FYPMedia.ID – Insiden kecelakaan kapal wisata kembali terjadi di kawasan wisata premium Indonesia, Taman Nasional Komodo (TNK), Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Kali ini, kapal wisata KM Adil Putra kandas dan tenggelam setelah menabrak karang saat hendak memasuki perairan Pulau Padar, salah satu destinasi favorit wisatawan mancanegara.
Peristiwa ini terjadi pada Rabu malam, 14 Mei 2025 sekitar pukul 19.00 WITA. Kapal yang berangkat dari Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu membawa total 16 orang, terdiri dari 14 wisatawan asing dan 2 pemandu wisata lokal. Saat melintas di perairan Tanjung Cina, jarak pandang terbatas menyebabkan kapal menabrak karang dan akhirnya tenggelam.
Tim SAR Lakukan Evakuasi Malam Hari
Kabar tenggelamnya KM Adil Putra langsung mendapat respons cepat dari Tim SAR gabungan, yang terdiri dari personel Basarnas Maumere, Pos SAR Manggarai Barat, TNI, Polri, hingga KSOP Labuan Bajo. Dengan mengerahkan kapal RIB Pos SAR dan Kapal Patroli KSOP, tim diberangkatkan dari Labuan Bajo menuju lokasi kejadian.
Namun, sebelum tim tiba, kapal wisata Bintang Laut yang kebetulan berada di sekitar lokasi, lebih dulu mengevakuasi seluruh penumpang yang terombang-ambing di laut. Tim SAR kemudian langsung menuju posisi kapal Bintang Laut untuk memindahkan korban ke kapal evakuasi resmi dan membawa mereka kembali ke Pelabuhan Marina Labuan Bajo.
Proses evakuasi berlangsung hingga pukul 22.51 WITA, di mana semua korban berhasil tiba dengan selamat di Labuan Bajo. Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Maumere, Fathur Rahman, menyampaikan bahwa keberhasilan operasi ini adalah hasil dari kerja sama lintas instansi dan kecepatan informasi dari kapal wisata yang melintas.“Pelaksanaan operasi SAR ini merupakan bentuk sinergi antara kapal wisata di lokasi, unsur TNI, Polri, hingga instansi penyelamat lainnya,” ujar Fathur Rahman.
Baca Juga: Tragedi Kapal Selam Wisata Tenggelam di Laut Merah: 6 Orang Tewas, Termasuk Anak-Anak
Sementara itu, Koordinator Pos SAR Manggarai Barat, Edy Suryono, menyebut bahwa kapal KM Adil Putra masih berada di lokasi kejadian dan belum bisa dievakuasi karena air laut sedang surut. Proses penarikan kapal akan dilakukan saat kondisi pasang memungkinkan.“Kapal sedang karam di dekat pinggir pantai. Kapten kapal dan kru memilih bertahan di lokasi menunggu kondisi air laut memungkinkan untuk menarik kapal keluar,” kata Edy.
Korban yang telah dievakuasi sudah diserahkan kepada pihak agen perjalanan wisata yang menangani tur tersebut. Sementara itu, keberadaan kapal yang masih tenggelam menjadi perhatian lebih lanjut untuk ditangani pihak berwenang, mengingat lokasi berada di kawasan konservasi laut yang sensitif.
Kecelakaan Kapal Wisata di Labuan Bajo Bukan Pertama Kali
Kecelakaan kapal wisata di kawasan Labuan Bajo bukanlah hal baru. Tahun lalu, kapal wisata Carpediem mengalami kebakaran di perairan Pulau Siaba, Labuan Bajo, saat tengah membawa dua wisatawan asal Kanada dan empat kru kapal. Meski seluruh penumpang selamat, insiden tersebut memicu kekhawatiran soal standar keselamatan kapal wisata di destinasi super prioritas ini.
Saat itu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengecam keras insiden tersebut, karena kapal diketahui tidak mengantongi surat izin berlayar (SPB) dari KSOP Labuan Bajo, namun tetap beroperasi.“Saya sangat prihatin. Kapal tidak punya izin berlayar tapi bisa tetap jalan, membawa wisatawan dan berakhir dengan kecelakaan. Ini harus jadi perhatian semua pihak,” tegas Sandiaga Uno dalam sesi The Weekly Brief with Sandi Uno pada Februari 2024.
Baca Juga: Tragedi Wisata Bahari di Bengkulu: Kapal Tenggelam, 7 Tewas, Puluhan Dievakuasi
Dari peristiwa yang terus berulang, muncul dorongan agar pemerintah lebih tegas dalam pengawasan dan pemberian izin operasi kapal wisata di Labuan Bajo. Pasalnya, Labuan Bajo tidak hanya jadi magnet bagi wisatawan domestik, tapi juga internasional. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, aspek keselamatan harus menjadi prioritas utama.
Taman Nasional Komodo merupakan kawasan konservasi dunia yang ditetapkan UNESCO. Aktivitas wisata di dalamnya memerlukan standar tinggi dalam keselamatan, perizinan, dan kelestarian lingkungan. Ketika kapal berlayar tanpa izin dan terjadi kecelakaan, tidak hanya nyawa terancam, namun juga reputasi dan ekosistem kawasan turut dipertaruhkan.