Bukan hanya Tempe, Ini 7 Makanan Fermentasi Khas Indonesia

Bukan hanya Tempe, Ini 7 Makanan Fermentasi Khas Indonesia
sumber foto: canva.com

FYPMedia.IDIndonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan kuliner yang tak tertandingi. Dari Sabang hingga Merauke, berbagai daerah memiliki keunikan cita rasa yang dipengaruhi oleh budaya lokal, bahan baku khas, dan teknik pengolahan yang diwariskan turun-temurun. 

Salah satu metode pengolahan makanan yang kerap digunakan adalah fermentasi, sebuah proses biokimia alami yang membantu mengawetkan bahan makanan juga memperkaya rasa, tekstur, serta kandungan gizinya.

Lalu apa saja makanan Indonesia selain tempe yang dihasilkan dari fermentasi?

Baca juga: 5 Bahan Makanan Alami dengan Sifat Antibiotik

Singkong yang telah dikukus diberi taburan ragi, kemudian dibungkus menggunakan daun pisang atau disimpan dalam wadah tertutup rapat. Proses fermentasi biasanya berlangsung selama 2 hingga 3 hari, menghasilkan tape singkong dengan cita rasa manis sedikit asam, aroma alkohol yang lembut, serta tekstur yang empuk.

Dalam proses fermentasinya, tape singkong melibatkan mikroorganisme seperti khamir Saccharomyces cerevisiae, yang berperan penting dalam pembentukan rasa dan tekstur. 

Tape singkong sendiri merupakan makanan tradisional khas Jawa Barat yang tidak hanya lezat disantap langsung, tetapi juga sering diolah menjadi beragam kreasi kuliner, seperti bolu, brownies, kolak, puding, hingga campuran es buah.

  • Tempoyak

Tempoyak adalah makanan khas yang berasal dari daging buah durian yang difermentasi. Proses pembuatannya melibatkan pencampuran daging durian dengan garam, kemudian menyimpannya dalam wadah tertutup selama beberapa hari hingga fermentasi selesai.

Hasil fermentasi ini menghasilkan tempoyak dengan rasa asam yang khas dan aroma yang unik. Sebagai bagian dari warisan kuliner Melayu, tempoyak memiliki akar budaya yang kuat di kawasan Sumatra dan Kalimantan, terutama di daerah yang kaya akan hasil panen durian.

  • Brem

hBrem terbuat dari bahan utama beras ketan putih atau hitam yang difermentasi menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae. Proses pembuatannya diawali dengan merendam beras ketan, lalu dicuci, dikukus, dan difermentasi hingga menjadi tape ketan.

Tape ketan ini kemudian dipres atau disaring untuk mendapatkan air sarinya. Air sari tersebut direbus hingga mengental dan berubah warna menjadi cokelat, lalu diolah lebih lanjut dengan cara diblender hingga menghasilkan adonan berwarna putih dan bertekstur pasta. Setelah itu, adonan dicetak ke dalam cetakan khusus dan dijemur di bawah sinar matahari. 

Sebagai jajanan khas Madiun, Jawa Timur, brem memiliki rasa manis bercampur sedikit asam serta tekstur yang unik karena cepat leleh di mulut, membuatnya menjadi salah satu camilan favorit dari daerah tersebut.

  • Oncom

Oncom adalah makanan fermentasi khas Jawa Barat yang dibuat dengan memadukan kapang dengan bahan seperti ampas tahu, bungkil kacang tanah, ampas kedelai, atau ampas kelapa. Fermentasi oncom melibatkan kapang Neurospora sitophila, yang tidak hanya berperan dalam proses fermentasi tetapi juga memberikan warna oranye khas pada oncom.

Makanan ini kaya akan protein dan probiotik, sehingga bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Sebagai hasil dari bioteknologi konvensional, oncom dibuat melalui fermentasi menggunakan mikroorganisme.

Baca juga: Catat! 5 Makanan ini Sebaiknya Jangan Simpan di Kulkas

  • Tape Ketan

Proses fermentasi tape ketan terjadi saat mikroorganisme ragi atau khamir mengubah pati yang terkandung dalam beras ketan menjadi gula sederhana. Selama proses ini, mikroba mengeluarkan enzim yang membantu mengonversi glukosa menjadi etanol.

Tape ketan memiliki rasa khas yang manis, asam, dan sedikit mengandung aroma alkohol. Hidangan ini sering menjadi sajian istimewa dalam berbagai acara, seperti Lebaran, upacara adat, hajatan, atau kegiatan keagamaan lainnya. 

Selain itu, tape ketan kaya akan nutrisi dan antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan. Namun, karena kandungan alkoholnya, konsumsi tape ketan secara berlebihan perlu dihindari agar tidak memberikan dampak buruk pada tubuh.

  • Dadih (Yoghurt khas Minang)

Dadih adalah makanan tradisional khas yang dibuat dari susu kerbau segar yang difermentasi secara alami. Proses pembuatannya dimulai dengan menyaring susu kerbau, kemudian menuangkannya ke dalam tabung bambu yang ditutup menggunakan daun pisang atau talas. 

Tabung ini dibiarkan pada suhu ruang selama 1 hingga 3 hari, sehingga fermentasi berlangsung dan menghasilkan krim padat dengan tekstur lembut serta rasa asam. Semakin lama, tekstur dadih akan semakin padat dan mengeras.

Sebagai sumber gizi, dadih kaya akan protein, kalsium, vitamin, dan mineral. Proses alami ini juga menjadikannya probiotik yang baik untuk kesehatan pencernaan dan usus. 

Selain itu, kandungan laktosanya yang berkurang membuat dadih lebih aman bagi mereka yang memiliki alergi atau intoleransi laktosa. Dadih sering disajikan bersama emping beras atau dalam hidangan khas ampiang dadiah, di mana rasa asam dadih berpadu dengan kerenyahan emping beras dan siraman manis gula aren.

  • Terasi

Terasi adalah bumbu khas Indonesia yang dibuat dari fermentasi ikan atau udang rebon segar. Proses pembuatannya melibatkan, penggilingan, dan penjemuran, menghasilkan produk dengan aroma dan rasa yang khas. 

Pembuatan terasi biasanya memakan waktu 20–30 hari dan dilakukan secara bertahap untuk memastikan kualitasnya. Proses terasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti suhu, pH awal, jenis inokulum, substrat, kandungan nutrisi medium, serta konsentrasi garam. 

Terasi umumnya memiliki warna hitam-coklat dan sering digunakan sebagai bumbu utama dalam berbagai hidangan, seperti tumisan, sup, hingga sambal, yang memperkaya cita rasa masakan Nusantara.

Itulah 7 makanan Indonesia yang dihasilkan melalui proses fermentasi, mulai dari makanan ringan hingga bumbu-bumbu yang memiliki rasa dan tekstur yang berbeda.