FYPMedia.ID— Saham Meta Platforms Inc. (NASDAQ: META) melonjak hingga 5% pada penutupan perdagangan Rabu (30/4/2025) waktu setempat, setelah perusahaan teknologi raksasa ini merilis laporan keuangan yang lebih tinggi dari ekspektasi analis di kuartal pertama 2025. Kinerja ini menjadi angin segar di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tekanan geopolitik yang masih membayangi.
Pendapatan dan Laba Bersih Melampaui Ekspektasi
Dalam laporan keuangannya, Meta mencatatkan pendapatan sebesar USD 42,31 miliar atau sekitar Rp701,2 triliun (kurs Rp16.568 per USD), melampaui target analis sebelumnya di angka USD 41,40 miliar (Rp686,1 triliun). Peningkatan pendapatan ini terutama didorong oleh kenaikan signifikan dari lini iklan digital dan layanan berbasis AI yang terus dikembangkan perusahaan.
Tak hanya dari sisi pendapatan, laba bersih Meta juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Perusahaan yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg ini mencatatkan laba per saham (EPS) sebesar USD 6,43, dengan laba bersih total mencapai USD 16,64 miliar (Rp275,7 triliun). Angka ini naik 35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana laba bersih tercatat USD 12,37 miliar (Rp205 triliun).
Target Kuartal II dan Optimisme CEO
Chief Financial Officer Meta, Susan Li, menyampaikan bahwa perusahaan membidik pendapatan kuartal kedua antara USD 42,5 miliar (Rp704,3 triliun) hingga USD 45,5 miliar (Rp754,1 triliun). Namun, ia juga mencatat adanya sedikit penurunan dalam belanja iklan dari beberapa eksportir e-commerce asal Asia, yang mungkin menjadi faktor risiko ke depan.
Meski demikian, CEO Mark Zuckerberg tetap optimis. Dalam sesi earnings call bersama para analis, ia menyatakan, “Bisnis kami berkinerja sangat baik, dan saya percaya kami berada dalam posisi yang kuat untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global.”
Baca Juga: Tarif 145 Persen! Dunia Bergetar oleh Gebrakan Trump, Saham Teknologi Ambruk, Investor Panik
Salah satu kejutan dalam laporan ini adalah revisi terhadap proyeksi pengeluaran Meta di tahun 2025. Perusahaan mengumumkan penurunan proyeksi total pengeluaran tahunannya menjadi USD 113-118 miliar (sekitar Rp1,9 kuadriliun), dari sebelumnya USD 114-119 miliar.
Namun, di sisi lain, Meta justru meningkatkan belanja modal (capital expenditure) menjadi USD 64-72 miliar, naik dari estimasi sebelumnya USD 60-65 miliar. Kenaikan ini difokuskan pada pembangunan pusat data tambahan dan pengembangan infrastruktur untuk mendukung ekspansi teknologi kecerdasan buatan (AI).
“Prospek ini mencerminkan investasi ekstra di pusat data untuk mendukung inisiatif AI serta peningkatan biaya perangkat keras,” tulis Meta dalam rilis resmi mereka.
Wall Street: Sinyal Positif di Tengah Ketidakpastian
Kenaikan saham Meta turut mendorong optimisme di Wall Street, yang minggu ini tengah dibanjiri laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan teknologi besar. Indeks S&P 500 naik tipis 0,06% menjadi 5.528,75, mencatat penguatan selama lima hari berturut-turut. Indeks Nasdaq sempat terkoreksi tipis 0,1% sementara Dow Jones naik 114 poin (0,28%) menjadi 40.227,59.
Empat dari perusahaan “Magnificent Seven” yakni Amazon, Apple, Meta, dan Microsoft sempat tertekan menjelang rilis laporan pendapatan. Namun Meta dan Apple berhasil menutup perdagangan dengan sedikit kenaikan.
Perang Dagang AS-China Masih Bayangi Pasar
Di tengah euforia kinerja keuangan perusahaan, investor global masih mencermati perkembangan geopolitik, khususnya tensi dagang antara Amerika Serikat dan China. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan bahwa beban solusi ada di tangan China, mengingat neraca perdagangan yang timpang antara kedua negara.
“China menjual lima kali lebih banyak ke kami dibandingkan yang kami ekspor ke mereka. Tarif 120-145% itu tidak berkelanjutan,” ujar Bessent di acara Squawk Box CNBC.
Meski begitu, ia menambahkan bahwa kesepakatan perdagangan dengan India tampaknya lebih dekat dan menjadi prioritas AS dalam waktu dekat.
Baca Juga: IHSG Anjlok Lagi Per 19 Maret! Apa yang Sebenarnya Terjadi di Pasar Saham Indonesia?
Lonjakan saham Meta ini menjadi sinyal positif bagi para investor ritel yang banyak berinvestasi di sektor teknologi. Kinerja yang solid serta strategi belanja modal yang terarah menunjukkan bahwa Meta serius dalam memperkuat posisinya di bidang AI dan infrastruktur digital—dua sektor yang diproyeksikan akan tumbuh pesat dalam beberapa tahun ke depan.
Namun, investor juga perlu waspada terhadap tekanan eksternal seperti pengurangan belanja iklan dari kawasan Asia, serta ketegangan perdagangan antara negara besar. Faktor-faktor ini bisa memicu volatilitas pasar, terutama jika data ekonomi atau kebijakan tarif berubah secara tiba-tiba.