7 Fakta Film #KitaBerkebaya: Merayakan Hari Kebaya Nasional 2025 & Hidupkan Warisan Budaya

7 Fakta Film #KitaBerkebaya: Merayakan Hari Kebaya Nasional 2025 & Hidupkan Warisan Budaya

FYP Media.ID – Film pendek #KitaBerkebaya menjadi sorotan utama menjelang Hari Kebaya Nasional 2025 yang diperingati setiap tanggal 24 Juli. Disutradarai oleh Bramsky, karya sinematografi ini bukan hanya menampilkan kebaya sebagai busana tradisional, tapi juga sebagai simbol hidup yang menghidupi, terutama bagi pelaku ekosistem kebaya: dari perajin kain, penjahit, hingga pelaku UMKM wastra Nusantara.

Diprakarsai oleh Bakti Budaya Djarum Foundation, film ini menyuarakan gerakan pelestarian budaya secara modern dan relevan, sekaligus menjawab tantangan zaman. Tak heran, #KitaBerkebaya menjadi ajakan kuat kepada generasi muda—terutama Gen Z di kota besar—untuk menjadikan kebaya sebagai bagian dari gaya hidup dan identitas.

Berikut 7 fakta penting dan menarik seputar film pendek #KitaBerkebaya yang dirilis dalam rangka Hari Kebaya Nasional 2025. Simak hingga akhir agar kamu tidak ketinggalan insight penting tentang kebaya sebagai warisan budaya yang hidup dan menghidupi.

1. Dirilis Menjelang Hari Kebaya Nasional 2025

Film pendek #KitaBerkebaya resmi dirilis Kamis, 24 Juli 2025, tepat di Hari Kebaya Nasional. Film ini bisa disaksikan secara gratis melalui kanal YouTube Indonesia Kaya, menjadikannya tontonan edukatif sekaligus inspiratif untuk semua kalangan.

Momentum ini bukan sekadar selebrasi seremonial. Menurut Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, pesan utama film ini adalah bahwa kebaya bukan hanya tentang masa lalu, melainkan tentang masa kini dan masa depan. Kebaya adalah warisan yang terus hidup, berkembang, dan menghidupi banyak orang dalam rantai ekosistem budaya.

2. Fokus pada Ekosistem Budaya: Dari Tukang Kain hingga UMKM

Salah satu nilai tambah film ini adalah penekanan pada dampak ekonomi dan sosial dari pemakaian kebaya. Ketika masyarakat memilih berkebaya, mereka turut mendukung mata rantai panjang dalam dunia kreatif dan busana tradisional.

Dari tukang kain, penjahit, pedagang, hingga pengrajin wastra lokal, semua mendapatkan manfaat dari gerakan pelestarian ini. Renitasari menyebut bahwa penggunaan kebaya kerap dipadukan dengan kain tradisional seperti batik, tenun, atau songket—sehingga membuka peluang penghidupan bagi banyak pelaku UMKM di daerah.

3. Keterlibatan 250 Perempuan dari Berbagai Komunitas

Film pendek #KitaBerkebaya melibatkan lebih dari 250 perempuan dari berbagai latar belakang dan komunitas budaya. Mereka berasal dari komunitas seperti Kebaya Menari, Abang None Jakarta, Putra Putri Batik, Lestari Ayu Bulan Bali, dan peserta program Intensif Musikal Budaya.

Keterlibatan ini memperkuat pesan bahwa kebaya adalah milik semua perempuan Indonesia—apa pun latar belakangnya. Ini adalah bentuk nyata keberagaman Indonesia yang ditampilkan melalui busana tradisional.

4. Didukung Deretan Artis Top Tanah Air

Untuk memperkuat pesan dan daya tarik film ini, sejumlah nama besar di industri seni dan hiburan turut mendukung, seperti:

  • Maudy Ayunda

  • Dian Sastrowardoyo

  • Tara Basro

  • Eva Celia

  • Raihanun

  • Maudy Koesnaedi

  • Andien

  • Titi Radjo Padmaja

  • Lutesha

Dengan keterlibatan para selebriti, pesan kebaya sebagai busana penuh makna menjadi lebih mudah diterima, terutama oleh generasi muda urban.

5. Visual yang Editorial dan Penuh Warna

Fashion stylist Hagai Pakan menyebut gaya visual film ini mengusung konsep editorial yang fashion-forward. Alih-alih tampil monoton, kebaya-kebaya dalam film ini ditampilkan colorful, penuh energi, dan merefleksikan keberagaman budaya Indonesia.

“Sejak awal, saya diminta untuk menghadirkan tampilan kebaya yang colorful dan editorial, mencerminkan Indonesia yang beragam,” ujar Hagai. Film ini menampilkan berbagai gaya kebaya: labuh, noni, kutubaru, kartini, dan banyak lagi.

6. Kebaya dan Perempuan Kota Besar

Film #KitaBerkebaya ingin menghapus stigma bahwa kebaya hanya cocok dikenakan untuk acara formal atau daerah pedesaan. Melalui konsep dan narasi yang menyasar Gen Z dan kaum urban, film ini memperlihatkan bahwa perempuan kota besar pun bisa nyaman berkebaya dalam aktivitas harian.

Menurut sutradara Bramsky, tantangan terbesarnya adalah mengawinkan konsep kebudayaan yang kuat dengan gaya hidup modern anak muda. Namun, hasil akhirnya adalah film yang menyentuh, relevan, dan tetap estetis.

7. Kebaya sebagai Simbol Jati Diri Modern

Lebih dari sekadar pakaian, kebaya ditampilkan sebagai simbol jati diri perempuan Indonesia modern. Maudy Ayunda menyampaikan bahwa kebaya bisa diinterpretasikan sesuai kepribadian masing-masing, sehingga setiap orang bisa berekspresi melalui bentuk dan gaya kebaya yang dipilih.

“Kita bisa ambil esensi kebaya, di-custom sesuai kepribadian kita. Kebaya harus menjadi simbol sejarah yang melekat dengan citra perempuan Indonesia modern,” ujarnya.

Andien sendiri menyukai kebaya berpotongan longgar seperti kebaya labuh, karena memberi kesan anggun namun tetap nyaman. Sedangkan Titi Radjo Padmaja memilih kebaya kutubaru karena memberi pengaruh terhadap perilaku dan attitude-nya.

Kesimpulan: #KitaBerkebaya adalah Ajakan untuk Menyatu dengan Budaya

Film pendek #KitaBerkebaya adalah lebih dari sekadar karya sinematografi—ini adalah gerakan kolektif untuk menghidupkan kembali kebaya sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa. Dengan pesan kuat, visual menawan, dan keterlibatan figur publik, film ini menjadi alat kampanye yang efektif dalam mendorong pelestarian budaya secara berkelanjutan.

Jika kamu ingin ikut berkontribusi dalam pelestarian budaya Indonesia, mulailah dari hal sederhana: berkebaya dengan bangga. Jadikan kebaya sebagai bagian dari keseharian, bukan hanya untuk acara resmi. Dan tentu saja, jangan lewatkan film #KitaBerkebaya yang bisa kamu saksikan di YouTube Indonesia Kaya mulai 24 Juli 2025.