FYPMedia.ID – IHSG anjlok lagi! IHSG anjlok lagi! Pasar saham Indonesia kembali mengalami tekanan setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun drastis sebesar 1,08 persen atau 67,45 poin, menutup perdagangan di level 6.155. Penurunan ini terjadi hanya sehari setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt akibat anjloknya IHSG hingga 5 persen dalam satu sesi perdagangan pada Selasa, 18 Maret 2025.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apa penyebab IHSG anjlok? Apakah pasar saham Indonesia benar-benar dalam kondisi kritis? Mari kita kupas tuntas dalam artikel ini!
Trading Halt Kembali Terjadi: IHSG Jatuh 5 Persen dalam Sehari!
Pada Selasa, 18 Maret 2025, investor saham dikejutkan oleh trading halt yang diberlakukan oleh BEI. IHSG anjlok 5 persen dalam satu sesi perdagangan, memicu penghentian sementara transaksi saham sesuai dengan aturan BEI. Menurut regulasi, jika IHSG turun lebih dari 5 persen, BEI akan menghentikan perdagangan sementara untuk menghindari kepanikan massal di pasar saham.
Lalu, apa yang menyebabkan penurunan tajam ini? Mengapa investor begitu panik hingga menyebabkan trading halt?
Faktor-Faktor yang Memicu Anjloknya IHSG
Meskipun perekonomian Indonesia menunjukkan beberapa indikator positif, pasar modal justru mengalami tekanan besar. Berikut adalah beberapa faktor utama yang memicu anjloknya IHSG:
1. Kekhawatiran terhadap Kondisi Fiskal Indonesia
Walaupun neraca perdagangan dan neraca pembayaran menunjukkan surplus, serta Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur berada dalam fase ekspansi, investor tetap khawatir dengan kondisi fiskal Indonesia.
Masalah utama yang menjadi perhatian adalah defisit APBN yang semakin meningkat. Paradoks fiskal ini membuat investor ragu-ragu, meskipun indikator ekonomi lainnya terlihat positif. Investor lebih memilih menarik dana mereka dari pasar saham dan beralih ke aset yang lebih aman.
2. Sentimen Global yang Tidak Kondusif
Pasar saham dunia sedang dalam kondisi fluktuatif akibat ketidakpastian global, termasuk:
- Kebijakan moneter ketat di Amerika Serikat
- Perlambatan ekonomi China
- Gejolak geopolitik yang memengaruhi harga komoditas global
Sentimen negatif dari pasar global ini turut menyeret IHSG turun lebih dalam.
3. Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS
Tak hanya IHSG yang tertekan, rupiah juga melemah tajam. Pada Rabu pagi, 19 Maret 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 16.521 per USD.
Mengapa rupiah melemah?
Sama seperti di pasar saham, kekhawatiran terhadap defisit APBN juga memicu pelemahan rupiah. Selain itu, dolar AS yang semakin kuat akibat kebijakan suku bunga The Fed turut menekan mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia. Dampak Penurunan IHSG dan Pelemahan Rupiah terhadap Perekonomian Indonesia.
BACA JUGA : Bursa Kena Trading Halt, akankah Pasar Saham Lebih Buruk Dibanding Saat Covid-19?
IHSG anjlok dan rupiah melemah! Apa dampaknya bagi ekonomi Indonesia?
Dampak dari situasi ini sangat beragam, tergantung pada sektor industrinya. Berikut beberapa sektor yang terdampak:
1. Industri Manufaktur: Biaya Produksi Naik
Industri manufaktur yang banyak mengandalkan bahan baku impor akan menghadapi kenaikan biaya produksi akibat pelemahan rupiah. Harga bahan baku yang lebih mahal akan mengurangi margin keuntungan perusahaan manufaktur.
2. Sektor Ekspor: Keuntungan bagi Perkebunan dan Pertambangan
Di sisi lain, sektor yang berorientasi ekspor seperti perkebunan dan pertambangan justru bisa mendapat keuntungan dari pelemahan rupiah. Produk ekspor mereka menjadi lebih kompetitif di pasar global karena harga dalam dolar AS lebih murah.
3. Investor Ritel: Panik atau Kesempatan?
Bagi investor ritel, penurunan IHSG ini bisa menjadi ancaman atau peluang. Di satu sisi, banyak yang panik dan menjual sahamnya, tetapi di sisi lain, investor jangka panjang melihat ini sebagai peluang untuk membeli saham dengan harga lebih murah.
Upaya Pemerintah untuk Menstabilkan Pasar Saham
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa meskipun IHSG mengalami tekanan, kepercayaan investor terhadap Indonesia masih tinggi. Salah satu buktinya adalah lelang Surat Utang Negara (SUN) pada 18 Maret 2025, di mana:
- Pemerintah menargetkan indikatif Rp 26 triliun
- Penawaran yang masuk mencapai Rp 61,75 triliun
- Sebanyak 22,58 persen dari investor asing
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mengambil langkah strategis dengan mengizinkan buyback saham tanpa harus melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan investor dan menjaga stabilitas harga saham.
Kesimpulan: IHSG Anjlok Lagi, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
IHSG anjlok lagi! IHSG anjlok lagi! Namun, apakah ini berarti pasar saham Indonesia dalam krisis?
Tidak sepenuhnya. Meskipun ada tekanan dari berbagai faktor, baik domestik maupun global, ada juga indikator yang menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuat.
Bagi investor, ini adalah momen untuk tetap tenang dan mengambil keputusan investasi dengan bijak. Jangan panik, tetapi manfaatkan peluang yang ada untuk investasi jangka panjang.
Bagaimana menurut Anda? Apakah IHSG akan kembali bangkit, atau masih akan terus turun? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!