Ilmuwan Temukan Mikroplastik di Otak Manusia, Picu Risiko Kesehatan Serius?

Ilmuwan Temukan Mikroplastik di Otak Manusia, Picu Risiko Kesehatan Serius?
sumber foto: canva.com

FYPMedia.IDSebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine mengungkap bahwa kandungan mikroplastik dalam tubuh manusia mengalami peningkatan yang signifikan dalam delapan tahun terakhir. 

Para ilmuwan menemukan bahwa tingkat mikroplastik dalam jaringan otak, hati, dan ginjal meningkat secara drastis, dengan konsentrasi tertinggi berada di otak.

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis sampel jaringan dari 52 jenazah yang menjalani otopsi forensik di Negara Bagian New Mexico, Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut, 28 orang meninggal pada tahun 2016, sementara 24 lainnya meninggal pada tahun 2024. 

Hasilnya menunjukkan bahwa kandungan mikroplastik di otak jenazah yang meninggal pada 2024 rata-rata 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang meninggal pada 2016.

Menurut Prof. Matthew Campen dari University of New Mexico, jumlah mikroplastik dalam jaringan otak individu normal yang rata-rata berusia 45 hingga 50 tahun mencapai 4.800 mikrogram per gram jaringan atau setara dengan satu sendok plastik makan. 

Baca juga: Studi Ungkap Kantong Teh Celup Dapat Melepaskan Miliaran Mikroplastik

“Konsentrasi yang kami lihat di jaringan otak sangat mengejutkan, ini menandakan bahwa mikroplastik semakin banyak masuk ke dalam tubuh manusia,” kata Campen, dikutip dari The Guardian, Selasa (4/2).

Penderita Demensia Berisiko Lebih Tinggi Terpapar Mikroplastik

Selain meningkatnya kadar mikroplastik di otak secara umum, penelitian ini juga menemukan bahwa penderita demensia memiliki kandungan zat plastik tersebut sekitar enam kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang tanpa gangguan kognitif. Pecahan plastik ditemukan di dinding arteri, vena, hingga sel-sel otak penderita demensia.

Namun, para ilmuwan menegaskan bahwa hubungan antara mikroplastik dan demensia belum bisa dipastikan sebagai hubungan sebab-akibat. Campen menjelaskan bahwa pasien demensia umumnya mengalami gangguan sawar darah otak atau lapisan pelindung yang memisahkan otak dari zat berbahaya yang dapat membuat mereka lebih rentan terhadap paparan zat plastik tersebut.

“Ini sedikit mengkhawatirkan, tetapi perlu diingat bahwa demensia adalah penyakit yang berkaitan dengan kerusakan sawar darah otak dan mekanisme pembersihannya,” kata Campen.

Bagaimana Bisa Masuk ke Otak

Mikroplastik adalah partikel kecil yang berasal dari pecahan sampah plastik, dengan ukuran kurang dari lima milimeter hingga satu mikron. Partikel ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air, dan udara yang dihirup. 

Namun, bagaimana partikel ini bisa melewati sawar darah otak masih menjadi misteri bagi para ilmuwan.

Salah satu hipotesis menyebutkan bahwa plastik cenderung menempel pada lipid atau lemak, yang berlimpah di dalam otak manusia. 

“Plastik menyukai lemak atau lipid, jadi salah satu teorinya adalah plastik masuk melalui makanan yang mengandung lemak, lalu terbawa ke organ yang memiliki kandungan lipid tinggi, seperti otak,” jelas Campen.

Baca juga: Ingin Daya Ingat Tajam? Hindari Makanan Ini dan Konsumsi yang Sehat untuk Otak

Sebagai informasi, otak manusia terdiri dari sekitar 60 persen lemak, jauh lebih banyak dibandingkan organ lain. 

Asam lemak esensial seperti omega-3 berperan penting dalam menjaga fungsi sel otak, tetapi tubuh manusia tidak bisa memproduksi sendiri, sehingga harus diperoleh dari makanan atau suplemen.

Dampak terhadap Kesehatan Manusia

Meski telah ditemukan di berbagai organ tubuh, termasuk darah, plasenta, air susu ibu (ASI), dan sumsum tulang, dampaknya terhadap kesehatan manusia masih belum sepenuhnya dipahami. 

Beberapa penelitian sebelumnya telah mengaitkan mikroplastik dengan risiko stroke dan serangan jantung.

Menurut Philip Landrigan, Direktur Program for Global Public Health and the Common Good di Boston College, zat plastik ini bisa bertindak seperti “kuda Troya” yang membawa bahan kimia berbahaya ke dalam tubuh. 

“Kami memiliki beberapa indikasi bahwa mikroplastik dan nanoplastik dapat menyebabkan gangguan endokrin yang berdampak pada sistem reproduksi manusia, seperti malformasi genital, infertilitas pada wanita, serta penurunan jumlah sperma,” ungkapnya.