7 Dampak Mengejutkan dari Tarif 100% Trump untuk Film Asing di AS

7 Dampak Mengejutkan dari Tarif 100% Trump untuk Film Asing di AS

FYP Media.id – Pada Selasa, 6 Mei 2025  – Langkah kontroversial kembali datang dari mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kali ini, ia mengguncang industri hiburan dunia dengan kebijakan tarif 100 persen terhadap film asing yang diputar di Negeri Paman Sam. Lewat platform media sosial miliknya, Truth Social, Trump menyatakan kebijakan tersebut bertujuan untuk menyelamatkan industri perfilman AS yang menurutnya sedang “sekarat.”

Namun, di balik pernyataan itu, muncul berbagai respons tajam, pertanyaan mendalam, serta kekhawatiran dari banyak kalangan—baik di dalam maupun luar negeri. Kebijakan ini tidak hanya menyasar film impor, tapi juga seluruh produksi film yang dibuat di luar Amerika Serikat, termasuk produksi dari studio Amerika sendiri yang mengambil lokasi syuting di negara lain.

Baca juga: Donald Trump Pecat Sekitar 20 Jaksa AS Era Joe Biden: ‘Bersih-Bersih’ di Departemen Kehakiman

Berikut tujuh dampak besar yang muncul akibat kebijakan ini:

  1. Potensi Pukulan Telak Bagi Studio Hollywood Sendiri

Secara paradoks, kebijakan tarif ini justru bisa menjadi bumerang bagi industri film domestik. Banyak studio besar Hollywood selama ini mengambil lokasi syuting di luar negeri demi efisiensi biaya produksi dan insentif pajak. Ironisnya, bahkan film biografi Trump sendiri, The Apprentice (2024), sebagian besar proses produksinya dilakukan di Kanada.

Dengan penerapan tarif tersebut, studio-studio lokal kini harus menghadapi biaya tambahan jika film mereka dibuat di luar negeri. Ini tentu menghambat fleksibilitas produksi yang selama ini menjadi kekuatan Hollywood.

  1. Industri Perfilman Lokal Tak Otomatis Terangkat

Trump mengklaim bahwa kebijakan ini akan membangkitkan kembali industri film AS yang tengah lesu. Namun laporan terbaru menunjukkan bahwa penyebab utama menurunnya produksi bukanlah kompetisi asing, melainkan masalah internal—seperti perubahan pola konsumsi masyarakat yang lebih memilih streaming, serta belum pulihnya bioskop pasca-pandemi.

Los Angeles, yang dikenal sebagai pusat perfilman global, mencatat penurunan produksi hingga 22 persen pada kuartal pertama 2025. Tarif tinggi pada film asing tidak serta-merta membuat studio kembali memproduksi lebih banyak film di dalam negeri.

  1. Pasar Internasional yang Sempat Menghidupi Hollywood Bisa Menjauh

Selama ini, Hollywood sangat bergantung pada pasar internasional, khususnya di kawasan Asia seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Namun, dengan sikap proteksionis yang terlalu agresif, negara-negara tersebut bisa saja membalas dengan tarif serupa atau bahkan melarang pemutaran film Hollywood di wilayah mereka.

Jika itu terjadi, maka sumber pendapatan yang sebelumnya menopang film-film besar AS bisa hilang. Sebagai catatan, banyak blockbuster Hollywood mendapatkan separuh atau lebih dari total pendapatannya dari luar negeri.

  1. Saham Perusahaan Hiburan Langsung Terjun Bebas

Efek dari kebijakan Trump terasa instan di pasar keuangan. Beberapa perusahaan media besar di AS langsung mencatat kerugian. iHeartMedia merosot lebih dari 13 persen, Cumulus Media anjlok 10 persen, dan SiriusXM ikut terdampak. Kejatuhan ini mencerminkan kekhawatiran investor bahwa tarif tinggi akan mempersulit distribusi dan kelangsungan bisnis di sektor hiburan.

  1. Konsumen Bisa Menanggung Harga yang Lebih Mahal

Jordan Belfort, tokoh nyata dari film The Wolf of Wall Street, yang juga mendukung kebijakan ini, tetap memperingatkan risiko terhadap konsumen. Jika biaya tarif dibebankan ke harga jual, maka konsumenlah yang akan membayar lebih mahal untuk menikmati film atau produk hiburan lainnya.

Tak hanya film, ketidakpastian tarif juga memicu tertundanya peluncuran produk teknologi seperti konsol game Nintendo Switch 2. Artinya, efek kebijakan ini merembet ke sektor lain seperti gim dan teknologi.

  1. Dampak Luas ke Industri Streaming dan Gim

Streaming yang kini menjadi pilihan utama masyarakat, juga berpotensi terganggu. Meskipun platform seperti Disney+ dan Max mulai meraih keuntungan, kebijakan tarif yang menghambat produksi bisa mengurangi konten baru dan memperlambat pertumbuhan layanan ini.

Sementara itu, asosiasi industri video game Amerika, ESA, menyatakan bahwa kebijakan tarif Trump berpotensi memberikan “dampak nyata dan merugikan” terhadap industri gim, terutama jika barang-barang pendukung produksi seperti perangkat keras juga terkena tarif tinggi.

  1. Langkah Tambahan: Pemotongan Dana untuk Lembaga Penyiaran Publik

Tak berhenti di film asing, Trump juga menandatangani perintah eksekutif untuk menghentikan pendanaan bagi National Public Radio (NPR) dan Public Broadcasting Service (PBS). Dua lembaga penyiaran ini selama ini dikenal menyediakan tayangan edukatif dan budaya yang menjadi bagian penting dari lanskap media publik AS.

Penghentian pendanaan ini mengundang kekhawatiran soal masa depan penyiaran non-komersial yang independen dan berimbang, terutama bagi komunitas-komunitas kecil dan edukasi anak-anak.

Baca juga: Donald Trump Cabut Aturan Anti Kripto Joe Biden 21 Februari: Era Baru untuk Aset Digital?

Jalan Baru atau Langkah Mundur?

Kebijakan tarif 100 persen terhadap film asing adalah langkah besar yang bisa mengubah wajah industri hiburan AS secara drastis. Di satu sisi, ini adalah usaha untuk melindungi industri dalam negeri. Namun di sisi lain, risiko yang ditimbulkan sangat luas, mulai dari kehilangan pasar internasional hingga merosotnya kualitas dan keragaman konten yang bisa dinikmati oleh masyarakat.

Seperti banyak kebijakan Trump sebelumnya, keputusan ini menimbulkan perdebatan: apakah ini solusi jangka panjang atau hanya reaksi populis sesaat? Yang pasti, dunia perfilman—baik di AS maupun global—tidak akan pernah sama lagi setelahnya.