1,575 juta Anak Berisiko Alami Alergi Susu Sapi, Pahami Gejala dan Cara Pengobatannya

susu sapi
sumber foto: canva

FYPMedia.ID – Alergi susu sapi (ASS) adalah masalah kesehatan yang cukup umum terjadi pada anak-anak, terutama balita. Di Indonesia, prevalensi ASS diperkirakan antara 2 hingga 7,5 persen, yang berarti sekitar 420.000 hingga 1,575 juta anak berisiko mengalaminya.

Kondisi ini disebabkan oleh reaksi berlebihan sistem imun terhadap protein dalam susu sapi, seperti kasein dan whey. Gejala alergi ini bisa bervariasi, mulai dari ringan hingga parah, dan dapat muncul dalam waktu singkat setelah mengonsumsi susu sapi atau produk olahannya.

Gejala Alergi Susu Sapi

Gejala alergi pada anak dapat muncul dalam berbagai bentuk. Beberapa gejala yang umum ditemukan antara lain:

Baca juga: Bahaya Minum Susu Mentah, Cek Faktanya!

  • Saluran Cerna: Diare, muntah, dan perut kembung (kolik).
  • Kulit: Bentol (urtikaria), ruam merah, dan dermatitis atopik.
  • Saluran Napas: Mengi, batuk, sesak napas, dan rinitis.
  • Gejala Umum: Pembengkakan bibir atau lidah, mata berair, dan dalam kasus parah, anafilaksis yang bisa berisiko fatal.

Pada bayi, gejala bisa muncul sangat cepat setelah mengonsumsi susu, bahkan dalam waktu kurang dari satu jam. Sementara pada anak yang lebih besar, gejala dapat berkembang lebih lambat, seperti batuk, kulit gatal, dan perut kembung.

Penyebabnya

Alergi susu ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein susu sapi. Kondisi ini dapat dipicu oleh faktor-faktor seperti:

  • Riwayat alergi dalam keluarga, seperti asma atau eksim.
  • Dermatitis atopik pada anak.
  • Usia bayi yang sangat muda, di bawah 6 bulan.
  • Gangguan pencernaan bayi yang belum berkembang sempurna.

Meskipun banyak anak yang sembuh dari alergi susu sapi saat menginjak usia 5 tahun, sebagian anak bisa mengalaminya lebih lama. Alerginya berbeda dengan intoleransi laktosa, karena melibatkan reaksi sistem imun terhadap protein susu, sementara intoleransi laktosa disebabkan oleh gangguan pencernaan.

Baca juga: Stimulasi Motorik Halus Anak: 5 Manfaat Menakjubkan Busy Board sebagai Permainan Luar Biasa

Diagnosis dan Pengobatan

Untuk mendiagnosis alergi, dokter akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan mungkin tes darah atau tes kulit untuk memastikan adanya reaksi alergi. Jika alergi terdeteksi, pengobatan utama adalah menghindari susu sapi dan produk olahannya, seperti keju, yoghurt, dan mentega. Pada bayi yang alergi, pemberian ASI eksklusif tetap dianjurkan, sementara ibu menyusui perlu menghindari konsumsi susu sapi.

Pada kasus yang lebih berat, seperti anafilaksis, penggunaan epinefrin (adrenalin) dan perawatan medis segera sangat diperlukan untuk mengatasi reaksi parah. Antihistamin juga dapat digunakan untuk meredakan gejala ringan.

Sedangkan untuk pencegahannya adalah dengan menghindari susu sapi dan produk olahannya. Untuk ibu yang menyusui, sebaiknya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Selain itu, ibu juga perlu memeriksa label produk makanan dan minuman yang akan dikonsumsi untuk memastikan tidak mengandung susu sapi.

Jika anak sudah terdiagnosis alergi susu sapi, ganti dengan susu kedelai atau susu hipoalergenik bisa menjadi alternatif. Hal yang penting adalah menjaga kebersihan dan kehati-hatian dalam memilih makanan agar anak terhindar dari risiko alergi.