentang peran perempuan. 

Dengan meningkatnya partisipasi perempuan dalam dunia kerja, muncul dorongan untuk memilih kehidupan yang tidak dibatasi oleh tanggung jawab membesarkan anak. 

Pada abad ke-20, konsep ini mulai diterima secara luas di masyarakat Barat sebagai pilihan yang sah.

Tren ini mengalami fluktuasi sepanjang sejarah, sering kali bergantung pada tingkat kelahiran di suatu wilayah. Saat angka kelahiran meningkat, tren childfree biasanya menurun, begitu pula sebaliknya. 

Namun, perkembangan teknologi kontrasepsi di abad ke-20 dan 21 memberikan kemudahan bagi pasangan untuk merencanakan kehidupan mereka, sehingga tren childfree kembali meningkat.

Baca juga: Mengatasi Kelelahan Mental: 6 Cara Mengelola Beban Hidup yang Menguras Energi

Fenomena di Indonesia

Meskipun berakar dari budaya Barat, pilihan hidup childfree kini mulai diadopsi oleh masyarakat Indonesia. Semakin banyak pasangan, terutama di perkotaan, yang terbuka terhadap gagasan ini. 

Mereka merasa bahwa kehidupan tanpa anak dapat memberikan kebebasan lebih dalam hal waktu, finansial, dan pengembangan diri.

Namun, di Indonesia, keputusan untuk menjalani childfree sering kali menjadi topik yang sensitif. 

Norma sosial dan tekanan keluarga besar masih mendominasi pandangan masyarakat, membuat pasangan yang memilih childfree harus menghadapi stigma tertentu. 

Oleh karena itu, dengan meningkatnya pendidikan dan paparan terhadap budaya global, pemahaman tentang pilihan ini mulai berubah.

Pilihan hidup childfree mencerminkan perubahan besar dalam cara pandang masyarakat terhadap pernikahan dan keluarga. Berawal dari budaya Barat, fenomena ini kini merambah ke berbagai negara, termasuk Indonesia.

Meski masih menuai kontroversi di beberapa kalangan, keputusan ini mencerminkan keberanian individu atau pasangan untuk menentukan arah hidup mereka sesuai dengan nilai dan prioritas pribadi. 

Dengan semakin majunya zaman, apakah childfree akan menjadi norma baru? Hanya waktu yang bisa menjawab.