Robert De Niro VS Donald Trump

Robert De Niro VS Donald Trump

FYP Media.ID – Pada Rabu, 14 April 2025 – Aktor kawakan Robert De Niro kembali menunjukkan sikap kritisnya terhadap Donald Trump, sosok yang telah lama menjadi target kritik tajamnya. Dalam pidato penghargaan seumur hidup yang ia terima di Festival Film Cannes 2025, De Niro menyebut mantan Presiden Amerika Serikat tersebut sebagai “musuh utama negara”. Ia menyuarakan keprihatinannya terhadap kondisi demokrasi di Amerika dan menyatakan bahwa Trump merupakan ancaman nyata bagi nilai-nilai demokrasi tersebut.

“Di negara saya, kami tengah berjuang keras mempertahankan demokrasi. Trump adalah presiden yang menjadi musuh utama bagi rakyat Amerika,” ujar De Niro dalam pidatonya seperti dikutip dari AFP (14 Mei 2025).

Baca juga: 7 Kekhawatiran Besar Bos Hollywood soal Tarif Film Donald Trump: Ancaman untuk Industri Kreatif Global?

Pidato tersebut tidak hanya menyoroti kekhawatiran De Niro terhadap Trump sebagai sosok politisi, tetapi juga sebagai pengambil kebijakan yang dinilai merugikan dunia seni. Ia menekankan bahwa seni memiliki kekuatan untuk menyatukan orang-orang dan mencerminkan keberagaman, dan karena itu tidak seharusnya dibatasi oleh kebijakan ekonomi seperti tarif dagang.

Dalam pidatonya, De Niro secara terang-terangan menolak kebijakan tarif 100 persen yang diumumkan Trump untuk film-film asing yang diproduksi di luar AS namun ditayangkan di dalam negeri. Ia menyebut langkah tersebut sebagai tindakan represif yang bertujuan membungkam kebebasan berekspresi dan kreativitas.

“Trump telah mengumumkan tarif 100 persen untuk film produksi luar negeri yang masuk ke Amerika. Keputusan seperti itu hanya memperlihatkan bahwa seni adalah ancaman bagi para penguasa otoriter dan fasis,” ujarnya.

Kebijakan tarif ini sontak memicu kegelisahan di industri hiburan Hollywood. Para eksekutif dari berbagai studio besar seperti Netflix, Disney, Amazon MGM, Warner Bros., dan Sony, dilaporkan telah melakukan pertemuan darurat secara daring bersama Charles Rivkin, pimpinan Motion Picture Association (MPA), guna membahas dampak kebijakan tersebut.

Trump sendiri melalui platform Truth Social menyatakan bahwa langkah itu diambil untuk “mengembalikan produksi film ke tanah Amerika”. Namun, bagi banyak pelaku industri, pernyataan tersebut dinilai sebagai bentuk proteksionisme yang dapat merusak keragaman dalam perfilman global.

De Niro, yang dikenal luas sebagai aktor ikonik dalam film Taxi Driver dan Raging Bull, bukanlah orang baru dalam mengkritik Donald Trump. Sejak masa kampanye pemilu 2016, ia menjadi salah satu suara selebritas paling vokal dalam menentang Trump.

Beberapa bulan sebelum pilpres 2016, De Niro menyebut kampanye Trump sebagai sesuatu yang “gila dan menggelikan”. Dalam sebuah kesempatan di Sarajevo, ia bahkan menyebut Trump sebagai sosok yang “tidak layak berada di posisinya sekarang”.

Dalam video kampanye pemilu tahun 2016, De Niro juga menyampaikan komentar pedas lainnya, menyebut Trump sebagai “bodoh”, “penipu”, hingga “anjing kampung”. Ia bahkan sempat mengatakan ingin “meninju wajahnya” karena frustasi dengan pernyataan-pernyataan Trump yang dinilainya tidak masuk akal.

Namun setelah Trump memenangkan pemilu dan menjadi Presiden, De Niro sempat mencoba memberi ruang untuk penilaian objektif. “Saya akan melihat apakah dia akan melakukan hal yang benar,” katanya kala itu. Meski begitu, sikap terbuka itu tak berlangsung lama. Ia kembali gencar menyuarakan kritiknya, terutama setelah kebijakan imigrasi ketat yang diberlakukan di era Trump. Dalam sebuah acara amal di New York tahun 2017, ia menilai kebijakan tersebut sebagai bentuk kekejaman terhadap para seniman dan pekerja migran.

Ia bahkan menyatakan bahwa kebijakan-kebijakan itu akan menghalangi figur-figur seperti Charlie Chaplin—seniman imigran legendaris—untuk memasuki Amerika. “Kebijakan ini adalah cerminan dari kebengisan terhadap mereka yang hanya ingin kehidupan yang layak,” ucapnya.

Pada pidato wisuda Universitas Brown di tahun yang sama, De Niro menyampaikan rasa kecewanya terhadap arah politik Amerika. Ia mengatakan bahwa negara yang dulu menjadi simbol inspirasi kini telah berubah menjadi “komedi yang tragis dan bodoh”.

Baca juga: Trump Ancam Kenakan Tarif 100% untuk Film yang Diproduksi di Luar AS: Ancaman Serius atau Gertakan Politik?

Puncaknya, di ajang Tony Awards 2018, De Niro kembali menggegerkan panggung dengan kalimat singkat namun keras: “Persetan dengan Trump.” Pernyataan itu disambut sorak dan tepuk tangan dari hadirin, menegaskan posisinya sebagai salah satu kritikus paling lantang dari kalangan selebritas terhadap pemerintahan Trump.

Kini, lewat panggung internasional Cannes, De Niro sekali lagi menunjukkan bahwa keberpihakannya terhadap seni, demokrasi, dan keberagaman tidak akan goyah oleh tekanan politik. Ia tidak hanya berbicara sebagai aktor, tetapi sebagai warga negara yang merasa terpanggil untuk melindungi nilai-nilai kebebasan yang mendasari industri dan budaya Amerika.