3 Negara Ini Jadi Kunci Ekspansi Stablecoin Ant Group 2025
FYPMedia.ID – Raksasa teknologi keuangan milik Jack Ma, Ant Group Co., kembali mengguncang panggung fintech global. Melalui anak usahanya, Ant International, perusahaan ini resmi mengajukan lisensi stablecoin di tiga wilayah strategis: Hong Kong, Singapura, dan Luksemburg.
Langkah ini tidak hanya menandai kebangkitan ambisi global Ant Group, tetapi juga menjadi sinyal kuat bahwa masa depan stablecoin kini dipertaruhkan di tiga pusat keuangan dunia.
Baca Juga: Bitcoin Anjlok Usai Trump Naikkan Tarif Impor China Jadi 104%: Sentimen Global Bikin Kripto Merah?
Ekspansi Stablecoin: Asia hingga Eropa
Mengutip laporan Bloomberg dan Cryptonews (13 Juni 2025), Ant International disebut sedang dalam tahap finalisasi untuk mengamankan lisensi penerbit stablecoin berbasis fiat di tiga yurisdiksi penting:
-
Hong Kong,
-
Singapura, dan
-
Luksemburg.
Ketiga wilayah ini dikenal sebagai “zona hijau” untuk aset digital, dengan regulasi ketat namun inovatif yang justru menarik perusahaan besar masuk.
“Kami ingin memastikan pembayaran lintas batas yang cepat, aman, dan terintegrasi,” ujar juru bicara Ant International.
Hong Kong Jadi Prioritas: Regulasi Stablecoin Berlaku Agustus
Dari tiga wilayah yang ditargetkan, Hong Kong menjadi prioritas utama, karena peraturan stablecoin baru akan mulai berlaku 1 Agustus 2025. Regulasi ini mewajibkan seluruh penerbit stablecoin yang terhubung dengan dolar Hong Kong (HKD) atau beroperasi di wilayah tersebut untuk memiliki lisensi dari Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA).
Ini adalah bentuk transformasi digital Hong Kong ke arah ekonomi berbasis Web3 yang lebih aman dan transparan.
Langkah Ant untuk cepat mengajukan lisensi memperlihatkan kesiapannya mematuhi kerangka regulasi, sekaligus mengamankan posisi sebagai pemain utama dalam ekosistem stablecoin legal.
Kenapa Singapura dan Luksemburg? Strategi Global Ant Group
Selain Hong Kong, Singapura juga telah mengembangkan kerangka regulasi aset digital melalui Monetary Authority of Singapore (MAS) yang mendukung pengembangan inovasi Web3. Di sisi lain, Luksemburg menjadi pintu masuk ke pasar keuangan Uni Eropa berkat reputasinya sebagai negara ramah fintech dengan sistem perpajakan dan legalitas yang mendukung.
Kombinasi ini menunjukkan bahwa Ant International tidak sekadar mengajukan lisensi, tapi sedang membangun jaringan stablecoin berskala global.
Platform Whale: Blockchain Karya Ant yang Dorong Triliunan Transaksi
Ekspansi ini tak lepas dari performa sistem pembayaran Ant berbasis blockchain bernama Whale. Pada 2024, lebih dari USD 1 triliun transaksi global telah diproses, dan sepertiganya dilakukan lewat infrastruktur Whale.
Ini menunjukkan blockchain Ant bukan sekadar eksperimen—tapi backbone sistem keuangan digital baru yang terintegrasi global.
Dengan mengantongi lisensi stablecoin, Whale dapat digunakan sebagai jaringan penerbitan dan distribusi stablecoin yang patuh hukum di tiga benua sekaligus.
Dari Domestik ke Global: Ant Menghindar dari Tangan Besi China
Langkah agresif ini juga menunjukkan strategi “pivot global” Ant Group setelah sempat tertekan oleh regulasi ketat di Tiongkok.
Sejak 2020, bisnis peminjaman daring Ant dibatasi oleh pemerintah China. Kini, dengan peluang di luar negeri yang lebih terbuka, Ant memperkuat operasi perbendaharaan dan pembayaran lintas batas, sambil meminimalisir ketergantungan pada pasar domestik.
Jack Ma tidak pensiun. Dia hanya memindahkan medan perangnya ke panggung global.
Analisis Pasar: Stablecoin Akan Jadi Masa Depan Pembayaran Dunia
Stablecoin menjadi sorotan global karena menjanjikan kombinasi stabilitas nilai fiat dengan kecepatan dan transparansi blockchain. Tidak heran jika regulator di berbagai negara mulai menyusun peraturan ketat, sekaligus menarik pemain besar untuk berpartisipasi.
Dengan pemain seperti Ant International masuk ke arena lisensi resmi, masa depan stablecoin akan berpindah dari “liar” ke “legal dan strategis”.
Binance vs Ant Group: Siapa Pemilik Likuiditas Terbesar?
Sementara Ant mengajukan lisensi, Binance masih memimpin dari sisi penyimpanan stablecoin. Berdasarkan laporan terbaru CryptoQuant, dompet Binance saat ini menyimpan:
-
USD 31 miliar dalam bentuk stablecoin (USDT & USDC),
-
Setara dengan 59% dari semua cadangan stablecoin industri.
Pada Mei 2025:
-
Binance menerima USD 31 miliar arus masuk stablecoin,
-
Unggul sedikit dari Coinbase dengan USD 30 miliar.
-
Total arus masuk stablecoin Binance sepanjang 2025 telah mencapai USD 180 miliar, dibanding Coinbase dengan USD 195 miliar.
Namun dominasi Binance mulai terancam jika Ant sukses memanfaatkan jaringan stablecoin berlisensi secara global.
Karena Ant tidak hanya menyimpan, tetapi juga mendistribusikan stablecoin langsung ke jaringan pembayaran mereka sendiri.
Masa Depan: Global Stablecoin War Dimulai
Dengan ekosistem blockchain Whale, dukungan regulasi dari Hong Kong, Singapura, dan Luksemburg, serta kepemimpinan dari Jack Ma, Ant Group siap memulai perang likuiditas dan legitimasi stablecoin global.
Bukan tidak mungkin dalam waktu dekat, stablecoin besutan Ant dapat digunakan oleh:
-
Wisatawan Asia untuk belanja lintas negara
-
Korporasi Eropa untuk ekspor-impor
-
Migran untuk kirim uang ke kampung halaman secara real-time
Baca Juga: Faktor Pendorong Bitcoin Melonjak ke Rekor US$ 100.000
Ini Bukan Sekadar Lisensi, Ini Peta Kekuasaan Finansial Baru
Pengajuan lisensi stablecoin oleh Ant Group di tiga negara bukan sekadar ekspansi bisnis. Ini adalah strategi geopolitik finansial, yang akan menggeser:
-
Dominasi sistem pembayaran konvensional,
-
Kekuatan dolar digital di kawasan Asia,
-
Serta membuka peluang bagi Asia menjadi pusat stablecoin dunia.