Trump Tutup USAID, Program Bantuan Luar Negeri AS di 130 Negara Terancam Terhenti

Trump Tutup USAID, Program Bantuan Luar Negeri AS di 130 Negara Terancam Terhenti
sumber foto: iuwashtangguh.or.id

FYPMedia.IDPresiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan penutupan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan membekukan hampir seluruh bantuan luar negeri. 

Langkah ini berdampak langsung pada ribuan staf USAID di berbagai negara yang diperintahkan kembali ke AS dan ditempatkan dalam cuti administratif mulai Jumat (7/2).

“Hingga pukul 11.59 malam hari Jumat (7/2), semua staf di seluruh dunia yang direkrut langsung USAID akan ditempatkan pada cuti administratif, kecuali personel yang bertanggung jawab atas fungsi-fungsi penting dan program-program tertentu,” demikian pernyataan yang dimuat di situs resmi.

Staf telah menerima email pemberitahuan yang melarang mereka mengakses kantor dan sistem USAID selama cuti administratif berlangsung. 

Kantor pusatnya yang berada di Washington DC dan beberapa kantor cabangnya di Virginia juga akan ditutup selama pekan ini.

Selain itu, USAID sedang merencanakan pemulangan staf yang bertugas di luar negeri dalam waktu 30 hari. Kontrak yang dianggap tidak penting juga akan dihentikan seiring dengan kebijakan ini.

Dampak Penutupan terhadap Bantuan Global

USAID merupakan salah satu badan bantuan luar negeri terbesar AS yang telah beroperasi sejak 1961. Lembaga ini menyalurkan miliaran dolar setiap tahun untuk program pengentasan kemiskinan, kesehatan, pendidikan, serta bantuan kemanusiaan di berbagai negara.

Baca juga: Kebijakan Tarif Trump Picu Kenaikan Harga Barang dan Pelemahan Rupiah

Pada 2023, badan bantuan luar negeri ini mengelola lebih dari 40 miliar dolar AS untuk program di 130 negara. Ukraina, Ethiopia, dan Yordania menjadi penerima bantuan terbesar. 

Selain itu, 70 dari 77 negara berpendapatan rendah dan menengah-bawah menurut Bank Dunia juga menerima bantuan, termasuk Republik Demokratik Kongo, Afghanistan, Sudan Selatan, dan Suriah.

Dengan adanya kebijakan pembekuan ini, berbagai proyek di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, dan tata kelola pemerintahan di banyak negara terancam terhenti. 

Misalnya, program penanganan tuberkulosis di Indonesia, proyek pembersihan ranjau di Vietnam, serta bantuan kemanusiaan untuk pengungsi di Myanmar dan Thailand.

Alasan Trump Membekukan USAID

Keputusan Trump untuk membekukan USAID didasari keinginannya untuk memastikan bahwa setiap dana yang dikeluarkan pemerintah AS benar-benar memberikan manfaat bagi negara tersebut. 

Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan keselarasan dengan kebijakan luar negeri AS.

Baca juga: Trump Hentikan Pasokan Obat HIV, Malaria, dan TBC untuk Negara Miskin

“Setiap dolar yang kita belanjakan harus dapat menjawab tiga pertanyaan: Apakah itu membuat Amerika lebih aman? Apakah itu membuat Amerika lebih kuat? Apakah itu membuat Amerika lebih sejahtera?” ujar Rubio dalam pernyataan resminya.

Gedung Putih juga menyoroti dugaan pemborosan dana di USAID, termasuk penggunaan anggaran untuk program kesetaraan dan keberagaman di Serbia yang mencapai 1,5 juta dolar AS.

Bagaimana Masa Depan Luar Negeri AS?

Penutupan USAID memicu pertanyaan besar tentang masa depan bantuan luar negeri AS, mengingat negara ini adalah donatur pembangunan resmi terbesar di dunia menurut Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

Dengan diambil alihnya peran oleh Departemen Luar Negeri, masih belum jelas apakah bantuan luar negeri akan tetap berjalan atau mengalami pemangkasan besar-besaran. 

Kebijakan ini juga menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara yang selama ini bergantung pada bantuan AS untuk pembangunan dan stabilitas sosial-ekonomi mereka.

Meski demikian, Rubio menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan yang bersifat darurat dan menyelamatkan nyawa akan tetap dikecualikan dari pembekuan ini. 

Namun, tanpa kejelasan lebih lanjut, banyak pihak meragukan apakah program-program krusial yang selama ini didanai USAID dapat terus berjalan seperti sebelumnya.