FYPMedia.ID – Unilever salah satu perusahaan multinasional terbesar yang beroperasi di Indonesia, kini menghadapi tantangan berat. Aksi boikot terhadap produk-produk Unilever yang melibatkan sejumlah konsumen di Indonesia serta persaingan ketat dari merek lokal yang menawarkan harga lebih murah membuat posisi Unilever semakin terjepit.
Dampak terhadap Unilever
Hal ini turut memengaruhi performa dan strategi perusahaan di pasar Indonesia yang dikenal dengan potensi konsumen besar dan daya beli yang beragam. Aksi boikot produk Unilever di Indonesia muncul akibat perusahaannya yang beroperasi di Israel telah dikecam di banyak negara berpenduduk mayoritas Muslim karena dianggap sebagai dukungan diam-diam terhadap serangan militer Israel di Gaza melalui aktivitas bisnis.
Sebagai respons terhadap boikot ini, sejumlah konsumen mulai beralih ke merek-merek lokal yang dianggap lebih memahami kebutuhan dan daya beli masyarakat Indonesia.
Merek lokal ini tidak hanya menawarkan harga yang lebih terjangkau, tetapi juga menonjolkan nilai-nilai lokal yang lebih dekat dengan konsumen. Alhasil, penjualan produk-produk Unilever yang sebelumnya dominan di pasar Indonesia mengalami penurunan signifikan.
Baca Juga: 7 Olahraga Paling Efektif untuk Membakar Kalori dan Menurunkan Berat Badan
Unilever pertama kali mengatakan pada Februari 2024 bahwa pertumbuhan penjualan di Asia Tenggara telah terganggu oleh pembeli di Indonesia yang memboikot mereknya sebagai respons terhadap situasi geopolitik.
Pada bulan Oktober, penjualan perusahaan tersebut menurun menjadi 34,9 persen pada kuartal ketiga dari 38,5 persen tahun sebelumnya. Aksi boikot masyarakat Indonesia bersifat informal tetapi cukup masif, membuat banyak konsumen merasa lebih percaya diri dalam memilih produk alternatif yang lebih sesuai dengan preferensi mereka.
Baca Juga: 6 Cara Mengatasi Keringat Berlebih: Tips dan Solusi Efektif
Selain boikot, Unilever juga harus menghadapi persaingan yang semakin ketat dari merek lokal. Banyak produk lokal yang saat ini menawarkan kualitas yang tidak kalah dengan merek internasional, tetapi dengan harga yang jauh lebih terjangkau.
Tentu hal ini menjadi daya tarik utama bagi konsumen Indonesia yang memiliki keterbatasan dalam daya beli. Merek-merek lokal dengan strategi yang lebih dekat kepada pasar, berhasil meraih simpati konsumen yang lebih memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari mereka.
Beberapa merek lokal juga memiliki keunggulan dalam hal penyesuaian produk dengan selera lokal. Mereka cenderung lebih fleksibel dalam mengikuti tren dan kebiasaan konsumen Indonesia yang membuat produk mereka terasa lebih relevan dan mudah diterima di pasar.
Selain itu, faktor harga yang lebih murah menjadi nilai tambah bagi banyak konsumen yang merasa terbebani dengan harga produk Unilever yang relatif lebih tinggi.
Produk-produk Unilever harus mampu bersaing dengan harga dan kualitas merek lokal yang semakin menguasai pasar. Selain itu, citra perusahaan yang tercoreng akibat boikot juga memerlukan upaya yang lebih besar untuk memperbaiki hubungan dengan konsumen Indonesia.