FYP Media.id – Pada Kamis, 24 April 2025 – Kabar menggembirakan datang bagi para penikmat film bertema keagamaan dan drama politik Vatikan. Film “Conclave”, yang sebelumnya tayang perdana pada Februari 2025, kini kembali hadir di layar lebar Indonesia. Penayangan ulang ini diumumkan oleh beberapa jaringan bioskop ternama seperti Cinema XXI, Cinépolis Cinemas Indonesia, dan CGV Cinemas, dan mulai tayang pada akhir April 2025.
Bukan sekadar film biasa, Conclave merupakan karya sinematik yang telah mencuri perhatian dunia dengan menggondol delapan nominasi dalam ajang Oscars 2025, termasuk kemenangan bergengsi untuk kategori Skenario Adaptasi Terbaik. Tidak heran bila film ini kembali dihadirkan di layar bioskop—sebagai bentuk apresiasi terhadap kualitas naratif dan sinematografi yang memukau.
Baca juga: Paus Fransiskus Wafat di Usia 88 Tahun, Seruan Terakhirnya: Gencatan Senjata untuk Gaza
Ketegangan di Balik Dinding Vatikan
Disutradarai oleh Edward Berger, Conclave merupakan adaptasi dari novel karya Robert Harris yang terbit pada 2016. Ceritanya berfokus pada momen penuh ketegangan di balik pemilihan pemimpin tertinggi Gereja Katolik—yakni Paus. Film ini membawa penonton masuk ke dalam sebuah dunia yang biasanya tak terjamah oleh mata publik: dunia konklaf, proses rahasia yang menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin umat Katolik sedunia.
Mengambil latar setelah wafatnya seorang Paus akibat serangan jantung, film ini menyajikan perjalanan spiritual dan politik yang sangat kompleks. Dalam kekosongan kursi kepausan, para kardinal dari berbagai negara berkumpul untuk melakukan pemungutan suara yang tertutup dan penuh intrik. Di sinilah kita diperkenalkan pada sosok Kardinal Thomas Lawrence, diperankan dengan penuh kharisma oleh Ralph Fiennes. Ia menjadi tokoh sentral yang memimpin prosesi suci ini, sambil bergulat dengan ketegangan, keraguan, dan tekanan dari berbagai arah.
Selain Ralph Fiennes, Conclave juga dibintangi oleh aktor dan aktris papan atas seperti Stanley Tucci, John Lithgow, Sergio Castellitto, dan Isabella Rossellini. Masing-masing membawa warna dan kedalaman tersendiri dalam menggambarkan para tokoh yang berada di jantung kekuasaan Vatikan.
Penayangan Terbatas, Namun Penuh Arti
Meski tidak tayang secara luas di seluruh jaringan bioskop, film ini tetap bisa dinikmati di beberapa lokasi terpilih. Cinema XXI menayangkan film ini di bioskop-bioskop luar kota seperti Manokwari City Mall, Diana Mall Timika, Mantos 3 Manado, TSM Makassar, hingga SGM Singkawang dan Transmart Pontianak. Cinépolis menampilkan film ini di Senayan Park Jakarta, Lippo Plaza Medan, dan beberapa lokasi Lippo lainnya di Manado dan Kupang. Sementara CGV menghadirkan Conclave di bioskop-bioskop pusat kota seperti CGV Grand Indonesia dan Central Park.
Pilihan penayangan yang tersebar ini justru memberi nuansa istimewa, seolah film ini menyasar para penonton yang memang memiliki ketertarikan khusus terhadap tema-tema religius dan sejarah kontemporer Gereja Katolik.
Di Tengah Kabar Mengenai Kesehatan Paus Fransiskus
Kembalinya Conclave ke layar bioskop terasa semakin relevan mengingat meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi kesehatan Paus Fransiskus dalam beberapa bulan terakhir. Walau belum ada kabar resmi mengenai kematian beliau, berbagai media internasional telah melaporkan bahwa kesehatan pemimpin tertinggi umat Katolik ini terus menurun, bahkan sempat dirawat intensif pada awal tahun 2025.
Paus Fransiskus, yang menjabat sejak 2013, dikenal sebagai sosok reformis yang progresif dan humanis, yang selama kepemimpinannya telah membawa angin segar dalam berbagai isu global termasuk perubahan iklim, kemiskinan, hingga keterbukaan terhadap perbedaan. Bila kelak Gereja Katolik harus menghadapi masa transisi, proses konklaf seperti yang digambarkan dalam film Conclave akan kembali menjadi sorotan dunia.
Dalam konteks ini, penayangan ulang film Conclave terasa seperti cermin yang memantulkan kemungkinan realita yang sedang menanti di depan mata. Meski fiksi, film ini menyuguhkan realitas emosional dan spiritual yang sangat dekat dengan kenyataan yang mungkin tengah dihadapi umat Katolik dunia.
Lebih dari Sekadar Film
Menonton Conclave bukan hanya tentang menikmati sebuah cerita yang penuh ketegangan dan misteri. Ini adalah pengalaman reflektif, mengajak kita berpikir tentang kepemimpinan, iman, dan bagaimana dunia modern masih sangat terpengaruh oleh simbol-simbol religius yang telah berumur ribuan tahun.
Dengan kualitas produksi kelas dunia, alur cerita yang kuat, dan performa para aktor yang menyentuh, Conclave bukan hanya cocok bagi penonton Katolik, tetapi juga siapa pun yang tertarik pada isu kepemimpinan, intrik politik, serta dinamika kemanusiaan di balik struktur keagamaan.
Bagi yang belum sempat menonton di penayangan perdananya, inilah kesempatan kedua yang sangat layak untuk dimanfaatkan. Dan bagi yang telah menonton sebelumnya, barangkali kini saat yang tepat untuk menyaksikannya kembali—dengan sudut pandang baru dan kepekaan yang lebih dalam terhadap konteks dunia saat ini.