Mengenal ADHD pada Anak: Ciri-ciri, Penyebab, dan Cara Penanganannya

ADHD

FYPMedia.IDAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang sering ditemukan pada anak-anak. Gangguan tersebut ditandai dengan kesulitan dalam mempertahankan perhatian, hiperaktivitas, dan perilaku impulsif.

Meskipun gejalanya dapat berbeda pada setiap anak, ADHD sering mempengaruhi kemampuan anak untuk berfungsi secara normal di rumah, sekolah, dan dalam interaksi sosial.

Penting bagi orang tua dan pengasuh untuk mengenali tanda-tanda ADHD agar dapat segera memberikan penanganan yang tepat.

Baca Juga: Aktris Senior dan Pemeran Squid Game 2 Lee Joo Sil Meninggal Dunia di Usia 80 Tahun

Ciri-ciri Anak dengan ADHD

Gejala ADHD pada anak bisa terlihat sejak usia dini, biasanya sebelum usia 12 tahun. Terdapat dua kelompok gejala utama yang perlu diperhatikan: kesulitan dalam perhatian dan perilaku hiperaktif-impulsif. Berikut adalah ciri-ciri yang umum pada anak dengan ADHD:

  1. Kesulitan Mempertahankan Perhatian
    Anak dengan ADHD seringkali sulit untuk fokus pada satu hal dalam waktu yang lama, terutama pada tugas yang membosankan atau tidak menarik bagi mereka. Mereka mungkin sering lupa mengerjakan tugas, kehilangan barang-barang penting atau tidak memperhatikan detail.

  2. Hiperaktivitas
    Anak yang memiliki ADHD cenderung selalu aktif dan tidak bisa diam. Mereka mungkin sering bergerak, berlarian atau tidak bisa duduk tenang, baik di sekolah, rumah atau tempat umum lainnya. Aktivitas fisik mereka sering kali tidak sesuai dengan situasi yang ada.

  3. Perilaku Impulsif
    Anak dengan ADHD cenderung bertindak tanpa berpikir panjang. Mereka mungkin akan berbicara tanpa menunggu giliran, menyela pembicaraan orang lain atau melakukan hal-hal yang berbahaya tanpa memikirkan konsekuensinya. Perilaku impulsif ini bisa menyebabkan masalah dalam interaksi sosial mereka.

  4. Kesulitan Mengatur Waktu dan Prioritas
    Anak dengan ADHD mungkin kesulitan dalam mengorganisir tugas, seperti menyelesaikan pekerjaan rumah atau menjaga rutinitas harian. Mereka bisa mudah teralihkan perhatian dan merasa kesulitan untuk mengikuti jadwal.

  5. Gangguan Emosional
    Anak dengan ADHD seringkali mudah marah, frustrasi atau merasa kecewa. Mereka mungkin memiliki perubahan mood yang cepat dan kesulitan mengendalikan emosi mereka. Hal tersebut bisa menyebabkan mereka lebih mudah merasa cemas atau tertekan.

Penyebab ADHD pada Anak

Penyebab pasti ADHD belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa faktor berikut ini diyakini berperan dalam meningkatkan risiko anak mengalaminya:

  1. Faktor Genetik
    Penelitian menunjukkan bahwa ADHD seringkali bersifat turun-temurun. Jika orang tua atau saudara kandung memiliki ADHD, anak lebih berisiko mengalaminya.

  2. Gangguan pada Otak
    Ada bukti bahwa ADHD berhubungan dengan perbedaan struktur dan fungsi otak. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak dengan ADHD memiliki aktivitas otak yang berbeda dibandingkan anak tanpa ADHD, terutama pada area yang mengontrol perhatian dan pengendalian impuls.

  3. Faktor Lingkungan
    Faktor lingkungan seperti paparan terhadap zat beracun, terutama selama kehamilan, bisa meningkatkan risiko ADHD. Misalnya, merokok atau konsumsi alkohol oleh ibu hamil, serta paparan timbal, dapat berkontribusi pada perkembangan ADHD pada anak.

  4. Kelahiran Prematur atau Berat Badan Lahir Rendah
    Anak-anak yang lahir prematur atau dengan berat badan rendah cenderung lebih berisiko untuk mengembangkan ADHD karena adanya gangguan perkembangan otak yang terjadi sebelum atau saat kelahiran.

Cara Mengatasi dan Menangani ADHD pada Anak

Penanganan ADHD pada anak perlu dilakukan dengan pendekatan yang terintegrasi, melibatkan dukungan dari orang tua, sekolah, dan profesional kesehatan. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi ADHD adalah:

  1. Terapi Perilaku
    Terapi perilaku adalah pendekatan utama yang digunakan untuk membantu anak mengelola gejala ADHD. Melalui terapi ini, anak diajarkan cara untuk memperbaiki perilaku impulsif, meningkatkan keterampilan sosial, dan belajar cara mengatur waktu dan tugas mereka.

  2. Pengobatan
    Obat-obatan stimulant seperti methylphenidate (Ritalin) dan amfetamin sering diresepkan untuk membantu anak dengan ADHD fokus dan mengurangi hiperaktivitas. Obat tersebut bekerja dengan merangsang bahan kimia di otak yang terkait dengan perhatian dan pengendalian perilaku.

  3. Konseling dan Dukungan Keluarga
    Konseling untuk anak dan keluarga bisa sangat bermanfaat dalam mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh ADHD. Orang tua bisa belajar strategi yang efektif untuk mendukung anak mereka, seperti memberikan struktur dan rutinitas yang jelas, serta teknik disiplin positif.

  4. Perubahan Lingkungan
    Di sekolah, anak dengan ADHD bisa mendapat dukungan khusus seperti pengaturan tempat duduk yang lebih tenang, waktu ujian yang lebih panjang, dan bimbingan akademik. Di rumah, menciptakan lingkungan yang mendukung, seperti ruang belajar yang bebas gangguan dan waktu istirahat yang cukup, bisa membantu anak lebih fokus.

  5. Pendidikan Khusus
    Beberapa anak dengan ADHD membutuhkan pendekatan pendidikan khusus agar mereka dapat berkembang dengan optimal. Program pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak dapat membantu mereka lebih mudah memahami materi dan mengembangkan keterampilan sosial.

Baca Juga: Peringatan Darurat Kembali Viral, Simbol Garuda Hitam dan Gerakan PENTOL, Ini Tuntutannya

Mengenali gejala ADHD pada anak sejak dini sangat penting agar penanganan yang tepat bisa segera dilakukan. Meskipun ADHD adalah kondisi yang seumur hidup, dengan penanganan yang tepat, anak dengan ADHD dapat berkembang dengan baik dan mencapai potensi terbaik mereka.

Orang tua, guru, dan profesional kesehatan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, baik di rumah maupun di sekolah sehingga anak bisa belajar mengelola gejala dan menjalani kehidupan yang penuh dengan prestasi dan kebahagiaan.