FYPMedia.ID – Drama Korea populer When the Phone Rings menuai kontroversi besar setelah menayangkan sebuah adegan yang dianggap menyentuh isu sensitif mengenai konflik Israel-Palestina.
Episode terakhir dari drama ini yang tayang pada Sabtu (4/1/2025), memicu gelombang kritik di kalangan penonton dan masyarakat internasional bahkan hingga seruan boikot terhadap drama tersebut di media sosial.
Adegan kontroversial itu terjadi dalam episode ke-12, ketika karakter Na Yu Ri (Jang Gyu Ri) melaporkan soal insiden yang melibatkan dua negara fiksi, ‘Paltima’ dan ‘Izmael’.
“Serangan udara Paltima berlangsung di Izmael, di mana warga negara Korea diculik oleh militan bersenjata,” sebut karakter Na Yu Ri dalam potongan adegan tersebut.
Penonton dengan cepat mengidentifikasi dua negara fiksi tersebut sebagai adaptasi dari konflik di dunia nyata yang melibatkan Palestina dan Israel. Pernyataan itu dianggap sensitif dan kontroversial mengingat situasi geopolitik yang sangat kompleks dan emosional yang melibatkan konflik tersebut.
Penggambaran konflik ini lantas memicu kemarahan penonton di media sosial. Banyak yang kemudian mengkritik pihak produksi When The Phone Rings karena dinilai telah salah menggambarkan situasi genosida yang terjadi di Palestina dan menyebut drama itu menyebarkan propaganda Zionis.
Reaksi keras datang dari berbagai kalangan, termasuk netizen Korea Selatan sendiri. Banyak dari mereka yang menyuarakan ketidaksetujuan mereka melalui media sosial.
Tak hanya itu, para penggemar juga mendesak platform streaming yang menayangkan drama ini untuk menghentikan penayangan episode yang kontroversial.
Baca Juga: 7 Cara Mudah Menerapkan Konsep Slow Living dalam Kehidupan Sehari-hari
Menanggapi seruan boikot yang marak di dunia maya, pihak produksi drama When the Phone Rings yaitu MBC belum memberikan klarifikasi mengenai kritikan pedas dari penonton. Diketahui, saat ini MBC tengah menggelar MBC Drama Awards.
Hal ini membuat para penonton membuat seruan untuk memboikot drama When The Phone Rings, termasuk memboikot stasiun televisi penayangannya, MBC, kreator seperti sutradara dan penulis, serta aktor dan aktrisnya. Gerakan untuk memberikan rating jelek di situs-situs film dan drama juga diserukan oleh sebagian penonton.
Baca Juga: 10 Aplikasi Penyebab Boros Baterai HP yang Perlu Diwaspadai
Para pengamat media menilai bahwa tema konflik Israel-Palestina sangat rawan untuk dibahas dalam konteks hiburan, mengingat polaritas yang sangat kuat terkait isu tersebut di dunia internasional. Dalam hal ini, penyutradaraan dan pengembangan cerita dalam sebuah drama harus mempertimbangkan konteks budaya dan politik yang ada, serta potensi dampak sosial yang ditimbulkan.
Seruan boikot terhadap drama ini menjadi bukti betapa sensitifnya isu internasional, khususnya yang melibatkan konflik yang sudah berlangsung lama seperti Israel-Palestina. Hal ini juga menunjukkan bagaimana pengaruh media terhadap persepsi publik semakin kuat dan bagaimana sebuah karya seni bisa memicu perdebatan luas tentang politik, etika, dan keadilan.
Dengan pro dan kontra yang terus berkembang, kita bisa berharap agar produsen media lebih berhati-hati dalam meramu cerita yang melibatkan isu internasional yang sangat rawan agar bisa menciptakan karya yang menyatukan, bukan malah memecah belah.