Mantan Dokter Bedah Prancis Diadili atas Dugaan Pelecehan Seksual terhadap Hampir 300 Pasien

Mantan Dokter Bedah Prancis Diadili atas Dugaan Pelecehan Seksual terhadap Hampir 300 Pasien

FYPMedia.ID –  Seorang mantan dokter bedah asal Prancis, Joel Le Scouarnec (74), kini menghadapi persidangan atas tuduhan pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap hampir 300 pasien. Mayoritas korban adalah anak-anak yang diduga mengalami pelecehan saat berada dalam keadaan tidak sadar akibat anestesi atau sedasi selama prosedur medis. Kasus yang mencengangkan ini telah mengguncang Prancis dan menimbulkan perdebatan luas mengenai keamanan pasien di fasilitas kesehatan.

Pelecehan Berlangsung Selama Puluhan Tahun

Le Scouarnec diduga melakukan kejahatan ini dalam kurun waktu yang sangat lama, dari tahun 1989 hingga 2014, di berbagai rumah sakit tempat ia bekerja. Berdasarkan dakwaan yang diajukan oleh jaksa, sebanyak 299 korban telah melaporkan tindakan pelecehan yang mereka alami, dengan rincian 158 korban laki-laki dan 141 korban perempuan. Dari jumlah tersebut, 256 korban masih berusia di bawah 15 tahun saat kejadian berlangsung, dengan korban termuda berusia hanya satu tahun.

Persidangan ini diselenggarakan di Kota Vannes, Prancis, dan diperkirakan akan berlangsung hingga Juni 2025. Sidang berlangsung secara terbuka, namun kesaksian korban yang masih di bawah umur akan didengar secara tertutup untuk melindungi identitas dan kenyamanan mereka.

Baca juga: Rusia Terus Memperkuat Kesiapan Tempur di Laut Jepang: Latihan Militer Rusia Berisiko atau Taktik Baru?

Pengakuan Mengejutkan Sang Dokter

Dalam pengadilan, Le Scouarnec mengakui perbuatannya dan menyebut tindakannya sebagai “keji” serta menyatakan penyesalannya. “Saya telah melakukan tindakan yang keji. Saya sadar hari ini bahwa luka-luka ini tidak bisa dihapus dan juga tidak bisa diperbaiki,” ucapnya di hadapan hakim dan para korban.

Jaksa menyebut bahwa dalam banyak kasus, korban tidak menyadari tindakan yang dilakukan oleh Le Scouarnec karena mereka sedang dalam kondisi dibius. Bahkan, dalam beberapa kasus, terdakwa menggunakan alasan medis untuk menyamarkan perbuatannya. Beberapa korban baru menyadari bahwa mereka telah menjadi korban pelecehan seksual setelah bertahun-tahun kemudian.

Bukti yang Ditemukan oleh Penyidik

Selama penyelidikan, pihak berwenang menemukan bukti mengejutkan berupa buku harian milik Le Scouarnec yang mencatat secara rinci aksi pelecehan yang telah ia lakukan selama puluhan tahun. Selain itu, ditemukan pula sekitar 300.000 foto pornografi anak serta beberapa boneka yang dicurigai memiliki keterkaitan dengan tindakannya.

Seorang korban yang mengaku dilecehkan pada tahun 1995 saat masih anak-anak menggambarkan pengalamannya, “Saya ingat sebagian dari apa yang terjadi di ruang pemulihan dan bagaimana saya panik serta memanggil ayah saya.” Kesaksian ini semakin memperkuat tuduhan terhadap sang dokter.

Persidangan yang Mengguncang Prancis

Kasus ini semakin memperburuk citra dunia medis di Prancis, yang baru-baru ini juga diguncang oleh kasus-kasus pelecehan seksual lainnya. Beberapa pengamat hukum menyatakan bahwa persidangan ini menjadi salah satu kasus pelecehan seksual terbesar dalam sejarah Prancis.

Menariknya, Le Scouarnec sebenarnya telah dipenjara sejak tahun 2020 setelah pengadilan memutuskan ia bersalah atas pelecehan terhadap empat anak, termasuk dua keponakannya. Namun, kasus yang saat ini sedang diadili memiliki skala yang jauh lebih besar dengan jumlah korban yang mencapai ratusan.

Seorang korban lain menyatakan bahwa ia mengalami trauma mendalam setelah mengetahui dokter yang dulu merawatnya ternyata telah melakukan tindakan yang tidak pantas. “Saya selalu percaya bahwa dokter ada untuk menyelamatkan kita, bukan untuk menyakiti kita. Tetapi kenyataan yang saya hadapi sangat berbeda,” ucapnya.

Baca juga: Abidzar Al Ghifari Kena Cancel Culture di Film Business Proposal 2025? Cancel atau Comeback?

Ancaman Hukuman untuk Le Scouarnec

Jika terbukti bersalah, Le Scouarnec menghadapi hukuman maksimal 20 tahun penjara. Di bawah hukum Prancis, hukuman tidak bisa digabungkan meskipun jumlah korban sangat banyak. Hal ini menimbulkan perdebatan, mengingat dampak psikologis dan emosional yang dirasakan para korban akan bertahan seumur hidup.

Sejumlah kelompok advokasi hak-hak korban mendesak agar sistem hukum Prancis memberikan hukuman yang lebih berat untuk kasus kejahatan seksual terhadap anak-anak. “Kita berbicara tentang ratusan korban, dan mereka semua akan membawa luka ini seumur hidup mereka. Bagaimana mungkin seorang pelaku hanya mendapatkan hukuman 20 tahun untuk tindakan yang telah menghancurkan begitu banyak nyawa?” kata seorang aktivis hak-hak anak.

Kasus Joel Le Scouarnec menjadi pengingat yang memilukan bahwa bahkan di tempat yang seharusnya aman seperti rumah sakit, pelecehan seksual masih bisa terjadi. Persidangan ini tidak hanya mengungkap kejahatan yang telah berlangsung selama puluhan tahun, tetapi juga menyoroti perlunya peningkatan pengawasan terhadap tenaga medis agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Sementara Prancis masih menunggu hasil persidangan, harapan terbesar terletak pada keadilan bagi para korban dan perubahan sistem yang lebih baik untuk melindungi pasien dari kejahatan seksual yang dilakukan oleh oknum tenaga medis.