Indonesia Berpotensi Mengalami Kerugian Akibat ‘Kanal Kra’

KERUGIAN
Sumber Gambar: Kumparan

FYPMEDIA.ID – Saat ini, Indonesia sedang dihadapkan dengan ancaman yang dapat memengaruhi posisi strategisnya dalam perdagangan maritim internasional. 

Selat Malaka, jalur utama yang menghubungkan Samudera Hindia dan Laut China, menjadi sumber penting bagi ekonomi negara, dengan ribuan kapal melintasinya setiap tahun.

Namun, pembangunan proyek di Thailand yang telah terlaksana pada 2015 dan diperkirakan akan beroperasi pada 2025, berpotensi mengubah peta perdagangan maritim di kawasan ini, dengan menawarkan jalur alternatif  yang lebih cepat dan efisien. Proyek ini disebut dengan Kanal Kra.

Kanal Kra adalah proyek pembangunan saluran pelayaran yang direncanakan untuk menghubungkan Laut Andaman di Samudra Hindia dengan Teluk Thailand, yang akan mengurangi ketergantungan pada Selat Malaka. 

Baca juga: Stabilitas atau Risiko? Mengupas Aliran Modal Asing dan Imbasnya pada Ekonomi Indonesia

Kanal ini bertujuan untuk mempersingkat rute perjalanan kapal yang selama ini harus memutar jauh melalui Selat Malaka, dengan menyediakan jalur langsung yang menghubungkan kedua samudra tersebut. Hal ini berpotensi menghemat biaya logistik dan meningkatkan efisiensi perdagangan global.

Negara-negara yang mengandalkan jalur pelayaran Selat Malaka, seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura, akan merasakan dampak signifikan, karena kapal-kapal yang sebelumnya melewati Selat Malaka bisa beralih ke Kanal baru ini.

Indonesia, sebagai negara dengan posisi strategis di Selat Malaka, berisiko mengalami penurunan pendapatan dari sekor maritim. Selat Malaka selama ini menjadi salah satu sumber pendapatan utama melalui pajak, biaya pelabuhan, dan aktivitas logistik. Jika kapal-kapal mulai beralih ke Kanal Kra, Indonesia, dan negara-negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura bisa kehilangan sebagian besar pendapatan dari lalu lintas perdagangan internasional.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi 2024: Mengapa Kuartal IV Jadi Penentu Utama?

Menurut Institute of Developing Economies Jetro (IDE-GSM), Indonesia dapat mengalami kerugian sebesar 0,33% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi negara dalam mempertahankan peran strategisnya pada perdagangan maritim, terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan.

Pertama, memaksimalkan potensi pelabuhan lokal, seperti Pelabuhan Sabang dan Pelabuhan Kuala Tanjung dengan meningkatkan teknologi dan infrastruktur agar dapat menjadi pelabuhan internasional yang efisien dan modern. Selain itu, optimalisasi fungsi Tol Laut sangat penting untuk meningkatkan kinerja pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. 

Langkah-langkah tersebut dapat mempercepat proses operasi di pelabuhan, meningkatkan produktivitas alat-alat berat, seperti crane. Serta, mengurangi waktu tunggu kapal untuk meningkatkan efisiensi logistik.