FYP Media.ID – Kawasan Geopark Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali menjadi sorotan dunia. Dua asesor dari UNESCO resmi melakukan kunjungan lapangan untuk mengevaluasi ulang status UNESCO Global Geopark yang disandang Rinjani sejak beberapa tahun terakhir. Proses revalidasi 2025 ini dilakukan mulai 28 Juni hingga 2 Juli 2025, menyusul revalidasi pertama yang dilakukan pada tahun 2022.
Kunjungan ini adalah bagian dari prosedur rutin UNESCO untuk memastikan bahwa kawasan geopark tetap memenuhi kriteria internasional terkait pelestarian geologi, pemberdayaan masyarakat, dan pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
1. Misi Penting UNESCO: Evaluasi Status dan Komitmen Pengelolaan
Menurut General Manager Geopark Rinjani, Qwadru Putro Wicaksono, dua asesor UNESCO tersebut tidak hanya mengkaji dokumen yang telah dikirimkan oleh pengelola Geopark Rinjani, tapi juga langsung turun ke lapangan untuk melihat kondisi nyata.
“Ini adalah revalidasi kedua setelah sebelumnya dilakukan pada 2022. Asesor menilai kondisi geosite, program pemberdayaan, dan visibilitas lapangan,” ujar Qwadru melalui keterangan resmi, Rabu (2/7/2025).
2. 7 Lokasi Kunci Jadi Sorotan Asesor UNESCO
Selama proses revalidasi, tujuh lokasi utama menjadi fokus penilaian asesor UNESCO. Beberapa di antaranya adalah:
-
Aik Berik (Lombok Tengah)
-
Sembalun (Lombok Timur)
-
Senaru (Lombok Utara)
-
Gili Trawangan, Meno, Air (Tramena)
-
Desa Lantan dan sekitarnya (Loteng)
-
Desa Loyok (Lotim)
-
Gili Air
Asesor UNESCO bertemu langsung dengan pelaku pariwisata, UMKM perempuan, dan komunitas lokal yang menjadi bagian dari jejaring Geopark.
3. Evaluasi UMKM Perempuan: Pilar Pemberdayaan Geopark Rinjani
Pada hari pertama (28 Juni), asesor fokus pada program pemberdayaan masyarakat, khususnya untuk kelompok perempuan. Sejak 2022, Geopark Rinjani telah bekerja sama dengan BRI Research Institute untuk membina UMKM perempuan di beberapa desa sekitar kawasan geopark.
Mereka menciptakan produk ramah lingkungan, seperti kerajinan tangan dan olahan lokal berbasis potensi geologi serta budaya setempat. Hal ini menjadi poin penting dalam kriteria UNESCO, yaitu integrasi antara geodiversity dan social impact.
4. Kolaborasi Inklusif: Pemandu Wisata Perempuan Jadi Andalan
Salah satu bentuk kolaborasi yang paling mendapat perhatian adalah kerja sama Geopark Rinjani dengan Rinjani Women Guide Association di Senaru, Lombok Utara. Kelompok ini rutin mendapat pelatihan sebagai pemandu wisata bersertifikat, sekaligus pelestari budaya lokal.
“Ketika ke kampung adat Senaru, asesor didampingi oleh para women guide. Mereka berdiskusi langsung tentang peran perempuan dalam pelestarian geopark,” jelas Qwadru.
5. Aik Berik: Geosite Prioritas yang Ditingkatkan Visibilitasnya
Asesor juga menyoroti geosite Aik Berik yang memiliki kekayaan geologi luar biasa. Mereka menilai bahwa perlu ada peningkatan visibilitas dan interpretasi yang menghubungkan kekayaan geologi, hayati, dan budaya kawasan tersebut.
Pada 29 Juni, asesor melakukan kunjungan langsung dan berdialog dengan pelaku wisata dan Pokdarwis setempat. Mereka ingin memastikan bahwa pengelolaan wisata berbasis geopark benar-benar dijalankan dengan prinsip berkelanjutan.
6. Sorotan di Gili Trawangan: Infrastruktur Meningkat, Tapi Tantangan Masih Besar
Kawasan Gili Tramena (Trawangan, Meno, Air) turut menjadi perhatian dalam revalidasi 2025. Sejak event Asia Pacific Geoparks Network (APGN) 2019, Gili Trawangan menjadi salah satu contoh pengembangan destinasi geopark berbasis bahari.
Asesor dari Belgia bahkan datang lebih awal ke Gili Air dan menginap di sana sebelum kegiatan resmi dimulai. Mereka meninjau langsung kondisi pascagempa 2018, terutama dari sisi infrastruktur, pengelolaan sampah, dan dampak pariwisata massal.
“Dermaga sudah jauh lebih baik, begitu juga akses jalan. Tapi tentu saja masih banyak PR untuk menata Gili agar lebih berkelanjutan,” ujar Qwadru.
Gubernur NTB juga telah menyampaikan komitmen untuk melakukan penataan kawasan ini secara lebih serius ke depan.
7. Beboka Nursery: Inisiatif Edukasi dan Konservasi di Sembalun
Program lain yang menjadi sorotan adalah Beboka Nursery, hasil kolaborasi Geopark Rinjani dengan DMO Sembalun. Terletak di lingkungan SMAN 1 Sembalun, lokasi ini menjadi pusat edukasi konservasi tanaman endemik Sembalun.
Inisiatif ini sangat sesuai dengan semangat UNESCO Global Geopark yang mendorong pelestarian alam berbasis pendidikan dan partisipasi masyarakat.
8. Hadirnya Mantan General Manager Geopark dan KNIU
Yang menarik, dalam revalidasi 2025 ini, hadir pula Chairul Machsul, mantan General Manager Geopark Rinjani 2015–2020, untuk mendampingi asesor saat kunjungan ke Sembalun. Ia menyatakan bahwa pengelolaan geopark saat ini menghadapi tantangan yang makin kompleks, namun peluang kolaborasi juga makin besar.
“Dengan dukungan dari UNESCO, pemerintah, dan komunitas, Geopark Rinjani bisa menjadi pusat pembelajaran global untuk pengelolaan geopark berbasis masyarakat,” ungkap Chairul.
Selain itu, hadir pula perwakilan dari Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar RI) yang mengikuti proses revalidasi dari awal hingga akhir. Kehadiran mereka menegaskan dukungan penuh pemerintah terhadap status internasional Geopark Rinjani.
9. Status Global Dipertaruhkan: Menunggu Hasil Evaluasi Resmi UNESCO
Penilaian asesor ini akan menjadi dasar utama bagi UNESCO dalam mempertahankan atau mencabut status Global Geopark dari Gunung Rinjani. Hasil revalidasi biasanya akan diumumkan dalam beberapa bulan setelah kunjungan, setelah asesor menyerahkan laporan lengkap mereka ke Dewan UNESCO.
Kesimpulan: Geopark Rinjani Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Kunjungan 2 asesor UNESCO ke Geopark Rinjani bukan hanya rutinitas evaluasi, tapi juga refleksi sejauh mana kawasan ini terus berkembang pasca-gempa dan menghadapi tantangan global. Dengan 7 lokasi kunci yang disorot dan puluhan mitra komunitas yang dilibatkan, Geopark Rinjani menunjukkan komitmen kuat pada kelestarian alam, pemberdayaan masyarakat, dan pariwisata berkelanjutan.
Kini, dunia menanti keputusan UNESCO atas masa depan Geopark Gunung Rinjani. Apa pun hasilnya, proses ini telah memperlihatkan betapa pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan alam.