FYPMedia.ID – Prajurit TNI, prajurit tangguh, prajurit terdepan! Mereka menjaga perbatasan, mereka menjaga perdamaian, mereka menjaga kedaulatan. Tapi, siapa yang menjaga kesejahteraan mereka? Inilah pertanyaan besar yang kini mulai dijawab oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto. Dalam langkah mengejutkan namun penuh makna, Prabowo mengusulkan kenaikan tunjangan operasi prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga 75 persen, bahkan bila memungkinkan, mencapai 100 persen.
Ya, 100 persen! Sebuah usulan berani yang bukan sekadar angka, tetapi simbol penghargaan dan keberpihakan nyata terhadap para prajurit yang setiap hari mempertaruhkan nyawa demi Indonesia.
Fokus pada Kesejahteraan: Prabowo Bicara dari Hati
Dalam rapat bersama Komisi I DPR RI pada Senin (29/4), Prabowo menyuarakan hal yang sudah lama menjadi keresahan banyak pihak: kesejahteraan prajurit TNI belum sebanding dengan beban tugas mereka. Dari medan konflik di Papua, hingga operasi perdamaian di luar negeri, prajurit Indonesia selalu hadir — tanpa pamrih, tanpa keluhan.
“Kami usulkan tunjangan operasi dinaikkan 75 persen. Kalau bisa 100 persen. Karena mereka ini garda terdepan yang menghadapi berbagai risiko, termasuk mempertaruhkan nyawa,” tegas Prabowo.
Kata-kata ini tidak hanya menyentuh hati, tapi juga menggerakkan opini publik. Media sosial ramai dengan dukungan, warganet bersatu menyuarakan satu kata: setuju!
Mengapa Tunjangan Naik Itu Penting?
Tunjangan operasi bukan hanya soal nominal. Ini soal pengakuan. Ini soal penghargaan. Ini soal keberpihakan negara kepada prajuritnya.
Saat ini, tunjangan operasi yang diterima prajurit dinilai masih belum mencerminkan risiko tinggi yang mereka hadapi. Dari gangguan separatis, ancaman teroris, hingga kondisi geografis ekstrem di wilayah terpencil — mereka menjalankan tugas dengan tekad bulat.
“Negara harus hadir untuk mereka yang siap berkorban demi bangsa,” ucap Prabowo.
Dan benar adanya, TNI adalah benteng terakhir dalam menjaga kedaulatan. Maka, jika kita ingin TNI kuat, profesional, dan disegani, maka kesejahteraan prajurit harus jadi prioritas utama.
BACA JUGA : Menhan Minta Tunjangan Operasi untuk Prajurit TNI Naik 75 Persen
Dukungan Komisi I DPR: Satu Suara untuk Prajurit
Usulan ini mendapat sambutan hangat dari anggota Komisi I DPR. Mereka tidak hanya mendukung secara politis, tetapi juga menyatakan siap mengawal pengajuan anggaran tambahan. Salah satu dukungan paling vokal datang dari anggota Fraksi Gerindra, Yan Permenas Mandenas.
“Kita memang sudah lama mendorong agar ada peningkatan tunjangan dan insentif bagi anggota TNI yang bertugas di daerah rawan dan wilayah terpencil. Usulan ini harus segera ditindaklanjuti,” kata Yan.
Dengan dukungan legislatif yang solid, peluang realisasi usulan ini menjadi sangat besar. Tapi pertanyaannya: apakah anggaran negara mampu menampung lonjakan ini?
Tantangan Anggaran: Perlu Komitmen, Bukan Keraguan
Tentu, tantangan utama dari usulan ini adalah soal anggaran. Pemerintah tidak bisa asal setuju tanpa perhitungan matang. Namun, banyak pihak menilai bahwa ini saatnya negara “tidak pelit” pada prajurit.
Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie menegaskan bahwa kompensasi layak adalah kunci membangun TNI yang kuat.
“Kalau mau TNI profesional dan kuat, jangan pelit soal anggaran. Prajurit kita di medan tugas menghadapi risiko nyata,” ujar Connie.
Ia menambahkan, penting juga adanya pengawasan ketat agar anggaran tambahan benar-benar sampai ke tangan prajurit yang berhak, bukan tergerus birokrasi atau penyimpangan.
Suara Publik: Dukung Tanpa Tapi
Respons publik sangat positif. Di platform-platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok, dukungan terhadap prajurit membanjiri kolom komentar. Hashtag seperti #DukungPrajuritTNI, #TunjanganLayak, dan #PrabowoUntukPrajurit menjadi trending.
Masyarakat menilai, tunjangan yang layak adalah cara negara mengucapkan “terima kasih” atas pengorbanan yang tak ternilai.
“Prajurit itu jauh dari rumah, tidur di pos terpencil, makan seadanya, bahkan tak jarang jadi sasaran tembak. Masa tunjangan mereka masih minim?” tulis salah satu warganet.
Transformasi Menhan: Dari Alutsista ke SDM
Sejak menjabat, Prabowo dikenal sebagai Menhan yang gencar mendorong modernisasi alutsista. Jet tempur, kapal selam, hingga kendaraan taktis canggih masuk dalam daftar belanja pertahanan.
Namun kini, fokus Prabowo meluas — tidak hanya membangun senjata, tapi juga membangun manusianya.
“Kita tidak hanya beli alat, tapi juga bangun manusianya. Kesejahteraan prajurit adalah investasi jangka panjang,” tegas Prabowo.
Ini adalah narasi baru dalam pertahanan Indonesia: bahwa kekuatan TNI bukan hanya soal senjata, tapi juga soal prajurit yang sejahtera, loyal, dan termotivasi.
Menuju TNI yang Lebih Tangguh
Kesejahteraan prajurit adalah pondasi utama dalam membangun kekuatan pertahanan yang kokoh. Ketika prajurit dihargai, ketika mereka merasa diperhatikan, maka loyalitas dan kinerja akan meningkat drastis.
“Kalau prajurit dihargai, dia akan all out. Tidak ada yang lebih loyal daripada seorang prajurit yang merasa dihormati,” ujar Prabowo dalam penutupan rapat.
Dan memang, sejarah mencatat, bangsa besar adalah bangsa yang memuliakan para pembelanya. Usulan kenaikan tunjangan ini, jika benar-benar terwujud, bisa menjadi tonggak penting dalam reformasi militer Indonesia.
Penutup: Apresiasi Bukan Sekadar Kata
Prajurit TNI, prajurit tangguh, prajurit terdepan! Sudah saatnya mereka tidak hanya dipuji, tetapi juga diberi bukti. Usulan Prabowo untuk menaikkan tunjangan operasi hingga 100 persen bukan hanya wacana, melainkan harapan nyata bagi ratusan ribu prajurit di seluruh penjuru negeri.
Jika kita ingin TNI kuat, maka kita harus mulai dari hal paling mendasar: menjadikan prajurit merasa dihargai, dihormati, dan diprioritaskan. Karena di balik setiap helikopter tempur dan tank baja, ada manusia — ada prajurit — yang siap mati demi merah putih.
Mari kita dukung bersama! Tunjangan prajurit bukan beban, tapi bentuk cinta negara. Dan cinta sejati, seperti pengorbanan mereka, tidak pernah setengah-setengah.